Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arifin Tasrif urged that oil and gas Corridor Block production be maintained or even increased. This follows that a Corridor Block (2023-2043) production cooperation contract (PSC) has been signed.
Arifin Tasrif
Arifin said, after the current contract expired at the Corridor Block was again managed by the existing contractor namely ConocoPhilip (Grissik) Ltd, Talisman Corridor LTd (Repsol), and PT Pertamina Hulu Energi Corridor.
ConocoPhilip
Because the government considers that the existing contractor has good technical and financial skills to continue managing this block. He hopes the existing contractor can make a positive contribution to state revenue and national oil and gas production.
the Corridor Block
Especially considering the Corridor Block is one of the largest natural gas producer blocks in Indonesia with gas production of 1,100 million cubic feet per day (million standard cubic feet per day / mmscfd) or 12% of total national production, and oil and condensate 6,600 barrels per day ( bph).
"With the contract extension being signed, so that [the contractor] not only maintains, but also increases the rate of oil and gas production in the Corridor Block, and seeks to discover new oil and gas reserves through exploration activities," he said in Jakarta.
Based on ESDM Ministry data, the new PSC Corridor Block will use a gross split scheme. Regarding the profit sharing (split), for base split and variable split, KKKS received a 48.5% allocation for oil and 53.5% for gas. Furthermore, progressive splits will be adjusted to developments in oil prices and cumulative oil and gas production.
Furthermore, the portion of participating interest rights (participating interest / PI) in the Corridor Block will also change after 2023. At present, ConocoPhilips holds a PI of 54%, Repsol 36%, and Pertamina 10%. After the existing PSC ends, ConocoPhilips has a 46% stake, Pertamina 30%, and 24% Repsol.
Repsol Girls
According to Arifin, before the contract was signed, the existing cooperation contract contractor (KKKS) had deposited a signature bonus of US $ 250 million. In addition, the contractor also promised a five-year fixed work commitment (KKP) of US $ 250 million. This number is the second largest since the signing of the contract in Indonesia.
"Hopefully with the signing of the Corridor Block gross split contract, it will hopefully arouse investors' enthusiasm for investment in Indonesia's upstream oil and gas," he said.
Referring to the Ministry of Energy and Mineral Resources data, KKKS has proposed a number of activities that will be carried out using KKP funds. In the first year, the contractor will work on drilling one well in Rowung Lower Palembang-1 worth US $ 2.4 million and 3D seismic acquisition of US $ 23.93 million. In the second year, activities that will be carried out are drilling one well in Suban Lower Palembang-1 US $ 11.6 million and 3D seismic acquisition of US $ 31.53 million.
Following this, activities planned for the third year included the work of Telisa Well with two wells valued at US $ 20 million, 3D seismic acquisition of US $ 25 million, and the development of Suban Far East at US $ 33.04 million.
In the fourth year, the contractor will work on Telisa Well one well worth US $ 18.04 million, another prospect of US $ 28.2 million, and 3D seismic acquisition of US $ 20 million. Finally, in the fifth year, the activities that will be carried out are the development of Suban Far East of US $ 8.26 million and other prospects of US $ 28 million.
Although still managed by the existing contractor, the holder of the Corridor Block operator will change. Currently the operator of this block is ConocoPhilips. For three years, after 19 December 2023 to 19 December 2026, ConocoPililip remained the Corridor Block operator. After that, this block will enter the operatorhip transition period, where Pertamina will then switch to the operator.
The government did not specify how long this transition period would be. PT Pertamina Hulu Energi Corridor (PHE Corridor) President Director Taufik Aditiyawarman said, based on current data, the Corridor Block has an area of 2,095.25 kilometers square (km2) which is mostly located in South Sumatra Province. Pertamina also has four active work areas in the South Sumatra area, namely Pertamina EP Asset 1, Jambi Merang PHE, Ogan Komering PHE, and Raja Tempirai PHE.
IN INDONESIA
Pemerintah Minta Produksi Blok Corridor Tidak Turun
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong agar produksi migas Blok Corridor bisa dipertahankan atau bahkan dinaikkan. Hal ini menyusul telah ditandatangani kontrak kerja sama atau (production sharing contract/PSC) Blok Corridor untuk 2023-2043.
Arifin menuturkan, setelah kontrak yang berlaku saat ini berakhir pada Blok Corridor kembali dikelola oleh kontraktor eksisting yakni ConocoPhilip (Grissik) Ltd, Talisman Corridor LTd (Repsol), dan PT Pertamina Hulu Energi Corridor.
Pasalnya, pemerintah menilai bahwa kontraktor eksisting memiliki kemampuan teknis dan keuangan yang baik untuk melanjutkan pengelolan blok ini. Pihaknya berharap kontraktor eksisting dapat memberikan kontribusi positif bagi penerimaan negara dan produksi migas nasional.
Apalagi mengingat Blok Corridor merupakan salah satu blok produsen gas bumi terbesar di Indonesia dengan produksi gas 1.100 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/ mmscfd) atau 12% dari total produksi nasional, dan minyak dan kondensat 6.600 barel per hari (bph).
“Dengan ditandatanganinya perpanjangan kontrak, agar [kontraktor] tidak hanya mempertahankan, tetapi juga meningkatkan laju produksi migas di Blok Corridor, dan mengupayakan penemuan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi,” kata dia di Jakarta.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, PSC baru Blok Corridor akan menggunakan skema bagi hasil kotor (gross split). Terkait besaran bagi hasil (split), untuk base split dan variable split, KKKS memperoleh jatah 48,5% untuk minyak dan 53,5% untuk gas.
Selanjutnya, progressif split akan disesuaikan dengan perkembangan harga minyak dan kumulatif produksi migas. Selanjutnya, porsi kepemilikan hak partisipasi (participating interest/PI) di Blok Corridor juga akan berubah setelah 2023. Saat ini, ConocoPhilips memegang PI sebesar 54%, Repsol 36%, dan Pertamina 10%. Setelah PSC yang ada berakhir, ConocoPhilips memiliki saham 46%, Pertamina 30%, dan Repsol 24%.
Menurut Arifin, sebelum kontrak diteken, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) eksisting telah menyetorkan bonus tanda tangan sebesar US$ 250 juta. Selain itu, kontraktor juga menjanjikan komitmen kerja pasti (KKP) untuk lima tahun sebesar US$ 250 juta. Jumlah ini merupakan terbesar kedua sejak penandatanganan kontrak di Indonesia.
“Semoga dengan ditandatanganinya kontrak gross split Blok Corridor ini semoga semakin membangkitkan gairah investor untuk investasi di hulu migas Indonesia,” ujar dia.
Mengacu data Kementerian ESDM, KKKS telah mengajukan sejumlah kegiatan yang akan dikerjakan menggunakan dana KKP. Pada tahun pertama, kontraktor akan menggarap pengeboran satu sumur di Dayung Lower Palembang-1 senilai US$ 2,4 juta dan akuisisi seismik 3D US$ 23,93 juta. Di tahun kedua, kegiatan yang akan dilakukan adalah pengeboran satu sumur di Suban Lower Palembang-1 US$ 11,6 juta dan akuisisi seismik 3D US$ 31,53 juta.
Berikutanya, kegiatan yang direncanakan di tahun ketiga mencakup pengerjaan Telisa Well sebanyak dua sumur senilai US$ 20 juta, akuisisi seismik 3D US$ 25 juta, dan pengembangan Suban Far East US$ 33,04 juta. Pada tahun keempat, kontraktor akan mengerjakan Telisa Well satu sumur senilai US$ 18,04 juta, prospek lain US$ 28,2 juta, dan akuisisi seismik 3D US$ 20 juta. Terakhir, di tahun kelima, kegiatan yang akan dikerjakan adalah pengembangan Suban Far East US$ 8,26 juta dan prospek lain US$ 28 juta.
Meski tetap dikelola kontraktor eksisting, pemegang operator Blok Corridor akan berubah. Saat ini operator blok ini adalah ConocoPhilips. Selama tiga tahun, setelah 19 Desember 2023 hingga 19 Desember 2026, ConocoPhilip tetap menjadi operator Blok Corridor.
Setelah itu, blok ini akan memasuki masa transisi operatorship, di mana kemudian Pertamina akan beralih menjadi operator. Pemerintah tidak menentukan berapa lama masa transisi ini.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi Corridor (PHE Corridor) Taufik Aditiyawarman mengatakan, berdasarkan data saat ini, Blok Corridor memiliki luas 2.095,25 kilometer persegi (km2) yang sebagian besar berada di Provinsi Sumatera Selatan. Pertamina juga memiliki empat wilayah kerja aktif di area Sumatera Selatan, yaitu Pertamina EP Aset 1, PHE Jambi Merang, PHE Ogan Komering, dan PHE Raja Tempirai.
Investor Daily, Page-9, Tuesday, Nov 12, 2019
No comments:
Post a Comment