The government reduced the allocation of crude oil imports proposed by PT Pertamina (Persero) to only around 50 million barrels this year. With this, Pertamina is encouraged to optimize the absorption of domestic oil production.
Acting Director-General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Djoko Siswanto said that the purchase of domestic crude oil must be continued by Pertamina. Therefore, it reduces the volume of Pertamina's crude oil imports.
"I reduced the import of Pertamina's crude oil by 8,000 barrels per day (BPD) during 2020. Around 30 million barrels a year [decreasing]," he said.
According to him, Pertamina initially proposed a volume of crude oil imports of around 80 million barrels by 2020. However, it only agreed to import about 50 million barrels of crude oil this year. The rest, Pertamina must buy domestic crude oil to cover its needs.
"Still [domestic oil purchases]. So from around 200 thousand BPD, 120 thousand BPD were bought by [Pertamina]. Around 80 thousand BPD have not been successfully purchased, "said Djoko.
Pertamina Corporate Secretary Tajudin Noor confirmed that the government encouraged the company to further maximize the use of domestic crude oil.
"And we have agreed with several companies to buy their entitlement (ration of oil)," he said.
Pertamina buys crude oil allotment in the cooperation contract contractor (KKKS) in the country after the issuance of the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation Number 42 of 2018 concerning the priority of utilizing petroleum to meet domestic needs.
Until the beginning of August 2019, the total volume of crude oil the company had purchased reached 123.6 thousand BPD from 39 KKKS. The largest oil supply comes from the Rokan Block which is managed by PT Chevron Pacific Indonesia. The last time, Pertamina bought 650 thousand barrels of oil from ExxonMobil for the September 2019 period.
Previously, Pertamina Senior Vice President for Integrated Supply Chain Hasto Wibowo revealed that Pertamina's crude oil imports had reached 11 million barrels per month. However, after the domestic crude oil purchasing policy, the company's crude oil imports are now around 6-7 million barrels per month.
This year, the same as in 2019, the company's crude oil imports are projected to be around 6-7 million barrels per month. Most of this crude oil is imported from the Middle East because the company needs Arabian Light Crude oil, which is around 3 million barrels per month. The rest, the company is looking for light crude and medium crude oil from various sources.
Finally, at the end of last year, Pertamina imported 950 thousand barrels of crude oil per month from the United States for the February-June 2020 period. In 2019, the company has imported oil from Uncle Sam's country twice each, amounting to 650 thousand barrels per month. month in June and November.
IN INDONESIA
Pemerintah Pangkas Jatah Impor Minyak Mentah Pertamina
Pemerintah mengurangi alokasi impor minyak mentah yang diusulkan oleh PT Pertamina (Persero) menjadi hanya sekitar 50 juta barel pada tahun ini. Dengan ini, Pertamina didorong untuk mengoptimalkan penyerapan produksi minyak dalam negeri.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, pembelian minyak mentah dalam negeri harus dilanjutkan oleh Pertamina. Karenanya, pihaknya mengurangi volume impor minyak mentah Pertamina.
“Impor crude-nya Pertamina saya kurangi 8.000 barel per hari (bph) selama 2020. Sekitar 30 juta barel setahun [berkurangnya],” katanya.
Menurutnya, awalnya Pertamina mengusulkan volume impor minyak mentah sekitar 80 juta barel pada 2020 ini. Namun, pihaknya hanya menyetujui impor minyak mentah sekitar 50 juta barel untuk tahun ini. Sisanya, Pertamina harus membeli minyak mentah domestik untuk menutup kebutuhannya.
“Masih lanjut [pembelian minyak dalam negeri]. Jadi dari sekitar 200 ribu bph, sudah 120 ribu bph yang dibeli [Pertamina]. Sekitar 80 ribu bph belum berhasil dibeli,” tutur Djoko.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Tajudin Noor membenarkan bahwa pemerintah mendorong perseroan untuk lebih memaksimalkan pemakaian minyak mentah dalam negeri.
“Dan kami sudah bersepakat dengan beberapa perusahaan untuk membeli entitlement (jatah minyak) mereka,” ujar dia.
Pertamina membeli minyak mentah jatah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di dalam negeri setelah tebitnya Peraturan Menteri ESDM No 42 Tahun 2018 tentang prioritas pemanfaatan minyak bumi untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Hingga awal Agustus 2019 lalu, total volume minyak mentah yang telah dibeli perseroan mencapai 123,6 ribu bph dari 39 KKKS. Pasokan minyak terbesar berasal dari Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia. Terakhir kalinya, Pertamina membeli minyak dari Exxon Mobil sebesar 650 ribu barel untuk periode September 2019.
Sebelumnya, Senior Vice President Integrated Supply Chain Pertamina Hasto Wibowo mengungkapkan, impor minyak mentah Pertamina pernah mencapai 11 juta barel per bulan. Namun, setelah adanya kebijakan pembelian minyak mentah dalam negeri, impor minyak mentah perseroan kini sekitar 6-7 juta barel per bulan.
Pada tahun ini, sama dengan 2019 lalu, impor minyak mentah perseroan diproyeksikan sekitar 6-7 juta barel per bulan. Sebagian besar minyak mentah ini diimpor dari Timur Tengah lantaran perseroan membutuhkan minyak jenis Arabian Light Crude, yakni sekitar 3 juta barel per bulan. Sisanya, perseroan mencari minyak jenis light crude dan medium crude dari berbagai sumber.
Terakhir, di akhir tahun lalu, Pertamina mengimpor minyak mentah sebesar 950 ribu barel per bulan dari Amerika Serikat untuk periode Februari-Juni 2020. Di tahun 2019, perseroan telah dua kali mengimpor minyak dari Negeri Paman Sam ini masing-masing sebesar 650 ribu barel per bulan pada Juni dan November.
Investor Daily, Page-9, Wednesday, Jan 15, 2020
No comments:
Post a Comment