google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 The government does not resume gas exports to Singapore - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Wednesday, January 15, 2020

The government does not resume gas exports to Singapore



The government will not continue the gas sales contract to Singapore after the current contract expires in 2023. The gas supply from the Corridor Block will be used to meet domestic gas needs. Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arifin Tasrif said the government was intensively building gas transmission pipelines in Sumatra, Java, and Kalimantan to increase domestic gas distribution. 

the Corridor Block

      The plan is for the government to connect the gas pipeline from the northern tip of Sumatra Island to the east end of Java Island. Therefore, gas supplies in this region will be channeled through the pipeline, including gas from the Corridor Block which is exported to Singapore.

"So, we have a lot of gas in Sumatra. Supply to Singapore will run out in 2023, we will pull into the country, "he said in Jakarta.

Later, the gas supply which has been exported to Singapore will be diverted to the Duri-Dumai Regional pipeline. In addition, the gas supply also comes from other gas wells in Sumatra. Currently, an assessment is being conducted to purchase gas.

"We have approached some of the wells so that we can connect the pipes from Dumai," he said.

For information, gas exports to Singapore so far have been through a pipeline managed by PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) which runs from the Corridor Block to Duri Field, North Sumatra, and Singapore. While the Duri-Dumai Pipe built by PT Pertagas connects Duri Meter Station to Dumai Refinery Unit II. Currently, the Duri-Dumai pipeline supplies gas from the Corridor, Bentu, and Jambi Merang Blocks.

SKK Migas

For gas exports, referring to data from the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas), recorded at 714.26 million cubic feet per day / MMSCFD until the end of last September. This realization was lower than the contract of 814.43 mmscfd. Gas exports through this pipeline are to Singapore and Malaysia. 

Arifin Tasrif

     Arifin added, the transmission pipeline in Sumatra will also be connected to the gas pipeline in Java. Thus, the existing gas supply can also be channeled to Java.

"We will connect Belawan-Aceh, Sumatra-Java, then later to the Cirebon-Gresik area. So, [gas field] ConocoPhilips, Sakakemang, and Jambaran-Tiung Biru can be connected, "he explained.

Jambaran-Tiung Biru

South Sumatra and West Java are now connected to the South Sumatra West Java (SSWJ) Pipe. Furthermore, Pertagas is building the Gresik-Semarang Pipe which is targeted to start operating next year. So, the pipe sections that have not been worked on are from Semarang to Cirebon, to West Java.

Regarding gas sources, the Jambaran-Tiung Biru Field Unitization Project is targeted to start operating in 2021 with gas production of 192 mmscfd. While the Sakakemang Block is still in the exploration stage and is expected to produce gas by 2022. On the island of Kalimantan the government plans to build a Trans-Kalimantan pipeline. 

     Apart from oil and gas blocks that are already in production, the gas supply for Kalimantan can also come from the East Natuna Block. Although the carbon dioxide content (CO2) in this block reaches 70%, technically, he is optimistic that this block can be developed.

Natuna Blok D Alfa (East Natuna)

"We see the potential of Natuna Blok D Alfa (East Natuna) is very large and can be pulled up to Pontianak to the south of Kalimantan," he said.

As is known, the East Natuna Block gas reserves are estimated at 222 trillion cubic feet. But the carbon dioxide content is also very high, reaching 72%, so that only 46 trillion cubic feet can be taken. The government prioritizes gas production to meet domestic needs.

Referring to SKK Migas data, domestic gas purchases continue to increase every year. In 2003, domestic gas purchases were recorded at only 1,480 BBTUD. Since 2009, the use of gas in the country has jumped to 3,323 BBTUD and continues to increase. Now, until last September, gas absorption domestic production reached 4,013.67 BBTUD or 65.76% of the total lifting gas of 6,103.26 BBTUD.

IN INDONESIA

Pemerintah Tidak Lanjutkan Ekspor Gas ke Singapura


Pemerintah tidak akan melanjutkan kontrak penjualan gas ke Singapura setelah kontrak yang berlaku saat ini berakhir pada 2023. Pasokan gas yang berasal dari Blok Corridor ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah tengah gencar membangun pipa transmisi gas di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan untuk meningkatkan penyaluran gas domestik. 

     Rencananya, pemerintah akan menyambungkan pipa gas dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung timur Pulau Jawa. Karenanya, pasokan gas yang berada di wilayah ini akan dialirkan melalui pipa tersebut, termasuk gas dari Blok Corridor yang diekspor ke Singapura. 

“Jadi, gas kita kan banyak di Sumatera. Supply ke Singapura akan habis di 2023, kami akan tarik ke dalam negeri,” kata dia di Jakarta.

Nantinya, pasokan gas yang selama ini diekspor ke Singapura akan dialihkan ke pipa Daerah Duri-Dumai. Selain itu, pasokan gas juga berasal dari sumur gas lain yang ada di Sumatera. Saat ini sedang dilakukan penjajakan untuk pembelian gas. 

“Beberapa sumur sudah kami lakukan pendekatan untuk alokasi sehingga bisa menyambung pipa dari Dumai,” tuturnya. 

Sebagai informasi, ekspor gas ke Singapura selama ini melalui pipa yang dikelola oleh PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) yang terbentang dari Blok Corridor ke Lapangan Duri, Sumatera Utara dan Singapura. Sementara Pipa Duri-Dumai yang dibangun PT Pertagas menghubungkan Duri Meter Station hingga Kilang Unit II Dumai. Saat ini, Pipa Duri-Dumai mengalirkan gas dari Blok Corridor, Bentu, dan Jambi Merang.

Untuk ekspor gas, mengacu data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), tercatat sebesar 714,26 juta kaki kubik per hari/MMSCFD hingga akhir September lalu. Realisasi ini lebih rendah dari kontrak yang sebesar 814,43 mmscfd. Ekspor gas melalui pipa ini yakni ke Singapura dan Malaysia. 

    Arifin menambahkan, pipa transmisi di Sumatera ini juga akan disambungkan dengan pipa gas di Pulau Jawa.  Sehingga, pasokan gas yang ada juga dapat dialirkan hingga ke Jawa.

“Kami akan sambungkan Belawan-Aceh, Sumatera-Jawa, setelah itu nanti ke daerah Cirebon-Gresik. Sehingga, [lapangan gas] ConocoPhilips, Sakakemang, dan Jambaran-Tiung Biru bisa tersambung,” jelasnya. 

Sumatera Selatan dan Jawa Barat saat ini sudah tersambung dengan Pipa South Sumatera West Java (SSWJ). Selanjutnya, Pertagas sedang membangun Pipa Gresik-Semarang yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun depan. Sehingga, ruas pipa yang belum dikerjakan adalah dari Semarang ke Cirebon, hingga Jawa Barat. 

Terkait sumber gas, Proyek Unitisasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru ditargetkan mulai beroperasi pada 2021 dengan produksi gas 192 mmscfd. Sementara Blok Sakakemang kini masih tahap eksplorasi dan diharapkan bisa menghasilkan gas pada 2022. Di Pulau Kalimantan pemerintah berencana membangun Pipa Trans-kalimantan. 

     Selain dari blok migas yang sudah berproduksi, pasokan gas untuk Kalimantan juga dapat berasal dari Blok East Natuna. Meski kandungan karbondioksia (CO2) di blok ini mencapai 70%, secara teknis, dia optimis blok ini dapat dikembangkan.

“Kami melihat potensi Natuna Blok D Alfa (East Natuna) sangat besar dan bisa ditarik sampai Pontianak menuju ke selatan kalimantan,” ujarnya.

Seperti diketahui, cadangan gas Blok East Natuna diperkirakan mencapai 222 triliun kaki kubik. Namun kandungan karbondioksidanya juga sangat tinggi, yaitu mencapai 72%, sehingga hanya 46 triliun kaki kubik saja yang dapat diambil. Pemerintah memprioritaskan produksi gas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Mengacu data SKK Migas, pembelian gas domestik terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2003, pembelian gas dalam negeri tercatat hanya 1.480 BBTUD. Sejak 2009, pemanfaatan gas di dalam negeri ini melonjak hingga mencapai 3.323 BBTUD dan terus meningkat. Kini, hingga September lalu, serapan gas
domestik mencapai 4.013,67 BBTUD atau 65,76% dari total lifting gas 6.103,26 BBTUD.

Investor Daily, Page-9, Monday, Dec 2,  2019

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel