State-owned oil and gas company PT Pertamina (Persero) is accelerating the operation of the East Kalimantan Kalimantan Balikpapan refinery development master plan (RDMP) while waiting for additional financial support from investors.
Monty Girianna
During a working visit to the RDMP Balikpapan construction area, the Deputy for the Coordinating of the Management of Natural Resources Energy and the Environment, the Coordinating Ministry for the Economy, Monty Girianna, said that the construction of the project had reached around 11.62%.
"The challenge might be to complete the work completed in the time before mid-2023, the refinery must be operational. With greater capacity and higher quality products, "he said.
Monty explained that until now the construction of the refinery is still going according to the initial plan, however there is still a need to accelerate efforts.
"Actually, completing the preparation of regulatory issues, regulatory issues, and land issues. For Balikpapan the land already exists, the infrastructure is already there, only the existing infrastructure is being repaired and then preparing new units, "he explained.
Monty said that compared to work on other refinery projects from Pertamina such as in Bontang, Tuban, and Cilacap, the RDMP Balikpapan progress was among the fastest.
From Gresik, Pertamina's Mega Project and Petrochemical Director Ignatius Tallulembang said that by the end of January, the construction of the Balikpapan RDMP was targeted to be a comprehensive 12%. According to him, the progress of Balikpapan refinery construction was due to an acceleration strategy.
For this year, Pertamina has prepared a budget of close to US $ 1 billion for the RDMP Balikpapan construction phase. Meanwhile, the source of investment funds for Balikpapan RDMP construction comes from internal funds.
"We are still able to issue the budget ourselves. The EPC target [engineering, procurement, and construction contracts] is above 25% until the end of 2020."
Mubadala Petroleum
He added that external financial support, one of which is Mubadala Corporation, will still be agreed on next April. Previously, Pertamina and Mubadala, investment companies from the United Arab Emirates signed a principle agreement or Refinery Investment Principle Agreement to further evaluate investment cooperation opportunities in the processing sector.
The agreement will provide a clear structure to ensure cooperation as a pathway to potential joint investment, one of which is to ensure the acceleration of the development of Balikpapan RDMP.
Nicke Widyawati
Pertamina President Director Nicke Widyawati explained, the signing of this agreement was a form of Pertamina and Mubadala's commitment as one of the investors who expressed interest in developing the RDMP Balikpapan.
According to Nicke, currently, Pertamina is still looking for equity investors (capital investment partners) to join in developing RDMP RU V Balikpapan. In November 2019, Pertamina has issued a Preliminary Information Memorandum to selected investors who have expressed their interest and commitment to the RU V Balikpapan RDMP project. The estimated investment needed for the project is around the US $ 5.5 billion.
The Phase I Balikpapan RDMP refinery is targeted to be operational in June 2023. Phase II is targeted to be completed in 2025-2026 and able to process
high sulfur crude oil.
PERTAMINA EP
Meanwhile, a subsidiary of Pertamina on the upstream side, Pertamina EP, admitted that in the last two years there has been an increase in production (incline) of oil and gas refineries, but these conditions have not been able to catch up with the natural decline rate. Pertamina EP President Director Nanang Abdul Manaf said that in a year at least the decline rate of blocks managed by Pertamina EP reached 30%.
Meanwhile, in the last 2 years, there has been an increase in production (incline), from 79,700 barrels per day (BPD) in 2018 to 82,200 BPD in 2019. This means that there has been an increase in production by 2,500 BPD. Production in 2019 should be able to reach even higher, but because of the decline rate, the increase reached only 2,500 BPD. On the other hand, this year's Pertamina EP production target is set at 90,000 BPD.
"If the 90,000 BPD challenge is indeed hard, it's just because it has become a mandate for the constitution to pursue it that way," Nanang said at the hearing.
(RDP) between the House Commission VII and the 10 Cooperation Contractors (KKKS), in Jakarta.
According to him, to pursue the target Pertamina EP plans to drill 94 wells.
IN INDONESIA
Pengerjaan RDMP Balikpapan Dipercepat.
BUMN minyak dan gas bumi PT Pertamina (Persero) mempercepat pengerjan proyek pengembangan kilang (refinery development masterplan/ RDMP) Balikpapan Kalimantan Timur sambil menanti dukungan dana tambahan dari investor.
Dalam kunjungan kerja ke wilayah konstruksi RDMP Balikpapan, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Monty Girianna mengatakan bahwa pengerjaan pembangunan proyek itu sudah mencapai sekitar 11,62%.
“Tantangannya mungkin menyelesaikan pekerjaan selesai dalam waktu sebelum tahun 2023 pertengahan, kilang harus sudah beroperasi. Dengan kapasitas yang lebih besar dan produk kualitas yang lebih tinggi," katanya.
Monty menjelaskan bahwa sampai saat ini pembangunan kilang masih berlangsung sesuai rencana awal, Akan tetapi masih perlu ada upaya percepatan.
“Sebetulnya menyekesaikan persiapan masalah peraturan, masalah regulasi, dan masalah lahan. Untuk Balikpapan lahan sudah ada, infrastruktur sudah ada, hanya yang diperbaiki eksisting infrastruktur dan kemudian menyiapkan unit-unit yang baru,” jelasnya.
Monty menuturkan bahwa dibandingkan pengerjaan untuk proyek kilang lain dari Pertamina seperti di Bontang, Tuban, dan Cilacap, progres RDMP Balikpapan termasuk yang paling cepat.
Dari Gresik, Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan hingga akhir Januari, konstruksi RDMP Balikpapan ditargetkan menyeluruh 12%. Menurutnya, kemajuan konstruksi kilang Balikpapan terjadi karena adanya strategi percepatan.
Untuk tahun ini, Pertamina menyiapkan anggaran mendekati US$1 miliar untuk tahapan konstruksi RDMP Balikpapan. Adapun, sumber dana investasi untuk konstruksi RDMP Balikpapan berasal dari dana internal.
"Kami masih mampu sendiri mengeluarkan anggaran itu. Adapun target EPC [kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi] di atas 25% hingga akhir 2020.”
Dia menambahkan dukungan dana dari eksternal, salah satunya Mubadala Corporation, masih akan disepakati pada April mendatang. Sebelumnya, Pertamina dan Mubadala, perusahaan investasi berasal Uni Emirat Arab menandatangani perjanjian prinsip atau Refinery Investment Principle Agreement untuk mengevaluasi lebih lanjut peluang kerja sama investasi di sektor pengolahan.
Perjanjian tersebut akan memberikan struktur yang jelas untuk memastikan kerja sama sebagai jalur menuju investasi bersama yang potensial, salah satunya dalam rangka memastikan percepatan pengembangan RDMP Balikpapan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, penandatangan perjanjian ini merupakan bentuk komitmen Pertamina dan Mubadala sebagai salah satu investor yang menyatakan minat untuk pengembangan RDMP Balikpapan.
Menurut Nicke, saat ini Pertamina masih mencari equity investor (mitra investasi modal) untuk bergabung dalam mengembangkan RDMP RU V Balikpapan.
Pada November 2019, Penamina telah mengeluarkan Preliminary Information Memorandum kepada investor terseleksi yang telah menyatakan minat dan komitmennya terhadap proyek RDMP RU V Balikpapan. Estimasi investasi yang diperlukan untuk proyek tersebut sekitar US$ 5,5 miliar.
Kilang RDMP Balikpapan Tahap I ini ditargetkan bisa mulai beroperasi pada Juni 2023. Tahap II ditargetkan selesai pada 2025-2026 dan mampu mengolah
minyak mentah kadar sulfur tinggi.
PERTAMINA EP
Sementara itu, anak usaha Pertamina disisi hulu yakni Pertamina EP mengaku dalam dua tahun terakhir telah terjadi peningkatan produksi (incline) kilang migas tetapi kondisi tersebut tidak mampu mengejar laju penurunan alamiah (decline rate). Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menuturkan dalam setahun setidaknya besaran decline rate blok yang dikelola Pertamina EP mencapai 30%.
Adapun, dalam 2 tahun terakhir terjadi peningkatan produksi (incline) yakni dari 79.700 barel per hari (bph) pada 2018 menjadi 82,200 bph pada 2019. Artinya, ada kenaikan produksi sebesar 2.500 bph. Produksi pada 2019 seharusnya bisa mencapai lebih tinggi lagi, tetapi karena adanya decline rate, peningkatan yang tercapai hanya 2.500 bph. Di sisi lain, target produksi Pertamina EP tahun ini ditetapkan 90.000 bph.
“Kalau challenge 90.000 bph memang berat, hanya saja karena sudah jadi amanah konstitusi kita kejar ke arah sana,” kata Nanang dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VII DPR dengan 10 Kontraktor Kontlak Kerja Sama (KKKS), di Jakarta.
Menurutnya, untuk mengejar target tersebut Pertamina EP berencana melakukan pengeboran 94 sumur.
Bisnis Indonesia, Page-20, Wednesday, Jan 22, 2020
No comments:
Post a Comment