google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 February, Cilacap Refinery Agreement Targets Complete - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, February 3, 2020

February, Cilacap Refinery Agreement Targets Complete



PT Pertamina (Persero) is targeting an agreement with Saudi Aramco regarding the Cilacap Refinery to be completed within the next month. The construction of the refinery project will also be accelerated until it only takes three years.

Nicke Widyawati

Pertamina President Director Nicke Widyawati said that his party and Saudi Aramco had agreed to change the cooperation scheme in the work of the Cilacap Refinery Project. The project will be carried out with the same scheme used in the Balikpapan Refinery Project, which is rent.



Under this scheme, Pertamina will pay the rental fees for the joint venture with Saudi Aramco which is building a new refinery unit at the Cilacap Refinery Complex. While the refinery unit which is currently in operation remains the property of Pertamina. Because there is no asset spin-off, there is no need for an existing asset valuation agreement.

"The target is that we will agree to a leasing agreement within the next one month. And if this happens, then the deal will happen, after that, we will carry out development, "said Nicke Widyawati in Jakarta.

Nicke Widyawati

Nicke Widyawati explained that the change in the scheme was because the two state-owned oil and gas companies did not immediately reach an agreement on the valuation of the existing refinery assets. 

     Until the last discussion, the difference between the valuations calculated by Pertamina and Saudi Aramco was still large. On the other hand, Pertamina has a book value as a minimum limit to release (spin-off) assets.

"This offered by Saudi Aramco is far lower than the book value. If this is done, there will be a loss, so it can't be. We have told Saudi Aramco that there is a limit on book value as a minimum, "said Nicke.

This consideration is only in terms of the fiscal value of the Cilacap Refinery. In terms of fuel production, the Cilacap refinery currently produces more than 30% of total national fuel production. Therefore it cannot release the refinery assets below book value as offered by Saudi Aramco.



Under the new scheme, the Pertamina-Saudi joint venture Aramco will build a new refinery unit. Later this new unit will increase the capacity of the Cilacap Refinery from the current 349 thousand Barrels Per Day (BPD) to 400 thousand BPD. If there is still no agreement with Saudi Aramco, it will work on the refinery project and will look for new partners when the development process is already underway.

"If Aramco does not agree, we will continue on our own," said Nicke.

It also seeks to speed up the construction of the Cilacap Refinery, which normally takes four years. One of them will combine the detailed contract design (front end engineering design / FEED) and engineering, procurement, and construction (engineering, procurement, and construction / EPC). This has been done by the company for the Balongan Refinery Project.

"With this mechanism, we can accelerate [the construction period] by 14 months. We propose this to our partners [in the refinery project], "said Nicke.

The Cilacap refinery is targeted to start operating in 2025. After upgrading, there will be an additional production of 80 thousand BPD of gasoline, 60 thousand BPD of diesel fuel, and aviation fuel of 40 thousand BPD. Fuel production increased significantly because the ability of refineries to process crude oil into ready-to-sell products (NCI) rose from 74% to 92-98%.

IN INDONESIA

Februari, Kesepakatan Kilang Cilacap Ditargetkan Rampung

PT Pertamina (Persero) menargetkan kesepakatan dengan Saudi Aramco terkait Kilang Cilacap dapat rampung dalam satu bulan ke depan. Konstruksi proyek kilang ini juga akan dipercepat hingga hanya memerlukan waktu tiga tahun. 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya dan Saudi Aramco telah menyepakati perubahan skema kerja sama dalam pengerjaan Proyek Kilang Cilacap. Proyek tersebut akan dikerjakan dengan skema yang sama yang dipakai di Proyek Kilang Balikpapan, yakni sewa. 

Dalam skema ini Pertamina akan membayar biaya sewa terhadap perusahaan patungan dengan Saudi Aramco yang membangun kilang unit baru di Komplek Kilang Cilacap. Sementara unit kilang yang saat ini sudah beroperasi tetap menjadi milik Pertamina. Lantaran tidak ada spin off aset, maka tidak perlu ada kesepakatan valuasi aset yang ada.

“Targetnya, kami dalam maksimum satu bulan ke depan akan menyepakati leasing agreement. Dan kalau ini terjadi, maka deal itu akan terjadi, setelah itu kami akan melakukan pembangunan,” kata Nicke Widyawati di Jakarta.

Nicke Widyawati menjelaskan, perubahan skema ini lantaran kedua perusahaan minyak dan gas milik negera ini tidak segera mencapai kesepakatan valuasi aset kilang eksisting. Hingga diskusi terakhir, selisih antara valuasi yang dihitung Pertamina dan Saudi Aramco masih sabgar besar. Di sisi lain Pertamina memiliki nilai buku sebagai batas minimum untuk melepas (spin off) aset.

“Ini yang ditawar oleh Saudi Aramco jauh lebih rendah dari nilai buku. Kalau ini dilakukan, maka akan ada kerugian, jadi tidak bisa. Kami sudah sampaikan ke Saudi Aramco bahwa ada batasan nilai buku sebagai batasan minimal,” papar Nicke.

Pertimbangan itu hanya dari sisi nilai fiskal Kilang Cilacap. Dari sisi produksi bahan bakar minyak (BBM), Kilang Cilacap saat ini memproduksi lebih dari 30% dari total produksi BBM nasional. Karenanya pihaknya tidak bisa melepas aset kilang di bawah nilai buku seperti yang ditawar Saudi Aramco. 

Pada skema baru, perusahaan patungan Pertamina-Saudi Aramco akan membangun kilang unit baru. Nantinya unit baru ini akan menambah kapasitas Kilang Cilacap dari saat ini 349 ribu barel per hari (bph) menjadi 400 ribu bph. Jika tetap tidak ada kesepakatan dengan Saudi Aramco, pihaknya akan menggarap proyek kilang ini dan akan mencari mitra baru saat proses pengembangan sudah berlangsung.

“Kalau Aramco tidak setuju, kami lanjut sendiri,” tegas Nicke.

Pihaknya juga berupaya mempercepat konstruksi Kilang Cilacap yang biasanya membutuhkan waktu empat tahun. Salah satunya pihaknya akan menggabungkan kontrak desain rinci (front end engineering design/FEED) dan rekayasa, pengadaan, dan konsturksi (engineering, procurement, and construction/EPC). Hal ini sudah dilakukan perseroan untuk Proyek Kilang Balongan.

“Dengan mekanisme ini, kami bisa percepat [masa konstruksi] 14 bulan. Ini kami propose ke partner-partner kami [dalam proyek kilang],” ujar Nicke. 

Kilang Cilacap ditargetkan mulai beroperasi pada 2025. Pasca upgrading, akan ada tambahan produksi bensin (gasoline) 80 ribu bph, solar 60 ribu bph, dan avtur 40 ribu bph. Produksi bahan bakar naik signifikan karena kemampuan kilang mengolah minyak mentah menjadi produk siap jual (NCI) naik dari 74% menjadi 92-98%.

Investor Daily, Page-9, Monday, Feb 3, 2020

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel