google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Luhut Asks for 1 Million BPD Oil Production to be Accelerated in 2025 - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Monday, February 3, 2020

Luhut Asks for 1 Million BPD Oil Production to be Accelerated in 2025



The Coordinating Minister for Maritime Affairs and Investment Luhut Binsar Pandjaitan asked for an increase in oil production to 1 million Barrels Per Day (BPD) to be accelerated by 2025.Luhut Binsar Pandjaitan
Luhut Binsar Pandjaitan

The application of Enhanced Oil Recovery (EOR) technology can be carried out to realize the target. Luhut said, the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) initially proposed achieving oil production of 1 million BPD by 2030. 

SKK Migas

    However, seeing the positive impact of increasing oil production in reducing energy imports, he requested that the achievement of the production target accelerated.

"We want the target of 1 million BPD to be accelerated. They say in 2030, I ask for 2025, "he said in Jakarta.

According to him, the increase in oil production can be obtained from the optimization of existing oil and gas wells using EOR technology. At present, there are 23 oil and gas wells that can be boosted by EOR oil production. On Monday (3/2), his party and SKK Migas will discuss the technical increase in oil production.

"While exploring new wells, some of the old wells can be EOR. "The potential is still large, around 1.7 billion barrels," Luhut said.

the Rokan Block 

One of the EOR activities is expected to be carried out in the Rokan Block whose contract will expire next year. When signing the new Rokan Block contract, one that was promised by PT Pertamina (Persero) was the implementation of EOR activities.

Some of these activities are an EOR study worth US $ 4 million, a stage-1 CEOR 7 pattern of US $ 247 million, and a stage-1 steam flood Kulin or Rantau Bais of US $ 88.6 million. Luhut asserted, there were no problems with the chemical formula that is still being tested in the Rokan Block by Chevron Indonesia as the current operator. He said he wanted Pertamina to conduct an EOR using the chemical formula. EOR activities he said must be carried out as quickly as possible.

PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI)

"Let's just use the one that has Chevron, why do you keep changing it? I said earlier so that it was discussed so that it would not be long before we look for other ways, "he stressed.

Nicke Widyawati

In a meeting with the House of Representatives (DPR) last week, Pertamina President Director Nicke Widyawati revealed, EOR was one of the keys to the success of increasing oil production in the Rokan Block.

Chevron Indonesia, as the current operator, has reviewed the chemical formula that will be used in the EOR activities. However, She is concerned that she cannot use the formula that Chevron is making because there are components that are not included in the list of cost recovery investments.

"If this formula is not given to us, it will take four more years because this EOR is specific to each location. "One of the keys to the management is the EOR formula," said Nicke Widyawati.

Dwi Soetjipto

The Head of SKK Migas Dwi Soetjipto assured the results of the trial and study of the application of EOR in the Rokan Block by Chevron had been included in the state assets section because they had been funded by the state. Therefore Pertamina does not need to repeat the EOR experiment in the oil and gas block located in Riau. Not only EOR, Pertamina Upstream Director Dharmawan H Samsu said that he was asked to make innovations in order to achieve the oil production target of 1 million BPD.

"We have to be more aggressive in drilling, and the success rate is increased, if possible don't dry holes," he said.



Even now, Pertamina through Pertamina EP has also implemented EOR in Tanjung Field. The company has also signed the points of understanding between Pertamina and Repsol for full-scale management, including the implementation of surfactant-polymer EOR.

In the Jirak and Rantau Fields, Pertamina is conducting a study of the application of surfactant chemicals for the implementation of EOR in both fields. Furthermore, related to CO2 flooding, Pertamina is currently conducting studies in several fields, namely Jatibarang, Sukowati, and Ramba.

PT Pertamina Hulu Energi (PHE)

Pertamina also expanded this EOR activity to the oil and gas block managed by PT Pertamina Hulu Energi (PHE), namely in the North West Java Offshore Block, precisely in the Zulu Field and E-Main. In addition, in the near future the Batang field, which is operated by PHE Siak, will be an EOR steam flooding pilot project.

EOR activities were also promised by PT Medco E&P when signing the Rimau Block contract. Medco promises four full EOR chemical pre-injection fields, namely US $ 1.1 million in the second year, US $ 8.2 million in the third year, US $ 6.2 million in the fourth year, and the US $ 4.8 million in the fifth year.

In addition, Medco also plans for a full-field chemical EOR Phase I at the Kaji Harapan Field worth the US $ 1 million. Referring to the Ministry of Energy and Mineral Resources data, national oil lifting continues to fall.

Oil lifting reached 861 thousand BPD in 2012. However, the realization of oil lifting continued to fall to 779 thousand BPD in 2015. Lifting oil increased slightly in 2016 to 829 thousand BPD. After that, the realization of oil lifting continues to fall to 804 thousand BPD in 2017, 778 thousand BPD in 2018, and 746 thousand BPD last year.

IN INDONESIA

Luhut Minta Produksi Minyak 1 Juta BPH Dipercepat di 2025

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta peningkatan produksi minyak hingga menjadi 1 juta barel per hari (bph) dipercepat pada 2025. 

Penerapan teknologi pengurasan minyak tahap lanjut (enhanced oil recovery/EOR) bisa dilakukan untuk merealisasikan target tersebut. Luhut menuturkan, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) awalnya mengusulkan pencapaian produksi minyak 1 juta bph pada 2030. Namun, melihat dampak positif dari peningkatan produksi minyak dalam memperkecil impor energi, dirinya meminta agar pencapaian target produksi itu dipercepat.

“Kami mau target 1 juta bph itu dipercepat. Mereka bilang pada 2030, saya minta 2025,” kata dia di Jakarta.

Menurutnya, peningkatan produksi minyak itu bisa diperoleh dari optimasi sumur-sumur migas eksisting dengan menggunakan teknologi EOR. Saat ini, terdapat 23 sumur migas yang dapat digenjot produksi minyaknya dengan EOR. Pada Senin (3/2) ini, pihaknya dan SKK Migas akan membahas teknis peningkatan produksi minyak ini. 

“Sambil eksplorasi sumur baru, sumur lama kan ada yang bisa EOR. Masih besar [potensinya] sekitar 1,7 miliar barel,” ujar Luhut.

Kegiatan EOR salah satunya diharapkan dapat dilakukan di Blok Rokan yang kontraknya akan berakhir pada tahun depan. Pada saat meneken kontrak baru Blok Rokan, salah satu yang dijanjikan PT Pertamina (Persero) adalah pelaksanaan kegiatan EOR. 

Beberapa kegiatan itu yakni studi EOR senilai US$ 4 juta, stage-1 CEOR 7 pattern US$ 247 juta, dan stage-1 steam flood Kulin atau Rantau Bais US$ 88,6 juta. Luhut menegaskan, sudah tidak ada masalah terkait formula zat kimia yang kini masih diuji coba di Blok Rokan oleh Chevron Indonesia selaku operator saat ini. Pihaknya menginginkan Pertamina melakukan EOR dengan menggunakan formula zat kimia tersebut. Kegiatan EOR disebutnya harus dilakukan secepat mungkin.

“Biarkan gunakan saja yang punya Chevron, buat apa diganti terus? Saya bilang tadi supaya itu dibicarakan agar tidak lama lagi cari cara lain,” tegasnya. 

Dalam rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pekan lalu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, EOR merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi minyak di Blok Rokan.

Chevron Indonesia, selaku operator saat ini, telah mengkaji formula zat kimia yang akan dipakai dalam kegiatan EOR tersebut. Namun, pihaknya khawatir tidak dapat menggunakan formula yang sedang dibuat Chevron lantaran terdapat komponen yang tidak masuk dalam daftar biaya investasi yang dapat dikembalikan (cost recovery). 

“Kalau formula ini tidak diberikan ke kami, maka perlu waktu empat tahun lagi karena EOR ini spesifik untuk setiap lokasi. Alih kelola ini salah satu yang menjadi kunci adalah formula EOR,” kata Nicke Widyawati.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto meyakinkan, hasiil uji coba dan kajian penerapan EOR di Blok Rokan oleh Chevron sudah masuk dalam bagian aset negara karena sudah dibiayai negara. Oleh karena itu Pertamina tidak perlu mengulang percobaan EOR di blok migas yang berlokasi di Riau tersebut. Tidak hanya EOR, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menuturkan bahwa pihaknya diminta membuat inovasi guna mencapai target produksi minyak 1 juta bph.

“Kami harus lebih agresif dalam melakukan pengeboran, dan tingkat kesuksesannya ditingkatkan, kalau bisa jangan dry hole,” ujarnya.

Saat ini pun, Pertamina melalui Pertamina EP juga telah melaksanakan EOR di Lapangan Tanjung. Perseroan juga telah meneken pokok-pokok kesepahaman antara Pertamina dan Repsol untuk pengelolaan full scale tersebut, termasuk implementasi EOR surfaktan-polimer. 

Di Lapangan Jirak dan Rantau, Pertamina sedang melakukan studi aplikasi zat kimia surfaktan untuk implementasi EOR di kedua lapangan ini. Selanjutnya, terkait dengan CO2 flooding, Pertamina saat ini sedang melakukan studi di beberapa lapangan yaitu Jatibarang, Sukowati dan Ramba. 

Pertamina juga memperluas kegiatan EOR ini ke blok migas yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi (PHE), yakni di Blok Offshore North West Java, tepatnya di Lapangan Zulu dan E-Main. Selain itu, di lapangan Batang yang dioperasikan oleh PHE Siak dalam waktu dekat akan dilakukan pilot project EOR steam flooding.

Kegiatan EOR juga dijanjikan PT Medco E&P ketika menandatangani kontrak Blok Rimau. Medco menjanjikan empat pre injection full field chemical EOR, yakni senilai US$ 1,1 juta pada tahun kedua, US$ 8,2 juta pada tahun ketiga, US$ 6,2 juta pada tahun keempat, dan US$ 4,8 juta pada tahun kelima. 

Selain itu, Medco juga merencanakan Fase-I full field chemical EOR di Lapangan Kaji Semoga senilai US$ 1 juta. Mengacu data Kementerian ESDM, lifting minyak nasional terus turun. 

Lifting minyak sempat mencapai 861 ribu bph pada 2012. Namun, realisasi lifting minyak ini terus turun menjadi 779 ribu bph pada 2015. Lifting minyak kembali naik sedikit pada 2016 menjadi 829 ribu bph. Setelah itu, realisasi lifting minyak terus turun menjadi 804 ribu bph pada 2017, 778 ribu bph pada 2018, dan 746 ribu bph pada tahun lalu.

Investor Daily, Page-9, Monday, Feb 3, 2020

No comments:

Post a Comment

POP UNDER

Iklan Tengah Artikel 1

NATIVE ASYNC

Iklan Bawah Artikel