PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk continues to expand its liquefied natural gas (LNG) business overseas, this time to China. PGN will supply LNG to the Chinese state-owned oil and gas company, Sinopec Corp, from 2020.
PGN's Director of Strategy and Business Development Syahrial Muktar said, to realize the LNG supply, PGN and Sinopec had signed a gas sale and purchase agreement (PJBG). Under this agreement, PGN will sell LNG to Sinopec starting next year.
"Sinopec requests for 2020 a minimum of [supply] 6 cargoes. The first cargo was requested [sent] early January 2020, "he said.
He explained, PGN entered China because the country has great potential for various business opportunities, one of which is energy. Based on energy needs to support economic growth in China, energy imports are inevitable. China needs global energy sources to fill the gap between energy production and increasing consumption.
Sinopec
Moreover, Sinopec is one of the biggest energy companies in China. He said he hoped the signing of the PJBG could be the beginning of future collaboration with the Chinese national oil and gas company.
"Hopefully, we can further explore the potential of LNG sales and the development of LNG infrastructure with this opportunity, starting from the terminal, small-scale, bunkers, and so on," said Syahrial.
Regarding LNG supplies sold to China, it is not always from domestic sources. PGN can also send LNG supplies from overseas sources. Therefore, business expansion abroad will not disrupt domestic gas supply.
"PGN can help sell LNG portfolio owned by Pertamina and carry out PGN's role as a gas sub-holding," he said.
Based on Investor Daily's notes, Pertamina had previously signed three LNG import contracts. Pertamina has signed a gas sale and purchase agreement (PJBG) with its subsidiary Cheniere Energy Inc., the Corpus Christi Liquefaction Liability Company, to supply 0.76 million tons of LNG per year starting in 2019 for 20 years. Pertamina has also contracted with Cheniere Energy with the same volume but started in 2018 with a duration of 20 years.
Then, Pertamina has contracted with Woodside with a volume of around 0.6 million tons per year which can be increased to 1.1 million tons per year. Supply of 0.6 million tons per year began to be delivered in 2022-2034 and could be increased to 1.1 million tons per year in 2024-2038. Finally, the company has an agreement (head of agreement / HoA) with ExxonMobil to supply as much as 1 million tons per year for 20 years starting in 2025.
In addition to China, PGN has previously submitted a Letter of Intent to Philippine entities to explore LNG commercialization cooperation in the Philippines. PGN's Managing Director Gigih Prakoso briefly explained, to work on the gas business in the Philippines, the company will hold partners, from local Filipinos and from global LNG players. He explained, this cooperation was important to divide the investment burden and business risk.
"In the Philippines, PGN has sent a Letter of Intent (LoI) and is now at the stage of discussion to be finalized," he said.
LNG business
Syahrial explained, Pertamina's LNG business has now been handled by PGN as Subholding Gas.
"For the development of the new LNG business, both molecular and infrastructure, PGN has handled it," he said.
According to him, PGN got the task of Pertamina is to manage the end-to-end LNG business in full since the middle of this year. This began with the initiative and development of new domestic and global LNG businesses. PGN also received a mandate from the government and shareholders to manage and integrate the gas and LNG business in Indonesia from midstream to downstream to achieve the most optimal value to all stakeholders. PGN will not stop serving energy needs in the form of commodities.
"We have reviewed the opportunity to take part and develop the gas and LNG infrastructure along the value chain, ranging from ownership of liquefaction, regasification, ships, energy regeneration or transmission infrastructure, pipelines and city gas facilities," Syarial said.
To supply domestic natural gas needs for all sectors, currently the PGN Group has provided gas or LNG in various markets, not only as energy and industry, but also for commercial, retail and household use. PGN seeks to ensure that gas supply flows for 24 hours by initiating the LNG business two years ago, one of which is by operating a floating storage and regasification unit (FSRU). This is to anticipate risks and technical problems in the gas well.
As happened recently in Central Sumatra and East Java, PGN replaced the gas supply with LNG from the LNG terminal in Lampung, so that the gas supply through the South Sumatra West Java (SSWJ) pipeline remained stable. Thus, PGN customers, who are mostly industrial sectors, can still obtain gas supply to meet their energy needs.
In addition to anticipating increased natural gas growth and maintaining gas supply security in East Java, PGN is building an LNG Terminal in Lamong Bay, Surabaya. The construction of an LNG terminal with a capacity of 40 billion British thermal units per day (billion British thermal units per day / BBTUD), which is divided into three phases, is targeted to operate by the end of this year and be completed in 2023.
Then, according to plan, PGN will build a number of new infrastructure, including 528 km transmission pipelines and 500 km distribution, until 2024. PGN will also build seven LNG filling stations for ships, five FSRUs, 3.59 million household connections, and 17 LNG facilities.
This is to achieve the portion of gas in the energy mix of 2024. The reason is to optimize the utilization of domestic natural gas, gas infrastructure is a necessity. As a sub-oil and gas holding, currently PGN's total gas pipeline network is more than 10,000 kilometers. PGN also operates two FSRUs, one LNG Regasification Terminal, 64 gas refueling stations (SPBG) and four mobile refueling units (MRU).
IN INDONESIA
PGN Ekspansi Bisnis LNG ke Tiongkok
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk terus memperluas bisnis gas alam cairnya (liquefied natural gas/LNG) ke luar negeri, kali ini ke Tiongkok. PGN akan memasok LNG ke perusahaan migas milik pemerintah Tiongkok, Sinopec Corp, mulai 2020.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Muktar mengatakan, untuk merealisasikan pasokan LNG ini, PGN dan Sinopec telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG). Berdasarkan perjanjian ini, PGN akan menjual LNG ke Sinopec mulai tahun depan.
“Sinopec request untuk tahun 2020 minimal [pasokan] 6 cargo. Kargo pertama diminta [dikirim] awal Januari 2020,” kata dia.
Dia menjelaskan, PGN masuk ke Tiongkok karena negara tersebut memiliki potensi besar untuk berbagai peluang bisnis, salah satunya energi. Berdasarkan kebutuhan energi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, impor energi tidak dapat terelakkan.
Tiongkok membutuhkan sumber energi global untuk mengisi kesenjangan antara produksi energi dengan konsumsi yang meningkat. Apalagi, Sinopec merupakan salah satu perusahaan energi terbesar di Tiongkok. Pihaknya berharap penandatanganan PJBG bisa menjadi awal kolaborasi ke depan dengan perusahaan migas nasional Tiongkok itu.
“Harapannya, kami bisa mengeksplorasi potensi penjualan LNG dan pengembangan infrastruktur LNG secara lebih jauh dengan kesempatan ini, dari mulai terminal, skala-skala kecil, bungker, dan sebagainya,” tutur Syahrial.
Terkait pasokan LNG yang dijual ke Tiongkok, tidak selalu dari sumber dalam negeri. PGN juga dapat mengirimkan pasokan LNG ini dari sumber di luar negeri. Sehingga, ekspansi bisnis ke luar negeri ini tidak akan mengganggu pasokan gas di dalam negeri.
“PGN dapat membantu penjualan protofolio LNG yang dimiliki Pertamina dan menjalankan peran PGN sebagai sub holding gas,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Investor Daily, Pertamina sebelumnya telah meneken tiga kontrak impor LNG. Pertamina telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan anak usaha Cheniere Energy Inc yakni Corpus Christi Liquefaction Liability Company untuk memasok 0,76 juta ton per tahun LNG mulai 2019 selama 20 tahun. Pertamina juga sudah berkontrak dengan Cheniere Energy dengan volume yang sama namun dimulai pada 2018 dengan durasi 20 tahun.
Kemudian, Pertamina telah berkontrak dengan Woodside dengan volume sekitar 0,6 juta ton per tahun yang bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun. Pasokan 0,6 juta ton per tahun mulai dikirim 2022-2034 dan bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun pada 2024-2038. Terakhir, perseroan memiliki kesepakatan (head of agreement/HoA) dengan ExxonMobil untuk pasokan sebanyak 1 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2025.
Selain Tiongkok, PGN sebelumnya telah menyampaikan Letter of Intent kepada entitas Filipina untuk menjajaki kerja sama komersialisasi LNG di Filipina. Direktur Utama PGN Gigih Prakoso sempat menjelaskan, untuk mengerjakan bisnis gas di Filipina, perusahaan akan menggandeng mitra, dari lokal Filipina maupun dari pemain LNG global. Dijelaskannya, kerja sama ini penting untuk membagi beban investasi dan risiko bisnis.
“Di Filipina, PGN telah mengirimkan Letter of Intent (LoI) dan kini pada tahap diskusi untuk dapat difinalisasi,” kata dia.
Bisnis LNG
Syahrial menjelaskan, bisnis LNG Pertamina kini telah ditangani oleh PGN sebagai Subholding Gas.
“Untuk pengembangan bisnis LNG yang baru, baik molekul maupun Infrastruktur, sudah di-handle PGN,” tuturnya.
Menurutnya, PGN mendapat tugas dari Pertamina untuk mengelola bisnis LNG end-to-end secara penuh sejak pertengahan tahun ini. Hal ini dimulai dengan inisiatif dan pengembangan bisnis baru bisnis LNG baik domestik maupun global. PGN juga menerima mandat dari pemerintah dan pemegang saham untuk mengelola dan mengintegrasi bisnis gas dan LNG d Indonesia dari midstream ke downstream untuk mencapai nilai paling optimal kepada seluruh pemangku kepentingan. PGN tidak akan berhenti untuk melayani kebutuhan energi dalam bentuk komoditas saja.
“Kami sudah meninjau kesempatan untuk mengambil peran dan mengembangkan infrastruktur gas dan LNG sepanjang rantai nilai, mulai dari kepemilikan bidang likuifaksi, regasifikasi, kapal, regenerasi energi atau transmisi infrastruktur, saluran pipa dan fasilitas gas kota,” kata Syarial.
Untuk memasok kebutuhan gas bumi domestik bagi seluruh sektor, saat ini PGN Grup telah menyediakan gas atau LNG pada berbagai pasar, tidak hanya sebagai energi dan industri, tetapi juga untuk komersial, ritel, dan rumah tangga. PGN berupaya menjamin agar pasokan gas mengalir selama 24 jam dengan menginisiasi bisnis LNG sejak dua tahun lalu, salah satunya dengan mengoperasikan unit penampungan dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit/FSRU). Hal ini untuk mengantisipasi risiko-risiko dan gangguan-gangguan teknis di sumur gas.
Seperti yang terjadi baru-baru ini di Sumatera Tengah dan Jawa Timur, PGN mengganti pasokan gas dengan LNG dari terminal LNG di Lampung, sehingga membuat pasokan gas melalui pipa South Sumatera West Java (SSWJ) tetap stabil. Sehingga, para pelanggan PGN yang sebagian besar merupakan sektor industri tetap dapat memperoleh pasokan gas guna memenuhi kebutuhan energinya.
Selain itu untuk mengantisipasi peningkatan pertumbuhan gas bumi dan menjaga ketahanan pasokan gas di Jawa Timur, PGN sedang membangun Terminal LNG di Teluk Lamong, Surabaya. Pembangunan Terminal LNG berkapasitas 40 miliar british thermal unit per hari (billion british thermal unit per day/ BBTUD) yang terbagi dalam tiga fase itu ditargetkan beroperasi pada akhir tahun ini dan rampung seluruhnya pada 2023.
Kemudian, sesuai rencana, PGN akan membangun sejumlah infrastruktur baru, di antaranya jaringan pipa transmisi 528 km dan distribusi 500 km, hingga 2024. PGN juga akan membangun tujuh LNG filling station untuk kapal, lima FSRU, 3,59 juta sambungan rumah tangga, dan 17 fasilitas LNG.
Hal ini untuk mencapai porsi gas dalam bauran energi 2024. Pasalnya, untuk optimalisasi pemanfaatan gas bumi domestik, infrastruktur gas adalah keniscayaan. Sebagai sub holding migas, saat ini total jaringan pipa gas PGN lebih dari 10.000 kilometer. PGN juga mengoperasikan dua FSRU, satu Terminal Regasifikasi LNG, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan empat mobile refueling unit (MRU).
Investor Daily, Page-9, Wednesday, Nov 13, 2019