Masela gas utilization
The industrial sector is only capable of absorbing gas pipeline from the Masela block in Arafuru Sea, Maluku 150 MMSCFD of previously proposed 474 MMSCFD for three companies that the government hopes to PT Pertamina.
Industry Ministry before providing recommendations to get the three companies of 474 million cubic feet per day (MMSCFD) of gas from the Masela block. The three companies are PT Pupuk Indonesia, PT Kaltim Methanol Industri and PT Elsoro Multi Pratama which later coupled PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
According to him, the gas volume of 474 MMSCFD, investors need huge capital to take advantage be derived products. Meanwhile, the government provides two options in the development of the Masela block.
First, the construction of liquefied natural gas (LNG) ground with a capacity of 7.5 million tonnes per annum (Mtpa) and 474 MMSCFD gas pipeline. Second, the capacity of 9.5 Mtpa LNG plant and gas pipeline 150 MMSCFD.
Utilization of gas pipeline that aims to create downstream industries in the eastern region of Indonesia. Director of Upstream Chemical Industry Ministry of Industry Muhammad Khayam said, after the count, the industry only needs gas pipeline from Masela 150 MMSCFD. It was the beginning of the scheme assuming gas price meets the economic development of a petrochemical plant which is about US $ 4 per MMBtu.
Volume is expected to produce 1.8 million tons of methanol with polyethylene and polypropylene capacity of around 400,000 tonnes is equivalent to that will awaken in Bintuni Bay, Papua.
Meanwhile, as many as 200 MMSCFD gas pipeline will be absorbed by PT Pertamina. Although the volume of gas utilization plan for the industry declined, he said, it will review and offer other companies the absorption of gas rose to 274 MMSCFD because currently the industry's only willing to absorb 150 MMSCFD. Therefore, it would revise the proposed utilization of gas.
"The 150 MMSCFD it enough, it is already one existing petrochemical plants. As in the Bintuni, 1.8 million tons of methanol, "he said after attending the Indonesian Refining and Petrochemical Forum, Tuesday (7/3).
Despite having to revise the proposed absorption Masela gas pipeline of 474 MMSCFD to 150 MMSCFD, Khayam calls, gas buyer commitments should be ensured in July 2017. Thus, he was offered to other companies who might be able to absorb. Previously, there have been three companies that will absorb Masela gas.
Khayam mention that Pupuk Indonesia, Kaltim Methanol, and Elsoro Multi Pratama, and Chandra Asri Petrochemical will create a consortium that will be led by Pupuk Indonesia. However, it should be discussed further with the Special Unit of Upstream Oil and Gas (SKK Migas) due to the utilization of gas to state-owned companies do not need to go through the bidding process.
"It untimed approximately July 2017 on the industry to have a commitment," he said.
ADVICE LUHUT
When contacted separately, Vice President Corporate Communications Pertamina IPT Wianda Pusponegoro said Masela gas absorption by Pertamina is the proposal of the Coordinating Minister for maritime Luhut Binsar Pandjaitan which is currently under review. Associated with the possible purchase of 200 MMSCFD of gas, must be followed up with more interesting clauses in the gas purchase agreement.
"We are open for communication related to the terms of the commercial in order to win-win for all parties," he said.
Previously, the Senior Manager of Communications & Relations Inpex Indonesia Usman Slamet said, related to the continuation of development projects Abadi field, Masela, it was still talking with the government.
IN INDONESIAN
Pemanfaatan Gas Msela
Pertamina Menjadi Harapan
Sektor industri hanya sanggup menyerap gas pipa dari Blok Masela di Laut Arafuru, Maluku sebanyak 150 MMscfd dari sebelumnya diusulkan 474 MMscfd untuk tiga perusahaan sehingga pemerintah berharap kepada PT Pertamina.
Kementerian Perindustrian sebelumnya memberikan rekomendasi tiga perusahaan untuk mendapatkan 474 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas pipa dari Blok Masela. Ketiga perusahaan itu yakni PT Pupuk Indonesia, PT Kaltim Methanol Industri, dan PT Elsoro Multi Pratama yang nantinya ditambah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Menurutnya, dengan volume gas 474 MMscfd, investor butuh modal besar untuk memanfaatkan menjadi produk turunan. Sementara itu, pemerintah memberikan dua opsi dalam pengembangan Blok Masela.
Pertama, pembangunan kilang gas alam cair (LNG) darat dengan kapasitas 7,5 juta ton per tahun (Mtpa) dan gas pipa 474 MMscfd. Kedua, kapasitas kilang LNG sebesar 9,5 Mtpa dan gas pipa 150 MMscfd.
Pemanfaatan gas pipa itu bertujuan untuk menciptakan industri hilir di kawasan timur Indonesia. Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam mengatakan, setelah dihitung, industri hanya membutuhkan gas pipa dari Blok Masela sebanyak 150 MMscfd. Hal itu merupakan skema awal dengan asumsi harga jual gas memenuhi keekonomian pengembangan pabrik petrokimia yakni sekitar US$4, per MMBtu.
Volume tersebut diperkirakan menghasilkan 1,8 juta ton metanol dengan kapasitas polietilena dan polipropilena sekitar 400.000 ton setara dengan yang akan terbangun di Teluk Bintuni, Papua.
Sementara itu, gas pipa sebanyak 200 MMscfd akan diserap oleh PT Pertamina. Kendati rencana pemanfaatan volume gas bagi industri menurun, dia menyebut, pihaknya akan mengkaji ulang dan menawarkan perusahaan lain agar penyerapan gas naik menjadi 274 MMscfd karena saat ini industri hanya bersedia menyerap 150 MMscfd. Oleh karena itu, pihaknya akan merevisi usulan pemanfaatan gas.
“Yang 150 MMscfd itu cukup, itu sudah satu pabrik petrokimia yang ada. Seperti di Bintuni itu, sebesar 1,8 juta ton metanolnya,” ujarnya usai menghadiri Indonesia Refining and Petrochemical Forum, Selasa (7/3).
Meskipun harus merevisi usulan penyerapan gas pipa Blok Masela dari 474 MMscfd menjadi 150 MMscfd, Khayam menyebut, komitmen pembeli gas harus dipastikan pada Juli 2017. Dengan demikian, dia pun menawarkan kepada perusahaan lain yang mungkin bisa menyerap. Sebelumnya, sudah terdapat tiga perusahaan yang akan menyerap gas Masela.
Khayam menyebut bahwa Pupuk Indonesia, Kaltim Methanol, dan Elsoro Multi Pratama, dan Chandra Asri Petrochemical akan membuat konsorsium yang nantinya akan dipimpin oleh Pupuk Indonesia. Namun, perlu didiskusikan lebih lanjut dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) karena pemanfaatan gas untuk perusahaan milik pemerintah tidak perlu melalui proses tender.
“Itu dibatasi waktu kira-kira Juli 2017 pada industri untuk punya komitmen,” katanya.
SARAN LUHUT
Ketika dihubungi terpisah, Vice President Corporate Communication IPT Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, penyerapan gas Masela oleh Pertamina merupakan usulan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang kini sedang ditinjau. Terkait dengan kemungkinan pembelian 200 MMscfd gas pipa, perlu ditindaklanjuti dengan klausul yang lebih menarik dalam perjanjian jual beli gas.
“Kami terbuka untuk berkomunikasi terkait term-term komersial agar win-win bagi semua pihak,” katanya.
Sebelumnya, Senior Manager Communication & Relation Inpex Indonesia Usman Slamet mengatakan, terkait dengan kelanjutan proyek pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela, pihaknya masih membicarakannya dengan pemerintah.
Bisnis Indonesia, Page-30, Wednesday, March, 8, 2017