PT Pertamina projects crude oil imports this year reached 140 million barrels, a slight increase of about 5% compared to last year which amounted to 134 million barrels. The increase in imports was driven by the increasing number of processed crude oil refineries.
President Senior Vice Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba said, both imported and domestic crude oil supply, this year has increased. In particular, crude oil imports by 140 million barrels and domestic supply 181.5 million barrels.
This estimate has taken into account the treatment of three refineries, the refinery Balongan, Balikpapan, and Dumai. "Imports in 2017 rose as refiners run higher than 2016, which is in process at the refinery to increase," he said
Other considerations, this projection also calculate fuel consumption growth in the country is estimated at 3-4%. According to him, the supply of crude oil from abroad is about 75% has been secured with a six-month futures contracts.
While the rest of procurement is optimized every month. Oil imports this year is planned type of ALC 39 million barrels, 18 million barrels of African, Asian 60 million barrels and 32 million barrels Mediterranean.
"For the realization of import of 2017 will be optimized every month. What is the composition and fluctuations in the price of crude, then the product which gives the maximum benefit, because the market is definitely changing, "said Daniel. In addition, the realization of imports was also influenced how much oil ration countries every year.
Since 2012, crude oil imports rose annually. However, Daniel said, imports of crude oil in 2016 was down to 134 million barrels from 143 million barrels the previous year. This is because the domestic supply of crude oil has increased significantly from 164.9 million barrels in 2015 to 176.6 million barrels in 2016. The increase came from the purchase of oil which is allotted cooperation contract (PSC).
This year, domestic oil supply is also projected to increase to 181.5 million barrels. This is because Pertamina wants to increase oil purchases ration PSC. Last year, the company had purchased from Petrogas, Bumi Siak Pusako, and Kufpec. "For us is the more the better, under negotiation," said Daniel.
Improvement can be made by purchasing calls have been issued Regulation of the Minister of Finance (PMK), which sets out to not impose a tax for the purchase of oil and gas in the country through trade units (the trading arm) oil and gas companies. With this policy is expected that more PSC is willing to sell its oil.
Product Imports Down
As the impact of high crude oil processing in refineries, imports of petroleum products as a whole is projected to be lower than last year. In total fuel imports this year is estimated at 98.6 million barrels from 105.7 million barrels last year.
Although for certain products, imports actually rose significantly. The increase in imports of Daniel, happened to PERTAMAX. PERTAMAX imports continued to rise from 2015, from the initial 8 million barrels to 25 million barrels in 2016 ago.
This year, imports are projected to increase 46% PERTAMAX to 36 million barrels. "PERTAMAX membalance Premium decline, due to increased consumption of Pertamax," he said. Premium imports this year called only by 62 million barrels. This balustrades 12% lower than last year amounted to 73.7 million barrels.
In fact, during the period 2012-2015, imports Premium always reaching 100 million barrels. New in 2016, Premium imports could be reduced to only 73.7 million barrels.
"This is because RFCC Cilacap refinery, and refineries TPPI already in operation, so as to reduce imports," explains Daniel. In fact, thanks to two units of this refinery, Premium and Pertamax total imports this year could be lower than last year.
As for solar, according to Daniel, is no longer plan to import. Unless, imports by 2 million barrels, done earlier this year for their care in Balongan refinery. Even last year, imports Solar is not too big, which is only 6 million barrels. Since 2012, imports Solar continues to fall from 51 million barrels to 16 million barrels in 2015.
Furthermore, imports of liquefied petroleum gas / LPG is projected to increase by 12.34% from 4.4 million metric tons to 4.9 million metric tons. The increase in imports due to the increasingly widespread conversion of kerosene to LPG, the increase in consumption, and a decrease in domestic LPG production. Just as crude oil imports, imports of the products also use the scheme futures contracts and the spot market.
IN INDONESIAN
2017, Impor Minyak Mentah Pertamina Naik 5%
PT Pertamina memproyeksikan impor minyak mentah tahun ini mencapai 140 juta barel, naik tipis sekitar 5% dibanding realisasi tahun lalu yang sebesar 134 juta barel. Peningkatan impor didorong oleh semakin banyaknya minyak mentah yang diolah kilang.
Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba mengatakan, baik impor maupun pasokan minyak mentah domestik, tahun ini mengalami peningkatan. Rincinya, impor minyak mentah sebesar 140 juta barel dan pasokan dalam negeri 181,5 juta barel.
Perkiraan ini sudah memperhitungkan adanya perawatan tiga kilang, yakni Kilang Balongan, Balikpapan, dan Dumai. “Impor di 2017 naik karena refinery run lebih tinggi dari 2016, yang di proses di kilang meningkat,” kata dia
Pertimbangan lainnya, proyeksi ini juga menghitung pertumbuhan konsumsi BBM dalam negeri yang diperkirakan sebesar 3-4%. Menurut dia, pasokan minyak mentah dari luar negeri ini sekitar 75% sudah diamankan dengan kontrak berjangka enam bulanan.
Khusus impor minyak Arabian Light Crude (ALC) kontrak tahunan. Sementara sisanya pengadaan dioptimasi setiap bulan. Impor minyak tahun ini direncanakan jenis ALC 39 juta barel, African 18 juta barel, Asian 60 juta barel, dan Mediteranian 32 juta barel.
“Untuk realisasi impor 2017 nanti akan dioptimasi setiap bulan. Bagaimana komposisi dan fluktuasi harga crude, kemudian produk mana yang memberi keuntungan maksimum, karena pasar pasti berubah,” papar Daniel. Selain itu, realisasi impor juga dipengaruhi berapa besar minyak jatah negara setiap tahunnya.
Sejak 2012, impor minyak mentah tercatat naik setiap tahunnya. Namun, kata Daniel, impor minyak mentah 2016 sempat turun menjadi 134 juta barel dari tahun sebelumnya 143 juta barel. Hal ini karena pasokan minyak mentah domestik mengalami peningkatan signifikan dari 164,9 juta barel pada 2015 menjadi 176,6 juta barel pada 2016. Peningkatan berasal dari pembelian minyak yang merupakan jatah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
Tahun ini, pasokan minyak domestik juga diproyeksikan meningkat menjadi 181,5 juta barel. Hal ini karena Pertamina ingin menambah pembelian minyak jatah KKKS. Tahun lalu, perseroan telah membeli dari Petrogas, Bumi Siak Pusako, dan Kufpec. “Buat kami ini the more the better, ini sedang negosiasi,” ujar Daniel.
Peningkatan pembelian disebutnya dapat dilakukan dengan telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang menetapkan untuk tidak mengenakan pajak untuk pembelian migas dalam negeri melalui unit dagang (trading arm) perusahaan migas. Dengan beleid ini diharapkan semakin banyak KKKS yang mau menjual minyaknya.
Impor Produk Turun
Sebagai dampak dari tingginya pengolahan minyak mentah di kilang, impor produk BBM secara keseluruhan tahun ini diproyeksikan lebih rendah dari tahun lalu. Secara total impor BBM tahun ini diperkirakan sebesar 98,6 juta barel dari tahun lalu 105,7 juta barel. Walaupun untuk produk-produk tertentu, impornya justru naik signifikan. Kenaikan impor kata Daniel, terjadi pada Pertamax. Impor Pertamax terus naik dari 2015, dari awalnya 8 juta barel menjadi 25 juta barel pada 2016 lalu.
Tahun ini, impor Pertamax diproyeksikan meningkat 46% menjadi 36 juta barel. “Pertamax membalance penurunan Premium, karena adanya peningkatan konsumsi Pertamax,” ujarnya. Impor Premium tahun ini disebutnya hanya sebesar 62 juta barel. Angkan ini lebih rendah 12% dari realisasi tahun lalu sebesar 73,7 juta barel.
Padahal, selama kurun waktu 2012-2015, impor Premium selalu menembus 100 juta barel. Baru pada 2016, impor Premium bisa ditekan menjadi hanya 73,7 juta barel.
“Ini karena RFCC Kilang Cilacap dan Kilang TPPI sudah beroperasi, sehingga bisa mengurangi impor,” jelas Daniel. Bahkan berkat dua unit kilang ini, total impor Premium dan Pertamax tahun ini bisa lebih rendah dari tahun lalu.
Sementara untuk Solar, menurut Daniel, sudah tidak ada lagi rencana impor. Kecuali, impor sebesar 2 juta barel yang dilakukan pada awal tahun ini karena adanya perawatan di Kilang Balongan. Pada tahun lalu pun, impor Solar tidak terlalu besar, yakni hanya 6 juta barel. Sejak 2012, impor Solar terus turun dari 51 juta barel menjadi 16 juta barel pada 2015.
Selanjutnya, impor gas minyak cair/LPG diproyeksikan naik sebesar 12,34% dari 4,4 juta metrik ton menjadi 4,9 juta metrik ton. Peningkatan impor karena semakin meluasnya konversi dari minyak tanah ke LPG, naiknya konsumsi, dan penurunan produksi LPG domestik. Sama seperti impor minyak mentah, impor produk juga menggunakan skema kontrak berjangka dan pasar spot.
Investor Daily, Page-9, Saturday, April, 8, 2017