google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 All Posts - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Tuesday, May 23, 2017

Government Set Gas Quota for 100 Plant



Domestic gas supply is still lacking.

Minister of Energy and Mineral Resources Ignasius Jonan has allocated gas for 100 power plants across Indonesia until 2026. The gas quota is arranged based on the proposed PT PLN as stated in the Electricity Supply Business Plan (RUPTL) 2017-2026.

The Java-Bali generation system generates the most gas this year, which is 1,188 billion British thermal units per day (BBTUD). As for next year, the amount of gas is reduced to 1.170 BBTUD.

Gas demand for Java-Bali is actually larger than the supply of 1,193 BBTUD this year. The shortage will widen next year, as an estimated increase in demand to 1231 BBTUD. The deficit is closed from the gas potential to be obtained

While the system of Sumatra received gas supply of 243.8 BBTUD this year and 298.1 BBTUD next year. Around 432 generators in this system also require more gas than the available supply.

Additional gas opportunities could be obtained by PLN by 67.2 BBTUD. The gas supply deficit also occurred in Sulawesi and Nusa Tenggara system this year at 30.8 BBTUD. The gas shortage will increase next year by 39.9 BBTUD. So is the Kalimantan system, which requires additional gas of 2.1 BBTUD this year and 30.9 BBTUD next year.

In the Maluku and Papua system, 34 power plants have not received clarity of gas supply until next year. Whereas the gas requirement reached 44.4 BBTUD until 2018. Actually, the Ministry of Energy has planned gas allocation for Papua from Tangguh refinery managed by BP Berau Ltd. Later, gas from Tangguh refinery units I and II will be transported using LNG mini boats.

The ship sends gas to the nearest pier, then flows to the power plant. This scheme is called a virtual pipeline. The gas distribution through the sea will also be used to illuminate other areas in eastern Indonesia, such as Maluku and East Nusa Tenggara

To meet gas demand, Jonan asked PLN to accelerate the maximum gas sale agreement early next year. Within 12 months after the issuance, PLN must complete the natural gas purchase agreement. If domestic gas supply is insufficient, Jonan invites PLN to buy from outside the country. Provided, the price does not exceed 11.5 percent of Indonesia Crude Price (ICP).

Regarding the Papua gas distribution channel, the Ministry of Energy will hold a tender in the second half of 2017. Our open offer coordinates with PLN, said Director General of Oil and Gas, I Gusti Nyoman Wiratmaja.

IN INDONESIAN

Pemerintah Tetapkan Kuota Gas 100 Pembangkit


Pasokan gas domestik masih kurang.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan telah mengalokasikan gas untuk 100 pembangkit listrik di seluruh Indonesia hingga 2026 mendatang. Kuota gas diatur berdasarkan usul PT PLN yang tertera dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026. 

Sistem pembangkitan Jawa-Bali paling banyak memperoleh gas tahun ini, yakni sebesar 1.188 billion British thermal unit per day (BBTUD). Adapun tahun depan, jumlah gasnya berkurang menjadi 1.170 BBTUD.

Permintaan gas untuk Jawa-Bali sebenarnya lebih besar dibanding pasokan, yakni 1.193 BBTUD pada tahun ini. Kekurangan akan melebar tahun depan, karena diperkirakan terjadi peningkatan permintaan menjadi 1.231 BBTUD. Defisit ditutup dari potensi gas yang akan diperoleh

Sedangkan sistem Sumatera memperoleh pasokan gas 243,8 BBTUD pada tahun ini dan 298,1 BBTUD pada tahun depan. Sekitar 432 pembangkit di sistem ini juga membutuhkan gas Iebih banyak daripada pasokan yang tersedia. 

Peluang gas tambahan bisa diperoleh PLN sebesar 67,2 BBTUD. Defisit pasokan gas juga terjadi di sistem Sulawesi dan Nusa Tenggara pada tahun ini sebesar 30,8 BBTUD. Kekurangan gas akan meningkat pada tahun depan sebesar 39,9 BBTUD. Begitu juga di sistem Kalimantan, yang membutuhkan gas tambahan sebesar 2,1 BBTUD pada tahun ini dan 30,9 BBTUD tahun depan.

Di sistem Maluku dan Papua, 34 pembangkit juga belum mendapat kejelasan pasokan gas hingga tahun depan. Padahal kebutuhan gasnya mencapai 44,4 BBTUD hingga 2018. Sebenarnya Kementerian Energi sudah merencanakan alokasi gas untuk wilayah Papua dari kilang Tangguh yang dikelola BP Berau Ltd. Nantinya, gas yang berasal dari kilang Tangguh unit I dan II akan diangkut menggunakan kapal mini LNG. 

Kapal mengirim gas ke dermaga terdekat, kemudian dialirkan ke pembangkit listrik. Skema ini disebut virtual pipeline. Jalur distribusi gas melalui laut juga akan dipakai menerangi daerah lain di Indonesia timur, seperti Maluku dan Nusa Tenggara Timur

Untuk memenuhi kebutuhan gas, Jonan meminta PLN mempercepat perjanjian jual-beli gas maksimal awal tahun depan. Dalam jangka waktu 12 bulan setelah ditetapkan, PLN harus menyelesaikan perjanjian jual-beli gas bumi. Jika pasokan gas domestik tidak mencukupi, Jonan mempersilakan PLN membeli dari luar negeri. Asalkan, harganya tidak melebihi 11,5 persen dari Indonesia Crude Price (ICP).

Mengenai jalur distribusi gas Papua, Kementerian Energi akan menggelar tender pada paruh kedua 2017. Penawaran terbuka kami koordinasikan dengan PLN, kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, I Gusti Nyoman Wiratmaja.

Koran Tempo, Page-20, Wednesday, April, 26, 2017

Government Stop Mini Refinery Auction



The government suspended the auction of small-scale petroleum refineries in the Molucas region. Though the auction has been running and five companies have been declared qualified.

This is in accordance with the direction of the Minister of Energy and Mineral Resources Ignatius Jonan to commission the construction of this refinery to Pertamina. Director General of Oil and Gas of the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja said the construction of small-scale refineries will be discussed further with PT Pertamina

In an announcement dated January 24, the ESDM Ministry announced five companies passed small-scale auction of petroleum refineries for Cluster 8 or Maluku region. The five companies are PT Alam Bersami Sentosa, PT Tri Wahana Universal, KSO PT Remaja Bangun Kencana Contractor-Changling Petrochemical engineering Design Co Ltd, PT Alliance Lintas Teknologi, and KSO PT Harmoni Drilling Services-Oceanus Co. Ltd.

After the auction is stopped, Pertamina will conduct partner selection in the construction of this mini refinery. The government's consideration assigned Pertamina because the state-owned oil and gas company understands the processing business and is the sole buyer of refinery products.

It has not been able to determine whether the entire construction of a mini refinery will be assigned to Pertamina. Because his side and Pertamina still have to discuss more about the mechanism of assignment of the construction of this mini refinery. For the number of refineries built, it can be reduced or increased depending on Pertamina.

Previously, the government targeted a small scale oil refinery built in eight clusters at once. The ongoing auction is for Cluster VII or Maluku which will process crude oil at 3,700 barrels per day (bpd) from Oseil and Bula Fields. In addition to the Moluccas, a mini refinery will also be built in seven other clusters. For Cluster I, a mini refinery will be built near the Rantau and Pangkalan Susu Block in Sumatra.

Furthermore, Klaster II in Emo Malacca Strait and Petroselat Blocks in Malacca Strait and Klaters III in Tonga Block, Shelters, Pendalian, Langgak, and West Area in Riau. Then, the location of mini refinery in Klaster IV that is in Palmerah Block, Mengoepeh Lemang, and Karang Agung in Jambi. Meanwhile, Klaster V in Merangin III and Ariodamar Block in South Sumatera, Klaster VI in Tanjung Block in Kalimantan Selarang and Klaster VII in Bunyu Block, Sembakung, Mamburungun and Pamusian Juwata in North Kalimantan.

The construction of a refinery refers to Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 22 of 2016 on Implementation of Small-Scale Oil Refinery Establishment in the Country. In accordance with the regulation, small scale oil development can be done in clusters or outside clusters established by the Director General of Oil and Gas. The construction of small-scale refineries in clusters can be carried out by the Government or business entities.

In order to improve economic feasibility, the implementation of small-scale oil refinery development may obtain fiscal and non-fiscal incentive facilities in accordance with the provisions of legislation and / or integrate the production of petrochemical products.

As for the price of petroleum this mini refinery will be set formula by the Minister of Energy and Mineral Resources. Formulation of the formula shall be carried out by considering the specifications of petroleum and / or condensate, calculating the efficiency of upstream and downstream business activities or refinery economies based on the delivery point. The ESDM Minister may assign different price formulas to a different type of petroleum or condensate at each different handling point.

IN INDONESIAN

Pemerintah Hentikan Lelang Kilang Mini


Pemerintah menghentikan lelang pembangunan kilang minyak bumi skala kecil di wilayah Maluku. Padahal Ielang sudah berjalan dan lima perusahaan telah dinyatakan lolos kualifikasi.

Hal ini sesuai dengan arahan Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk menugaskan pembangunan kilang ini kepada Pertamina. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, pembangunan kilang minyak skala kecil akan dibahas lebih lanjut dengan PT Pertamina 

Dalam pengumuman tertanggal 24 Januari, Kementerian ESDM mengumumkan lima perusahaan lolos lelang kilang minyak skala kecil untuk Klaster 8 atau wilayah Maluku. Kelima perusahaan ini adalah PT Alam Bersami Sentosa, PT Tri Wahana Universal, KSO PT Remaja Bangun Kencana Kontraktor-Changling Petrochemical engineering Design Co Ltd, PT Aliansi Lintas Teknologi, dan KSO PT Harmoni Drilling Services-Oceanus Co Ltd.

Pasca lelang disetop, Pertamina yang akan melakukan pemilihan mitra dalam pembangunan kilang mini ini. Pertimbangan pemerintah menugaskan Pertamina karena perusahaan migas milik pemerintah itu lebih memahami bisnis pengolahan dan merupakan satu-satunya pembeli bahan bakar produk kilang ini. 

Pihaknya belum dapat memastikan apakah seluruh pembangunan kilang mini akan ditugaskan kepada Pertamina. Pasalnya pihaknya dan Pertamina masih harus membahas lebih lanjut soal mekanisme penugasan pembangunan kilang mini ini. Untuk jumlah kilang yang dibangun, disebutnya bisa berkurang maupun bertambah tergantung Pertamina.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan kilang minyak skala kecil dibangun di delapan klaster sekaligus. Lelang yang sudah berjalan yakni untuk Klaster VII atau Maluku yang akan mengolah minyak mentah sebesar 3.700 barel per hari (bph) dari Lapangan Oseil dan Bula. Selain di Maluku, kilang mini juga akan dibangun di tujuh klaster lain. Untuk Klaster I, kilang mini akan dibangun di dekat Blok Rantau dan Pangkalan Susu di Sumatera. 

Selanjutnya, Klaster II di Blok Emo Malacca Strait dan Petroselat di Selat Malaka Panjang dan Klaters III di Blok Tonga, Sial, Pendalian, Langgak, dan West Area di Riau. Kemudian, lokasi kilang mini di Klaster IV yakni di Blok Palmerah, Mengoepeh Lemang, dan Karang Agung di Jambi. Sementara Klaster V di Blok Merangin III dan Ariodamar di Sumatera Selatan, Klaster VI di Blok Tanjung di Kalimantan Selarang, serta Klaster VII di Blok Bunyu, Sembakung, Mamburungun, dan Pamusian Juwata di Kalimantan Utara.

Pembangunan kilang mini mengacu pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Pembangunan Kilang Minyak Skala Kecil di Dalam Negeri. Sesuai dengan aturan tersebut, pembangunan minyak skala kecil dapat dilakukan di dalam klaster atau di luar klaster yang ditetapkan oleh Dirjen Migas. Pembangunan kilang minyak skala kecil di dalam klaster, dapat dilakukan oleh Pemerintah atau badan usaha.

Dalam rangka meningkatkan kelayakan keekonomian, pelaksanaan pembangunan kilang minyak skala kecil bisa memperoleh fasilitas insentif fiskal maupun non Fiskal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau mengintegrasikan produksi produk petrokimia.

Sementara untuk harga minyak bumi kilang mini ini akan ditetapkan formulanya oleh Menteri ESDM. Penetapan formula dilakukan dengan mempertimbangkan spesifikasi minyak bumi dan/ atau kondensat, perhitungan efisiensi kegiatan usaha hulu maupun hilir atau keekonomian kilang berdasarkan titik serah. Menteri ESDM dapat menetapkan formula harga yang berbeda terhadap suatu jenis minyak bumi atau kondensat pada setiap titik serah yang berbeda.

Investor Daily, Page-9, Wednesday, April, 26, 2017

HK and EMCL Have Not Pay Local Contractor Rp. 1.5 Billion



Polres Bojonegoro mediated between local contractors with PT Hutama Karya (HK) and ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) related to the unpaid bills of unpaid bills of the oil and gas field project of Banyu Urip, Cepu Block. Mediation is done in Parama Satwika Police Resort Bojonegoro.

However, during the meeting, PT Hutama Karya (HK), the main contractor in the Banyu Urip field project, was absent. Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu Sri Bintoro then asked local contractors to complete the data as the next meeting material.

Revelation Sri Bintoro hopes, nine local contractors convey in detail the facts on the ground so that the police have a complete picture of how the value of unpaid project arrears. He asked the local contractor to make a detailed and complete report on billing documentation and supporting documents as material to convey to PT HK and EMCL.

Do not let the issue of local contractor issues become a disturbance of security and public order. Check the outside contractor whether it has empowered local contractors. Hopefully the meeting as a good starting point of communication so that no party is harmed.

One of the contractor representatives, Hadi from PT Java Exspress, said that the unpaid arrears by HK parties to his company amounted to Rp 1.5 billion.

He said that during this time his side has sent letters several times, but never responded. Last meeting in Surabaya, the PT HK explained can not pay because EMCL has not agreed.

While EMCL representative Rexy Mawardi Jaya said the contract for the Banyu Urip oil field project, Cepu Block, is between EMCL and Rekin-Hutama Karya (RH).

EMCL is not involved in the contract between Rekin-PT HK and its subcontractors. In principle, EMCL and Rekin-HK have agreed to make payments on the value and costs contained in the contract.

IN INDONESIAN

HK dan EMCL Belum Bayar Kontraktor Lokal Rp. 1,5 Miliar

Polres Bojonegoro melakukan mediasi antara kontraktor lokal dengan pihak PT Hutama Karya (HK) dan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) terkait belum dibayarnya sejumlah tunggakan tagihan pembayaran pengerjaan proyek lapangan minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip, Blok Cepu. Mediasi dilakukan di ruang Parama Satwika Polres Bojonegoro.

Namun, dalam pertemuan itu, pihak PT Hutama Karya (HK) selaku kontraktor utama dalam proyek lapangan Banyu Urip, tidak hadir. Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu Sri Bintoro lalu meminta para kontraktor lokal melengkapi data sebagai bahan pertemuan selanjutnya. 

Wahyu Sri Bintoro berharap, sembilan kontraktor lokal menyampaikan secara detail fakta di lapangan sehingga pihak kepolisian mempunyai gambaran lengkap berapa nilai tunggakan proyek yang belum dibayar. Dia meminta kontraktor lokal membuat laporan secara terperinci dan lengkap mengenai dokuman tagihan dan dokumen pendukung sebagai bahan untuk menyampaikan pada pihak PT HK dan EMCL.

Jangan sampai masalah isu kontraktor lokal ini menjadi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Periksa kembali kontraktor luar apakah sudah memberdayakan kontraktor lokal. Semoga pertemuan sebagai titik awal komunikasi yang baik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Salah satu perwakilan kontraktor, Hadi dari PT Jawa Exspress, mengatakan bahwa tunggakan yang belum dibayar oleh pihak HK kepada perusahaan miliknya sebesar Rp 1,5 miliar.

Dia mengatakan, selama ini pihaknya sudah mengirim surat beberapa kali, tapi tidak pernah ditanggapi. Terakhir rapat di Surabaya, pihak PT HK menjelaskan belum bisa membayar karena EMCL belum menyetujui.

Sementara perwakilan EMCL Rexy Mawardi Jaya mengatakan, kontrak pengerjaan proyek lapangan migas Banyu Urip, Blok Cepu, adalah antara EMCL dan Rekin-Hutama Karya (RH).

EMCL tidak terlibat dalam kontrak antara Rekin-PT HK dengan para subkontraktornya. Secara prinsip EMCL dan Rekin-HK telah sepakat melakukan pembayaran atas nilai dan biaya yang ada dalam kontrak.

Koran Sindo, Page-18, Wednesday, April, 26, 2017

Government Cancels Mini Refinery Auction



The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) canceled the auction of eight mini refinery projects. The government chose to submit the project to PT Pertamina.

The government considers Pertamina to better understand the oil refinery business. Moreover, later this state-owned company will become the outfit or end buyer of the eighth oil production of mini refinery projects. As far as. This, the government's discussion process with Pertamina as the mandate recipient is still running. Dus, unknown model of assignment.

The cancellation of a mini refinery auction also applies to cluster VIII auctions in Oceil and Bula, Maluku. The government stopped the auction.

In fact, the auction of the cluster mini refinery VIII Maluku has entered the administrative stage and left five potential investors. The five investors are PT Alam Bersa Sentosa, PT Tri Wahana Universal, and KSO PT Remaja Bangun Kencana Contractor-Changling Petrochemical Engineering Design Co. Ltd. Two other bidders are PT Aliansi Lintas Teknologi and KSO PT Harmoni Drilling Services-Oceannus Co. Ltd.

Instead, Pertamina took over the Cluster Mini VII Maluku refinery. Then, Pertamina can find its own business partners.

An average picture of the capacity of a 6,000-barrel-20,000 barrel mini refinery. Estimated investment of around US $ 50 million-US $ 150 million. The development process can take about 18 months. The auction plan for eight mini-refinery projects has been in place since August 2016. The relatively stable supply of crude oil compared to other clusters is one of the reasons for the advanced VII Maluku cluster auction process.

IN INDONESIAN

Pemerintah Batalkan Lelang Kilang Mini


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membatalkan lelang delapan proyek kilang mini. Pemerintah memilih menyerahkan proyek tersebut kepada PT Pertamina.

Pemerintah menganggap Pertamina lebih memahami bisnis kilang minyak, Lagipula, nanti perusahaan milik negara ini tersebut yang akan menjadi offtaker atau pembeli akhir produksi minyak kedelapan proyek kilang mini. Sejauh. ini, proses diskusi pemerintah dengan Pertamina sebagai penerima mandat masih berjalan. Dus, belum diketahui model penugasannya.

Pembatalan lelang proyek kilang mini juga berlaku untuk lelang kluster VIII di Oseil dan Bula, Maluku yang sudah berjalan. Pemerintah menghentikan lelang tersebut.

Padahal, lelang kilang mini kluster VIII Maluku sudah memasuki tahap administrasi dan menyisakan lima calon investor. Kelima investor tersebut adalah PT Alam Bersami Sentosa, PT Tri Wahana Universal, Serta KSO PT Remaja Bangun Kencana Kontraktor-Changling Petrochemical Engineering Design Co Ltd. Dua peserta lelang lain adalah PT Aliansi Lintas Teknologi dan KSO PT Harmoni Drilling Services-Oceannus Co Ltd.

Sebagai gantinya, Pertamina mengambil alih kilang mini kluster VII Maluku. Lalu, Pertamina bisa mencari mitra bisnis sendiri. 

Gambaran rata-rata kapasitas kilang mini 6.000 barel-20.000 barel. Perkiraan investasinya sekitar US$ 50 juta-US$ 150 juta. Proses pembangunan bisa memakan waktu sekitar 18 bulan. Rencana lelang delapan proyek kilang mini sudah tercetus sejak Agustus 2016. Dukungan pasokan minyak mentah yang relatif stabil daripada kluster lain, menjadi salah satu pertimbangan proses lelang kluster VII Maluku lebih maju.

Kontan, Page-14, Wednesday, April, 26, 2017

Mini Refinery Delegated to Pertamina



The government will commission the construction of a mini refinery to PT Pertamina after stopping the VIII cluster auction process at the Oil and Gas Field of Osil and Bula in the Maluku region. Director General of Oil and Gas of the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) I G.N. Wiratmaja Puja said that the auction of the Cluster VIII mini refinery was stopped in accordance with the direction of the Minister of Energy and Mineral Resources. As a result, the construction of a mini refinery will run with an assignment scheme. Pertamina to be assigned so that the company must find a strategic partner.

Wiratmaja said, from the auction that has been obtained by the applicant. However, the investor search process is stopped because there are considerations such as experience factors to build refineries, find partners, and ease of selling fuel oil products (BBM).

At the end of 2016, the government opened the auction of Cluster VIII mini refinery in Maluku region. Crude oil will be imported from Oceil and Bula Field with production of around 3,500 barrels per day (bpd).

At that time, the government considered the cluster the most ready to be offered to the private sector. At the end of 2016, the government issued ESDM Government Regulation no. 22/2016 on Small-Scale Oil Refinery Development.

The mini refinery auction has received five business entities that pass the document qualification stage. The five companies are PT Alam Bersemi Sentosa, PT Tri Wahana Universal, KSO PT Remaja Bangun Kencana Contractor-Changling Petrochemical Engineering Design Co. Ltd., PT Cross Technology Alliance, and KSO PT Hamloni Drilling Services Oceanus Co. Ltd.

Wiratmaja said it is still unclear whether seven clusters will be auctioned entirely to Pertamina. Wiratmaja said, there is still a chance that the number of refineries assigned is reduced or increased.

The other refineries to be offered are Klaster ll Strait of Malacca Strait, Klaster III Riau (Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, West Ama and Kisaran), Cluster IV Jambi (Palmerah, Mengoepeh, Bemang and Karang Agung) Klaster V South Sumatera (Merangin II and Ariodamar), Klaster VI South Kalimantan (Tanjung), and VII Cluster of North Kalimantan (Bunyu, Sembakung, Memburungan and Pamusian Juwala).

The issuance of the beleid aims to optimize the production of ready-to-sell or lifting of crude oil and condensate. In a cluster-type mini refinery, a contracting contractor (KKKS) at a nearby location must have a commitment to supply crude oil.

However, if refineries are still short of supply, business actors may seek other supplies to meet refinery needs. The reason, the mini refinery is a refinery with an installed capacity of less than 20,000 bpd. In addition, the government also offers other clusters, namely Klaster II Straits of Malacca Straits, Riau Ill Clusters (Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, West Area and Kisaran), Cluster IV Jambi (Palmerah, Mengoepeh, Lemang and Karang Agung ), South V Sumatra Cluster (Merangin II and Ariodamar), Klaster VI South Kalimantan (Tanjung), and VII Cluster of North Kalimantan (Bunyu, Sembakung, Memburungan and Pamusian Juwata).

The prevailing oil price still refers to the Indonesian crude price (ICP). However, the price of oil obtained by the mini refinery is certainly cheaper because there is no transponency cost considering the location of the refinery with oil and gas wells is relatively close.

The government requested that the private sector participate in building refineries in order to increase domestic oil processing capacity adjusting to the high growth of national fuel consumption (BBM).

The capacity of existing refineries in Indonesia is currently only about 800,000 bpd. On the other hand, the national fuel consumption level is now 1.6 million bpd so that PT Pertamina still imports about 800,000 bpd of fuel. In addition to the mini refinery, the government currently has a refinery development project, namely Bontang and Tuban Refinery with a capacity of 300,000 bph.

In addition to the new refinery project, Pertamina will also revitalize its existing refineries. There are four refinery capacity addition projects, namely Balikpapan Refinery, Cilacap Refinery, Dumai Refinery and Balongan Refinery.

REVIEWED FIRST

Responding to the assignment from the government, Pertamina Corporate Communication Vice President Adiatma Sardjito said the company will first study the scheme related schemes and funding to build a mini refinery. In addition, other details such as the location of the refinery and the origin of the oil supply should also be considered.

All these things, should be a concern considering the company is currently building six refineries namely Balikpapan Refinery, Balongan Refinery, Cilacap Refinery, Dumai Refinery, Tuban Refinery, and Bontang Refinery. There are three refinery projects that will enter the groundbreaking grounding stage this year.

First, the capacity building project of Balikpapan refinery located in East Kalimantan which will be groundbreaking in the first quarter of 2017. Then the new refinery project in Tuban, East Java in the third quarter / 2017 and project capacity addition of Cilacap refinery in quarter IV / 2017.

As an illustration, the Balongan Refinery project will cost US $ 1.27 billion, Balikpapan Plantation worth US $ 5.3 billion, Cilacap Refinery of US $ 4.5 billion, Tuban Refinery of US $ 13 billion and Bontang Refinery worth US $ 8 billion.

IN INDONESIAN

Kilang Mini Dilimpahkan ke Pertamina


Pemerintah akan menugaskan pembangunan kilang mini kepada PT Pertamina setelah menghentikan proses lelang klaster VIII di Lapangan Migas Osil dan Bula di wilayah Maluku. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I G.N. Wiratmaja Puja mengatakan bahwa lelang kilang mini Klaster VIII dihentikan sesuai arahan Menteri ESDM. Alhasil, pembangunan kilang mini nantinya berjalan dengan skema penugasan. Pertamina yang akan ditugaskan sehingga perseroan itu harus mencari mitra strategis.

Wiratmaja menuturkan, dari lelang yang dilakukan memang telah didapatkan peminat. Namun, proses pencarian investor dihentikan karena terdapat pertimbangan seperti faktor pengalaman untuk membangun kilang, mencari mitra, dan kemudahan menjual produk bahan bakar minyak (BBM). 

Pada akhir 2016, pemerintah membuka lelang kilang mini Klaster VIII di wilayah Maluku. Minyak mentah akan didatangkan dari Lapangan Oseil dan Bula dengan produksi sekitar 3.500 barel per hari (bph).

Saat itu, pemerintah menilai klaster tersebut paling siap untuk ditawarkan kepada swasta. Pada akhir 2016, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah ESDM No. 22/2016 tentang Pengembangan Kilang Minyak Skala Kecil.

Lelang kilang mini tersebut telah mendapatkan lima badan usaha yang lolos tahap kualifikasi dokumen. Kelima perusahaan itu adalah PT Alam Bersemi Sentosa, PT Tri Wahana Universal, KSO PT Remaja Bangun Kencana Kontraktor-Changling Petrochemical Engineering Design Co. Ltd, PT Aliansi Lintas Teknologi, dan KSO PT Hamloni Drilling Services Oceanus Co. Ltd.

Wiratmaja menyebut masih belum bisa dipastikan apakah tujuh klaster vang akan dilelang seluruhnya ditugaskan kepada Pertamina. Wiratmaja menuturkan, masih terdapat peluang jumlah kilang yang ditugaskan berkurang atau bertambah.

Adapun, kilang lainnya yang akan ditawarkan yakni Klaster ll Selat Panjang Malaka (Selat Malaka), Klaster III Riau (Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, West Ama dan Kisaran), Klaster IV Jambi (Palmerah, Mengoepeh, bemang dan Karang Agung), Klaster V Sumatera Selatan (Merangin II dan Ariodamar), Klaster VI Kalimantan Selatan (Tanjung), dan Klaster VII Kalimantan Utara (Bunyu, Sembakung, Memburungan dan Pamusian Juwala). 

Penerbitan beleid tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan produksi siap jual atau lifting dari minyak mentah dan kondensat. Pada kilang mini jenis klaster, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di lokasi terdekat harus memiliki komitmen untuk memasok minyak mentah.

Namun, bila kilang masih kekurangan pasokan, pelaku usaha bisa mencari pasokan lainnya untuk memenuhi kebutuhan kilang. Pasalnya, kilang mini merupakan kilang dengan kapasitas terpasang kurang dari 20.000 bph. Selain itu, pemerintah juga menawarkan klaster lain, yaitu Klaster II Selat Panjang Malaka (Selat Malaka), Klaster Ill Riau (Tonga, Siak, Pendalian, Langgak, West Area dan Kisaran), Klaster IV Jambi (Palmerah, Mengoepeh, Lemang dan Karang Agung), Klaster V Sumatra Selatan (Merangin II dan Ariodamar), Klaster VI Kalimantan Selatan (Tanjung], dan Klaster VII Kalimantan Utara (Bunyu, Sembakung, Memburungan dan Pamusian Juwata).

Harga minyak yang berlaku tetap mengacu pada harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP). Namun, harga minyak yang diperoleh kilang mini tersebut dipastikan lebih murah karena tidak ada biaya transponasi mengingat lokasi kilang dengan sumur migas relatif dekat.

Pemerintah meminta agar pihak swasta ikut membangun kilang agar kapasitas pengolahan minyak di dalam negeri bertambah menyesuaikan dengan tingginya pertumbuhan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nasional. 

Kapasitas kilang yang ada di Indonesia saat ini hanya sekitar 800.000 bph. Di sisi lain, tingkat konsumsi BBM nasional kini 1,6 juta bph sehingga PT Pertamina masih mengimpor BBM sekitar 800.000 bph. Selain kilang mini, pemerintah saat ini memiliki proyek pembangunan kilang yakni Kilang Bontang dan Kilang Tuban dengan rencana kapasitas masing-masing 300.000 bph.

Selain proyek kilang baru, Pertamina juga akan merevitalisasi kilang yang sudah ada. Ada empat proyek penambahan kapasitas kilang, yakni Kilang Balikpapan, Kilang Cilacap, Kilang Dumai dan Kilang Balongan.

DITINJAU DAHULU

Menanggapi penugasan dari pemerintah, Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan, perseroan akan mempelajari terlebih dahulu terkait skema penugasan berikut pendanaan untuk membangun kilang mini. Selain itu, detail lainnya seperti lokasi kilang dan asal pasokan minyak juga harus diperhatikan.

Semua hal tersebut, harus menjadi perhatian mengingat perseroan pun sedang membangun enam kilang yakni Kilang Balikpapan, Kilang Balongan, Kilang Cilacap, Kilang Dumai, Kilang Tuban, dan Kilang Bontang. Terdapat tiga proyek kilang yang akan memasuki tahap peletakan batu pertama atau groundbreaking di tahun ini.

Pertama, proyek penambahan kapasitas Kilang Balikpapan yang berlokasi Kalimantan Timur yang akan dilakukan groundbreaking pada kuartal I/2017. Kemudian proyek kilang baru di Tuban, Jawa Timur pada kuartal III/2017 dan proyek penambahan kapasitas Kilang Cilacap pada kuartal IV/2017.

Sebagai gambaran, untuk proyek penambahan kapasitas Kilang Balongan membutuhkan dana US$1,27 miliar, Kilang Balikpapan US$5,3 miliar, Kilang Cilacap US$4,5 miliar, Kilang Tuban sekitar US$13 miliar dan Kilang Bontang sekitar US$8 miliar.

Bisnis Indonesia, Page-30, Wednesday, April, 26, 2017

Wednesday, May 3, 2017

First Quarter, PGN Gas Pipes Increase 252 Km



In the first quarter of 2017, the gas pipeline infrastructure of PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) increased by more than 252 km. Thus the total length of the PGN gas pipeline currently reaches more than 7,278 km or equivalent to 80% of the national downstream gas pipeline.

According to PGN's Corporate Secretary, Heri Yusup, from the infrastructure, PGN supplies natural gas to 1,652 large industries and power plants, 1,929 commercial customers (hotels, restaurants, hospitals) and SMEs, and 204,000 households. PGN's customers are spread in various regions from North Sumatera, Riau Islands, Riau, South Sumatera, Lampung, DKI Jakarta, West Java, Banten, Central Java, East Java, North Kalimantan and Sorong Papua.

A number of projects that have been completed by PGN include the 42 km Muara Karang-Muara Bekasi gas distribution project and several other gas infrastructure development networks such as in West Java sepanjaug 37, East Java along 165 km and North Sumatra and Batam as long as 8 km.

Heri said PGN is currently working on Central Kalimantan's 125 km gas distribution pipeline project, marine pipelines and facilities for the 5km-long Riau archipelago, as well as several other gas infrastructure development networks in West Java and Surabaya. In the near future PGN will also distribute natural gas to several flats in DKI Jakarta.

"PGN continues to commit to building and expanding the national gas infrastructure, even in times of unfavorable economic conditions and declining world crude oil prices," Heri said.

Net profit

Meanwhile, PGN also recorded a good performance during the first quarter of 2017. At a time when oil prices are still experiencing a significant decline and fluctuating rupiah exchange rate, PGN can book a net profit of Rp 1.29 trillion. "PGN's performance is improving in global conditions and fluctuations in the rupiah against the US dollar," Heri said.

Throughout the first three months of 2017, PGN posted net revenues of US $ 746 million or an increase of US $ 26 million compared to the same period last year. "The increase is due to an increase in revenue from the exploration and production segments of oil and gas," said Heri.

While operating profit amounted to US $ 155.7 million, while EBITDA in the first quarter of 2017 amounted to US $ 254 million. While net income of US $ 96.8 million or Rp 1.29 trillion (average exchange rate of Rp 13.348 / US $). During the period from January to March 2017, PGN delivered 1,542 million standard cubic feet per day (MMscfd) of gas, down from 1,643 Mmscfd in the same period last year.

With the details of the volume of gas distribution of 816 MMsefd, up compared to the same period last year of 797 MMSCFD and the volume of transmission or transportation of natural gas of 726 MMscfd, down compared to the same period last year amounted to 846 Mmscfd

Heri said, in line with the government's efforts to boost the national economy, PGN is optimistic that the company's performance will improve. PGN remains committed to develop gas infrastructure through both gas pipelines and non-piped infrastructure such as Compressed Natural Gas (CNG) and Liquelied Natural Gas (LNG), to expand the utilization of natural gas for the community.

IN INDONESIAN

Kuartal I, Pipa Gas PGN Bertambah 252 Km   


Pada kuartal I-2017, infrastruktur pipa gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) bertambah sepanjang Iebih dari 252 km. Dengan demikian total panjang pipa gas PGN saat ini mencapai Iebih dari 7.278 km atau setara dengan 80% pipa gas bumi hilir nasional.

Menurut Sekretaris Perusahaan PGN, Heri Yusup, dari infrastruktur tersebut, PGN memasok gas bumi ke 1.652 industri besar dan pembangkit Iistrik, 1.929 pelanggan komersial (hotel, restoran, rumah sakit) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), dan 204.000 pelanggan rumah tangga. Pelanggan PGN tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong Papua.

Sejumlah proyek yang telah diselesaikan PGN antara lain proyek pipa distribusi gas Muara Karang-Muara Bekasi sepanjang 42 km dan beberapa pengembangan jaringan infrastruktur gas lainnya seperti di Jawa Barat sepanjaug 37, Jawa Timur sepanjang 165 km dan Sumatera Utara serta Batam sepanjang 8 km.

Heri mengungkapkan, PGN saat ini juga sedang mengerjakan proyek pipa distribusi gas Sumatera Tengah sepanjang 123 km, pipa laut dan fasilitasnya untuk kepulauan Riau sepanjang 5 km, serta beberapa pengembangan jaringan infrastruktur gas lainnya seperti di Jawa Barat dan Surabaya. Dalam waktu dekat PGN juga akan menyalurkan gas bumi ke beberapa rumah susun di DKI Jakarta.

“PGN terus berkomitmen membangun dan memperluas infrastruktur gas nasional, walau di saat kondisi ekonomi yang belum membaik dan turunnya harga minyak mentah dunia," ujar Heri.

Laba Bersih 

Sementara itu, PGN juga mencatatkan kinerja yang baik sepanjang kuartal I-2017. Di saat harga minyak yang masih mengalami penurunan signifikan serta nilai tukar rupiah yang berfluktuasi, PGN dapat membukukan laba bersih Rp 1,29 triliun. “Kinerja PGN tercatat semakin membaik di saat kondisi global dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” kata Heri

Sepanjang tiga bulan pertama di 2017, PGN membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 746 juta atau meningkat sebesar US$ 26 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. “Peningkatan tersebut karena adanya peningkatan pendapatan dari segmen ekplorasi dan produksi minyak dan gas,” ujar Heri. 

Sedangkan laba operasi sebesar US$ 155,7 juta, adapun EBITDA di kuartal I-2017 sebesar US$ 254 juta. Sementara laba bersih sebesar US$ 96,8 juta atau Rp 1,29 triliun (kurs rata-rata sebesar Rp 13,348/ US$). Selama periode Januari-Maret 2017, PGN menyalurkan gas bumi (transmisi dan distribusi) sebesar 1.542 million standard cubic feet per day (MMscfd), turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1.643 Mmscfd.

Dengan rincian yaitu volume gas distribusi sebesar 816 MMsefd, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 797 MMSCFD dan volume transmisi atau pengangkutan gas bumi sebesar 726 MMscfd, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 846 Mmscfd

Heri mengatakan, sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, PGN optimistis kinerja perusahaan juga akan semakin baik. PGN tetap berkomitmen mengembangkan infrastruktur gas bumi baik melalui pipa gas maupun dengan infrastruktur non pipa seperti Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquelied Natural Gas (LNG), untuk memperluas pemanfaatan gas bumi bagi masyarakat.

Investor Daily, Page-10, Tuesday, April, 25, 2017

PGN Net Income Rp 1.29 T



PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) recorded good performance during the first quarter of 2017. Amid falling oil prices and a fluctuating exchange rate, PGN booked a net profit of USD 96.83 million or around Rp 1.29 trillion.

"PGN's performance is improving in global conditions and fluctuations in the rupiah against the US dollar," said PGN Corporate Secretary Heri Yusup.

Heri admitted, if the company's profit in the first quarter-2017 is indeed lower than the same period in the previous year amounted to USD 100.64 million or Rp 1.3 trillion.

In fact, the company's revenue increased to USD 746.03 million from the previous USD 720.39 million. While operating profit amounted to USD 155.7 million, while EBITDA in the first quarter of 2017 amounted to USD 254 million.

Hari explained that during the period of March-March 2017, PGN distributed transmission gas and distribution of 1,542 million standard cubic feet per day / Mmscfd, down compared to the same period last year of 1,643 MMSFD.

With the details of the volume of gas distribution of 816 MMscfd, up compared to the same period last year of 797 MMscfd and the volume of transmission or transportation of natural gas of 726 MMscfd, down compared to the same period last year amounted to 846 MMscfd.

He said, in line with the government's efforts to boost the national economy, PGN is optimistic that the company's performance will improve.

IN INDONESIAN

PGN Bukukan laba Bersih Rp 1,29 T


PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) mencatatkan kinerja yang baik sepanjang kuartal I-2017. Di tengah harga minyak yang masih mengalami penurunan signifikan serta nilai tukar rupiah yang berfluktuasi, PGN dapat membukukan Iaba bersih sebesar USD 96,83 juta atau sekitar Rp 1,29 triliun.

“Kinerja PGN tercatat semakin membaik di  saat kondisi global dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” kata Sekretaris Perusahaan PGN Heri Yusup.

Diakui Heri, jika laba perseroan pada Kuartal I-2017 tersebut memang lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar USD 100,64 juta atau sebesar Rp 1,3 triliun.

Padahal, pendapatan perseroan tercatat mengalami kenaikan menjadi USD 746,03 juta dari sebelumnya sebesar USD 720,39 juta. Sedangkan laba operasi sebesar USD 155,7 juta, adapun EBITDA di kuartal I 2017 sebesar USD 254 juta. 

Hari menjelaskan, selama periode Januai-Maret 2017, PGN menyalurkan gas bumi transmisi dan distribusi sebesar 1.542 million standard cubic feet per day/Mmscfd, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1.643 MMSFD. 

Dengan rincian yaitu Volume gas distribusi sebesar 816 MMscfd, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 797 MMscfd dan Volume transmisi atau pengangkutan gas bumi sebesar 726 MMscfd, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 846 MMscfd. 

Dia mengatakan, sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, PGN optimistis kinerja perusahaan juga akan semakin baik.

Radar Surabaya, Page-5, Tuesday, April, 25, 2017

Three Oil and Gas Projects Work Can Be Hampered



One of them, gas distribution infrastructure in Madura Block is not yet ready 

Indonesia's oil and gas production has not moved up from year to year. One of the causes is that new oil and gas projects still can not contribute, because there are still problems. As related to prices and infrastructure of oil and gas itself.

Indeed, the Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Executor (SKK Migas) has 14 oil and gas projects that have been targeted to deliver gas or onstream by 2025.

Specifically this year, there are three projects that should have been able to supply gas. First, the Matindok oil and gas project can produce 65 million standard cubic feet per day or mmscfd in the second quarter of this year.

Second, the Cricket Field project that can produce the value of the third quarter of 2017. Crude oil production can reach 2.00 barrels per day and about 450 million standard cubic feet of gas per day or mmscfd.

The third is the Madura BD oil and gas projects under construction. SKK Migas targets the Madura BD Block project to start production in the second quarter of this year. Understandably, this oil and gas block has a significant value of oil and gas production for the size of Indonesia. Namely reach 5,000 barrels of oil per day and 110 million standard cubic feet of gas per day.

But the Madura block production process is threatened when the buyers are still not ready to receive gas from the block. This means there is a problem downstream of the project. Allegedly because the facilities and infrastructure of gas receipts to buyers are still not ready.

The operator of the block, Husky CNOOC Madura Limited, has signed a gas sales and purchase agreement of 145 million standard cubic feet per day with three companies, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), PT Inti Alasindo Energy and PT Petrokimia Gresik last year.

Based on these data, there are still more problematic projects. For example the Wasambo project. In this project, the problem is the price of gas that has not agreed with the buyer of this gas buy that is PT PLN. In fact, the oil and gas project of Wasambo Block is still under construction and can actually produce this year. However, the block production process will be delayed until the second quarter of 2018.

According to Head of Gas and Fuel Unit of PLN Yhairani Rachmatullah, Wasambo gas price has been agreed yet, but issued Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 11/2017 on Utilization of Natural Gas for Power Plant. "With the issuance of Regulation of Minister of Energy and Mineral Resources No ll / 2017, The seller discusses to adjust, "

He hopes, PLN request can be agreed. Unfortunately, he did not specify the amount of gas demanded. "Hopefully soon again, PLN request like that," he said.

IN INDONESIAN

Pengerjaan Tiga Proyek Migas Bisa Terhambat


Salah satunya, infrastruktur penyaluran gas di Blok Madura belum siap

Produksi minyak dan gas Indonesia masih belum beranjak naik dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab adalah proyek migas baru masih belum bisa berkontribusi, karena masih ada persoalan. Seperti terkait harga dan infrastruktur migas itu sendiri.

Sejatinya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terdapat 14 proyek migas yang sudah ditargetkan mengalirkan gas atau onstream hingga tahun 2025.

Khusus tahun ini, ada tiga proyek yang seharusnya sudah bisa memasok gas. Pertama, proyek migas Matindok yang bisa memproduksi gas sebanyak 65 juta standar kaki kubik per hari atau mmscfd pada kuartal II tahun ini juga.

Kedua, proyek Lapangan Jangkrik yang bisa berproduksi nilai kuartal III-2017. Produksi minyak di Jangkrik bisa mencapai 2.00 barel per hari dan sekitar 450 juta standar kaki kubik gas per hari atau mmscfd.

Yang ketiga yakni proyek migas Madura BD yang sedang dalam proses konstruksi. SKK Migas menargetkan proyek Blok Madura BD sudah bisa berproduksi pada kuartal II tahun ini. Maklum, blok migas ini memiliki nilai produksi migas yang signifikan untuk ukuran Indonesia. Yaitu mencapai 5,000 barel minyak per hari dan 110 juta standar kaki kubik gas per hari. 

Namun proses produksi blok Madura terancam terganggu bila para pembeli masih belum siap menerima gas dari blok tersebut. Artinya ada persoalan di hilir proyek. Diduga karena sarana dan prasarana penerimaan gas ke pembeli masih belum siap. 

Operator blok ini yakni Husky CNOOC Madura Limited telah meneken perjanjian jual beli gas 145 juta standar kaki kubik per hari  dengan tiga perusahaan, yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), PT Inti Alasindo Energy dan PT Petrokimia Gresik pada tahun lalu.

Berdasarkan data tadi, masih ada lagi proyek yang bermasalah. Misalnya proyek Wasambo. Di proyek ini , persoalannya adalah harga gas yang belum sepakat dengan pembeli beli gas ini yakni PT PLN. Padahal, proyek migas Blok Wasambo sampai saat ini masih dalam tahap konstruksi dan sejatinya sudah bisa berproduksi pada tahun ini juga. Namun proses produksi blok tersebut akan tertunda hingga kuartal II-2018.

Menurut Kepala Satuan Gas dan BBM PLN Yhairani Rachmatullah, harga gas Wasambo sudah pernah disepakati. Namun,  menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No 11/2017 tentang Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pembangkit Listrik. "Dengan keluarnya Peraturan Menteri ESDM No ll/2017, PLN meminta pihak penjual mendiskusikan kembali untuk bisa disesuaikan," 

    Ia berharap, Permintaan PLN tersebut bisa disepakati. Sayang, ia tidak merinci besaran harga gas yang diminta. "Mudah-mudahan segera sepakat lagi. Permintaan PLN seperti itu," tegasnya.

Kontan, Page-14, Tuesday, April, 25, 2017

PGN Print Net Profit Rp 1.29 Trillion



The decline in world oil prices and fluctuations in the rupiah did not affect the performance of PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). In the first quarter of this year, the state-owned company managed to book a net profit of Rp 1.29 trillion.

"PGN's performance is improving in global conditions and fluctuations in the rupiah against the US dollar," said PGN Corporate Secretary Heri Yusup.

Throughout the first three months of 2017, PGN posted net income of USD 746 million or an increase of USD 26 million compared to the same period last year.

"The increase is due to the increase in revenues from the exploration and production segments of oil and gas," Heri said.

Furthermore, operating profit was recorded at USD 155.7 million and earnings before taxes, interest, depreciation and amortization (EBITDA) of USD 254 million. Net income in USD reached 96.8 million. During the period of January-March 2017, PGN distributed 1,542 million cubic feet of gas (transmission and distribution) per day (mmscfd) or decreased compared to the same period last year of 1,643 mmscfd.

In details, the volume of distribution gas reaches 816 mmscfd or up compared to the same period last year 797 mmscfd. Furthermore, the volume of transmission or transportation of natural gas reached 726 mmscfd, down compared to the same period last year, which was 846 mmscfd.

IN INDONESIAN

PGN Cetak Laba Bersih Rp 1,29 Triliun


Penurunan harga minyak dunia dan fluktuasi nilai tukar rupiah tidak memengaruhi kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Pada kuartal pertama tahun ini, perusahaan pelat merah itu berhasil membukukan laba bersih Rp 1,29 triliun.

"Kinerja PGN tercatat membaik di saat kondisi global dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Sekretaris Perusahaan PGN Heri Yusup.

Sepanjang tiga bulan pertama 2017, PGN membukukan pendapatan bersih USD 746 juta atau meningkat USD 26 juta jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

”Peningkatan tersebut disebabkan adanya kenaikan pendapatan dari segmen eksplorasi dan produksi minyak dan gas," kata Heri.

     Selanjutnya, laba operasi tercatat mencapai USD 155,7 juta dan laba sebelum pajak, bunga, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) USD 254 juta. Laba bersih dalam USD mencapai 96,8 juta. Selama periode Januari-Maret 2017, PGN menyalurkan gas bumi (transmisi dan distribusi) 1.542 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau turun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni 1.643 mmscfd.

Perinciannya, volume gas distribusi mencapai 816 mmscfd atau naik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 797 mmscfd. Selanjutnya, Volume transmisi atau pengangkutan gas bumi mencapai 726 mmscfd, turun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni 846 mmscfd.

Jawa Pos, Page-6, Tuesday, April, 25, 2017