National crude oil production is projected to be no different from this year. In a meeting with Commission VII, next year's oil production is agreed at 771-815 thousand barrels per day (bpd), while this year's target is set at 815 thousand bpd.
Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Ignasius Jonan said the targeting of oil production is based on the realization until last May which amounted to 788 thousand bpd.
"Thus, for 2018, the government proposes oil production in the range of 771-815 thousand bpd," he said.
Director General of Oil and Natural Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources, I Gusti Nyoman Wiratmaja, added that the stagnation of oil production is due to the absence of a significant new discovery after Cepu Block. Additional oil production is only from small projects. "It (which is scheduled onstream) is on the POD (plan of development / development plan) that is being approved, some are being built," he said.
So Cepu Block is still the mainstay to realize the target of oil lifting next year. Therefore, the government installed the lowest limit of oil lifting at 771 thousand bpd. This is because it was done maintenance equipment production in Cepu Block.
"We expect in six months, [production] Cepu Block can be full, so 815 thousand bpd is still pursued," said Wiratmaja.
This condition is different from the production / lifting gas. Next year's gas production target is agreed at 1.19 to 1.23 million barrels of oil equivalent per day. The figure is up 3.47-6.95 percent from this year's gas production target of 1.15 million barrels of oil equivalent per day.
This is because there is a large gas project that began operating this year, namely Jangkrik Field, Muara Bakau Block which is done by ENI Indonesia.
"Lifting gas is a new production from Jangkrik Field operated by ENI Indonesia. Minimum next year production of 450 million cubic feet per day (million standard cubic feet per day / mmscfd). So the assumption changed slightly to 1.19 to 1.23 million barrels of oil equivalent per day, "said Jonan.
But if added, the production / lifting of oil and gas next year is not much different from this year. High gas production, compensated by fixed oil production. Based on the agreement with Commission VII, next year's oil and gas lifting is targeted to be stagnant at 1.96-, 2.05 million barrels of oil equivalent per day.
While this year's target set 1.96 million barrels of oil equivalent per day. Meanwhile, for the realization of oil production this year, Special Unit for Upstream Oil and Gas Operations (SKK Migas) is still below target. Head of SKK Migas Amien Sunaryadi explained, as of June 12 last, the realization of oil production was recorded at 809,415 bpd. "This is approximately 99.3% of the target in the APBN of 815 thousand bpd," he said.
The realization has calculated additional production from projects operating this year. In january-March, SKK Migas noted there are six projects that have been on stream.
In detail, Ario Damar-Sriwijaya Project with capacity of 2,000 bph production facility, Kepodang Phase II to maintain existing production level at 116 mmscfd, and Ridho with production capacity of 2,000 bph.
In addition, there is also Cikarang Tegal Fishing Project with a production capacity of 14 mmscfd, PHE 12 with 3,000 bpd of gas and 1.7 mmscfd of gas, and CPP 2 Project West Madura Offshore Block with production capacity of 12,650 bph and 33 mmscfd.
Then there will also be two other projects that begin oration in 2017. Both projects should start production last year. First, Wasambo Project by Energy Equity Epic Sengkang with 80 mmscfd gas production planned on Stream first quarter of this year. However, the project is expected to fall back and can only be on the final stream
year.
The next project is the Matindok Project undertaken by Pertamina EP. The on-stream project schedule is backward from last year to the first quarter of 2017. The Matindok project is planned to produce 65 mmscfd and 800 bph gas. Pertamina had mentioned the project late because there is a problem in the processing of gas processing.
All efforts to ensure the target of oil production of 815 thousand bpd and gas 6,439.4 mmscfd achieved. To that end, SKK Migas targets oil and gas investment this year to reach US $ 13 billion, up 7% from 2016 prognosis amounting to US $ 12.015 billion.
The investment figure is needed to realize the various exploration and production activities targeted this year. In addition to ensuring new on-stream projects on time, to maintain oil and gas production, SKK Migas also plans a number of well management activities. This year, 223 wells are planned to be drilled, 907 wells, 57,512 wells, 40 seismic surveys, and 134 wells exploration drilling.
Previously, the ESDM Ministry wanted oil production to last in the range of 820 thousand to 2020. In fact, based on the projection, national oil production will continue to fall to 670 thousand bpd in 2018. 610 thousand bpd in 2019, and reach only 550 thousand bpd in 2020. While production Gas is projected to be stable in the range of 6,500 mmscfd.
Raising oil production is even higher, according to Vice Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arcandra Tahar, is a difficult thing to do in the near future. The reason, it took quite a long time to wait for new projects began to produce oil. However, oil production will be retained so as not to decrease dramatically by suppressing the decline rate of production.
"In these five years, (oil production) 800 thousand bpd should not go down" he said.
To that end, the government made short-term programs to achieve these targets. This program includes three things, namely the identification of technology, the implementation of workshops (workshops), and program activities. The government will ensure what technology should be used to increase oil production, then introduce the technology to oil and gas companies, and together determine what activities are needed.
"Therefore, it is necessary to cooperate with the Ministry of Energy and Mineral Resources (EMR), Ministry of Energy and Mineral Resources (KKKS) (contractor of cooperation contract). Executor KKKS, so we call KKKS, "said Arcandra.
IN INDONESIA
Lifting Minyak Belum Bisa Ditingkatkan
Produksi minyak mentah nasional diproyeksikan tidak akan berbeda jauh dengan tahun ini. Dalam rapat dengan Komisi VII, produksi minyak tahun depan disepakati 771-815 ribu barel per hari (bph), sementara target tahun ini ditetapkan sebesar 815 ribu bph.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, penetapan target produksi minyak ini berdasarkan realisasi sampai Mei lalu yang sebesar 788 ribu bph.
“Sehingga, untuk 2018, pemerintah mengusulkan produksi minyak di kisaran 771-815 ribu bph,” kata dia.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja menambahkan, stagnasi produksi minyak ini lantaran tidak ada penemuan baru yang cukup besar setelah Blok Cepu. Tambahan produksi minyak hanya dari proyek-proyek kecil. “Itu (yang dijadwalkan onstream) ada di POD (plan of development/rencana pengembangan) yang sedang disetujui, ada yang sedang dibangun,” ujarnya.
Sehingga Blok Cepu masih menjadi andalan untuk merealisasikan target lifting minyak tahun depan. Karena itu juga, pemerintah memasang batas terendah lifting minyak pada angka 771 ribu bph. Hal ini karena sempat dilakukan perawatan peralatan produksi di Blok Cepu.
“Kami harapkan dalam enam bulan, [produksi] Blok Cepu bisa full, jadi 815 ribu bph masih dikejar,” kata Wiratmaja.
Kondisi ini berbeda dengan produksi/lifting gas. Target produksi gas tahun depan disepakati sebesar 1,19-1,23 juta barel setara minyak per hari. Angka tersebut naik tipis 3,47-6,95% dari target produksi gas tahun ini sebesar 1,15 juta barel setara minyak per hari.
Hal ini lantaran terdapat proyek gas besar yang mulai beroperasi tahun ini, yakni Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau yang dikerjakan ENI Indonesia.
“Lifting gas ada produksi baru dari Lapangan Jangkrik yang dioperasikan ENI Indonesia. Minimal tahun depan produksinya 450 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd). Jadi asumsinya berubah sedikit ke 1,19-1,23 juta barel setara minyak per hari,” jelas Jonan.
Namun jika dijumlahkan, produksi/lifting migas tahun depan tidak jauh berbeda dengan tahun ini. Tingginya produksi gas, terkompensasi oleh produksi minyak yang tetap. Berdasarkan kesepakatan dengan Komisi VII, lifting migas tahun depan ditargetkan stagnan pada kisaran 1,96-,2,05 juta barel setara minyak per hari.
Sementara target tahun ini ditetapkan 1,96juta barel setara minyak per hari. Sementara itu, untuk realisasi produksi minyak tahun ini, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat masih di bawah target. Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi memaparkan, per 12 Juni lalu, realisasi produksi minyak tercatat sebesar 809.415 bph. “Ini kira-kira sebesar 99,3% dari target dalam APBN sebesar 815 ribu bph,” ujarnya.
Realisasi tersebut telah menghitung tambahan produksi dari proyek-proyek yang beroperasi pada tahun ini. Pada januari-Maret lalu, SKK Migas mencatat terdapat enam proyek yang sudah on stream.
Rincinya, Proyek Ario Damar-Sriwijaya dengan kapasitas fasilitas produksi 2.000 bph, Kepodang Phase II untuk mempertahankan tingkat produksi eksisting pada 116 mmscfd, dan Ridho dengan kapasitas produksi 2.000 bph.
Selain itu, juga ada Proyek Cikarang Tegal Pancing dengan kapasitas produksi 14 mmscfd, PHE 12 dengan produksi minyak 3.000 bph dan gas 1,7 mmscfd, serta Proyek CPP 2 Blok West Madura Offshore berkapasitas produksi 12.650 bph dan 33 mmscfd.
Kemudian juga akan ada dua proyek lain yang mulai orperasi pada 2017. Kedua proyek ini seharusnya mulai produksi pada tahun lalu. Pertama, Proyek Wasambo oleh Energy Equity Epic Sengkang dengan produksi gas 80 mmscfd direncanakan on
stream kuartal pertama tahun ini. Namun, proyek ini diperkirakan akan kembali mundur dan baru dapat on stream akhir
tahun.
Proyek berikutnya adalah Proyek Matindok yang dikerjakan oleh Pertamina EP jadwal on stream proyek ini mundur dari tahun lalu menjadi kuartal pertama 2017. Proyek Matindok direncanakan akan menghasilkan gas 65 mmscfd dan 800 bph. Pertamina sempat menyebut proyek terlambat lantaran ada masalah dalam pengerjaan fasilitas pemrosesan gasnya.
Seluruh upaya tersebut untuk memastikan target produksi minyak 815 ribu bph dan gas 6.439,4 mmscfd tercapai. Untuk itu, SKK Migas menargetkan investasi migas pada tahun ini mencapai US$ 13 miliar atau naik 7% dari prognosa 2016 yang sebesar US$12,015 miliar.
Angka investasi itu diperlukan untuk merealisasi berbagai kegiatan eksplorasi dan produksi yang menjadi target tahun ini. Selain memastikan proyek baru on stream tepat waktu, untuk mempertahankan produksi migas, SKK Migas juga merencanakan sejumlah kegiatan manajemen sumur. Pada tahun ini, direncanakan kegiatan pengeboran sumur pengembangan sebanyak 223 sumur, kerja ulang (work over) 907 sumur, perawatan sumur 57.512 sumur, survei seismik 40 kegiatan, dan pengeboran eksplorasi 134 sumur.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menginginkan produksi minyak bertahan di kisaran 820 ribu sampai 2020. Padahal, berdasarkan proyeksi, produksi minyak nasional akan terus turun menjadi 670 ribu bph pada 2018. 610 ribu bph pada 2019, dan mencapai hanya 550 ribu bph pada 2020. Sementara produksi gas diproyeksikan akan stabil di kisaran 6.500 mmscfd.
Menaikkan produksi minyak menjadi lebih tinggi lagi, menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, adalah hal yang sulit dilakukan dalam waktu dekat. Pasalnya, butuh waktu cukup lama menunggu proyek baru mulai memproduksi minyak. Namun, produksi minyak akan bisa ditahan agar tidak turun drastis dengan menekan laju penurunan produksi (decline rate).
“Dalam lima tahun ini, (produksi minyak) 800 ribu bph tidak boleh turun" kata dia.
Untuk itu pemerintah membuat program jangka pendek untuk mencapai target tersebut. Program ini mencakup tiga hal, yakni identifikasi teknologi, penyelenggaraan loka karya (workshop), dan program kegiatan. Pemerintah akan memastikan teknologi apa yang harus dipakai untuk dapat menaikkan produksi minyak, kemudian memperkenalkan teknologi itu kepada perusahaan migas, dan bersama-sama menentukan kegiatan apa saja yang diperlukan.
“Untuk itu perlu kerja sama Kementerian ESDM, SKK Migas, dan KKKS (kontraktor kontrak kerja sama). Eksekutor KKKS, jadi kami panggil KKKS,” tutur Arcandra.
Investor Daily, Page-6, Monday, July 3, 2017