google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 All Posts - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Saturday, January 6, 2018

Two blocks of oil and gas are handed over to Pertamina



The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) is still considering giving full management of six oil and gas blocks to Pertalnina. So far, only two oil and gas blocks will soon be granted to the SOE under new contracts using a gross split sharing scheme.

Previously, in November 2017 the government symbolically gave eight blocks of oil and gas to Pertamina. But the state-owned oil and gas company only wants to manage six blocks of oil and gas alone. While two blocks that are not interested Pertamina will soon be auctioned.

Oil and Gas Blocks

The six blocks are the NSO Block, Central Block, Tuban Block, Ogan Komering Block, South East Sumatra Block, and Sanga-Sanga Block. The newly submitted fully to Pertamina after being evaluated is the NSO Block and the Central Block.

Ego Syahrial

Ego Syahrial, Acting Director General of Oil and Gas, said the reason the government finally approved the new management of the two blocks to Pertamina because the Central Block will be combined with the Mahakam Block.

So it is more efficiently managed by Pertamina. While the NSO Block, as long as it is Pertamina, will be combined with the adjacent North Sumatra B Block, while the other four oil and gas blocks, Tuban Block, Ogan Komering Block, Sanga-Sanga Block and South East Sumatera Block are evaluated by two criteria.

Arcandra Tahar

"First, which work and program is better, second, which gives government take (part for the Government) better, "said Arcandra Tahar, Vice Minister of EMR

If Pertamina's offer gives a better return or yield, the state-owned company will get the block. However, if the existing contractor proposes a better offer, Pertamina is given the right to equalize the offer from the existing contractor.

"It is our intention to advance Pertamina as a national oil company (NOC) .The fourth decision of this oil and gas block is the time for us to target this January to who will be handed over the block," added Arcandra.

Meanwhile, for two other oil and gas blocks, the Attaka and East Kalimantan blocks that are not interested by Pertamina will be auctioned soon.

"In March will be announced who the winner," added Ego Syahrial.

IN INDONESIA

Dua Blok Migas Diserahkan ke Pertamina


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menimbang-nimbang memberikan secara penuh pengelolaan enam blok migas ke Pertalnina. Sejauh ini, baru dua blok migas yang akan segera diberikan ke BUMN tersebut dengan kontrak baru menggunakan skema bagi hasil gross split.

Sebelumnya, pada November 2017 secara simbolis pemerintah memberikan delapan blok migas ke Pertamina. Namun perusahaan migas milik negara itu hanya ingin mengelola enam blok migas saja. Sementara dua blok yang tidak diminati Pertamina akan segera dilelang.

Enam blok tersebut adalah Blok NSO, Blok Tengah, Blok Tuban, Blok Ogan Komering, Blok South East Sumatera, dan Blok Sanga-Sanga. Adapun yang baru diserahkan secara penuh ke Pertamina setelah dievaluasi adalah Blok NSO dan Blok Tengah.

Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas bilang, alasan pemerintah akhirnya menyetujui pengelolaan baru terhadap dua blok itu kepada Pertamina karena Blok Tengah akan digabungkan dengan Blok Mahakam.

Jadi lebih efisien dikelola oleh Pertamina. Sedangkan Blok NSO, karena selama ini Pertamina yang mengelola, akan digabungkan dengan Blok North Sumatra B yang lokasinya berdekatan, sedangkan terhadap empat blok migas lain, yaitu Blok Tuban, Blok Ogan Komering, Blok Sanga-Sanga dan Blok South East Sumatera dilakukan evaluasi dengan dua kriteria.

"Pertama, work and programnya mana yang lebih baik. Kedua, mana yang memberikan government take (bagian untuk Pemerintah) yang lebih baik," ujar Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM

Apabila penawaran Pertamina memberikan return atau hasil yang lebih baik, perusahaan milik negera ini akan mendapatkan blok tersebut. Namun apabila kontraktor eksisting mengajukan penawaran yang lebih baik, Pertamina diberikan hak untuk menyamakan penawaran dari kontraktor eksisting tersebut.

"Ada keberpihakan kita untuk memajukan Pertamina sebagai national oil company (NOC). Keputusan keempat blok migas ini, waktunya kita targetkan pada bulan Januari ini selesai kepada siapa akan diserahkan blok tersebut," tambah Arcandra.

Sementara, untuk dua blok migas lain, yakni Blok Attaka dan East Kalimantan yang tidak diminati oleh Pertamina akan segera dilelang. 

"Bulan Maret akan diumumkan siapa pemenangnya," tambah Ego Syahrial.

Kontan, Page-14, Thursday, Jan 4, 2018

ESDM Ready to Make the Right of Participation of Mahakam Block



The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) targets that the decision to divide the participating interest of 10% participating interest for the region in the Mahakam block will be completed no later than this month.

Deputy Minister of Energy and Mineral Resources Arcandra Tahar confirmed, two local governments concerned, namely the Government of East Kalimantan Province and the Government of Kutai Kartanegara Regency have agreed. Both of them handed over the decision to divide the portion of the participation of 10% of the Mahakam Block to the Ministry of Energy and Mineral Resources.

the Mahakam Block

"So we will decide, as soon as we will finish," he said at the ESDM Ministry office on Wednesday (3/1).

Later the scheme of ownership of the right of local participation remains through a Regional Owned Enterprise (BUMD). This can be seen in the grant of participation rights from ONWJ Block managed by Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ to the Provincial Government of DKI Jakarta and West Java.

"It should be one BUMD, like in ONWJ it is DKI Jakarta and West Java," he said on Wednesday (2/1).

The offer of participation rights of 10% of Mahakam Block according to Minister of Energy and Mineral Resources Regulation no. 37/2016 concerning the provision of part of participation of 10% oil and gas working area. BUMDs do not have to pay cash value from the management section. 

     Simply pay 10% of the governance by installments. On the other hand, the magnitude of the installment will not reduce all profits obtained, so that BUMDs can still benefit from the production of certain blocks that are deposited to the Regional Revenue Budget (APBD).

IN INDONESIA

ESDM Siap Bereskan Hak Partisipasi Blok Mahakam


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan, keputusan pembagian 10% bagian partisipasi alias participating interest untuk daerah di Blok Mahakam akan selesai paling lambat bulan ini.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menegaskan, dua pemerintah daerah yang berkepentingan, yakni Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sudah bersepakat. Keduanya menyerahkan keputusan pembagian porsi bagian partisipasi 10% Blok Mahakam kepada Kementerian ESDM. 

"Jadi kita yang memutuskan. Secepatnya akan kita selesaikan," katanya di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (3/1). 

Nantinya skema kepemilikan hak partisipasi daerah tetap melalui satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Ini bisa dilihat dalam pemberian hak partisipasi dari Blok ONWJ yang dikelola Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. 

"Seharusnya memang satu BUMD, seperti di ONWJ itu. Ada DKI Jakarta dan Jawa Barat," ungkapnya, Rabu (2/1).

Penawaran hak partisipasi 10% Blok Mahakam sesuai Peraturan Menteri ESDM No. 37/2016 tentang ketentuan penawaran bagian partisipasi 10% Wilayah kerja minyak dan gas bumi. BUMD tidak perlu membayar tunai nilai dari bagian kelola. Cukup membayar 10% bagian kelola dengan cara mengangsur. 

      Di sisi lain, besarnya ansuran tidak akan mengurangi seluruh keuntungan yang diperoleh, sehingga BUMD tetap bisa mendapatkan keuntungan dari hasil produksi blok tertentu yang disetor ke Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Kontan, Page-14, Thursday, Jan 4, 2018

Assumption of Oil Price 2018 Requested Revision



The potential for increasing energy subsidies this year is increasing as the world oil price continues to show an upward trend. To that end, the government is asked to recalculate the assumption of Indonesia oil price or Indonesia crude price (ICP) 2018 to fit the current condition.

Bank Permata economist Josua Pardede said, considering the improving global economic conditions in 2018 and world oil prices that are now above the level of US $ 60 per barrel, the assumption of ICP prices should be revised.

"Approximately US $ 50-US $ 55 per barrel considering the realization of ICP in 2017 has reached US $ 50 per barrel, higher than the government assumption," he said.

APBN 2018 establishes ICP assumption of US $ 48 per barrel. However, as of December 15, 2017, the average ICP has reached US $ 50.3 per barrel, from the assumption in the 2017 Revised State Budget of US $ 45 per barrel.

According to Josua, on the state expenditure side, ICP changes will affect the energy subsidy, revenue sharing (DBH) of oil and gas to the region as well as education and health budget. While the revenue side will affect the non-tax state revenue (PNBP) of natural resources (SDA) of oil and gas and Income Tax (PPh) of oil and gas.

The Ministry of Finance noted that with the realization of ICP of US $ 50 per barrel, the realization of Non-Tax State Revenue (PNBP) in 2017 reached Rp 281 trillion or 108% of the target of Rp 260.2 trillion. The realization of oil and gas PPh Rp 49.6 trillion or 118.8% of the target.

Bank Mandiri economist Andry Asmoro projected world oil prices will be at the level of US $ 55 to US $ 60 per barrel. According to him, if ICP assumptions are increased, it will affect the 2018 budget deficit set by 2.19% of GDP. The increase in deficit occurs because the government will pay more energy subsidies.

"The possibility of a deficit in 2018 could be bigger, but still safe, most similar to the deficit in 2017," explained Andry.

Executive Director of ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro also predicted that world oil price this year will stay above US $ 60 per barrel. While ICP is estimated at US $ 60-US $ 65 per barrel.

"Parliament should remind the government to revise the ICP," he said.

Coordinating Minister for Economic Affairs Darmin Nasution is aware of this condition. However, the government still uses the ICP assumption of US $ 48 per barrel at least until the end of March 2018. Until that period the government guarantees the price of fuel oil (fuel), as well as electricity tariffs, are still fixed.

Looking ahead, Darmin can not confirm whether there will be changes ICP or not. The government also does not have an agreement yet how much of the world oil price hike can be detained not to raise fuel prices.

"This is the political year, the policy changes depending on the situation," explained Darmin.

IN INDONESIA

Asumsi Harga Minyak 2018 Diminta Revisi


Potensi bertambahnya subsidi energi tahun ini semakin besar karena harga minyak dunia masih menunjukkan tren peningkatan. Untuk itu, pemerintah diminta menghitung kembali asumsi harga minyak Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) 2018 agar sesuai kondisi terkini.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang semakin membaik di 2018 serta harga minyak dunia yang saat ini sudah di atas level US$ 60 per barel, maka asumsi harga ICP sebaiknya direvisi. 

"Sekitar US$ 50-US$ 55 per barel mengingat realisasi ICP pada 2017 sudah mencapai US$ 50 per barel, lebih tinggi dari asumsi pemerintah," ujarnya.

APBN 2018 menetapkan asumsi ICP sebesar US$ 48 per barel. Namun, hingga 15 Desember 2017 rata-rata ICP sudah mencapai sebesar US$ 50,3 per barel, dari asumsi dalam APBN Perubahan 2017 sebesar US$ 45 per barel.

Menurut Josua, di sisi belanja negara, perubahan ICP akan berpengaruh pada subsidi energi, dana bagi hasil (DBH) migas ke daerah serta anggaran pendidikan dan kesehatan. Sedang sisi penerimaan, akan berdampak terhadap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sumber daya alam (SDA) migas dan Pajak Penghasilan (PPh) migas.

Kementerian Keuangan mencatat, dengan realisasi ICP sebesar US$ 50 per barel maka realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada 2017 mencapai Rp 281 triliun atau 108% dari target Rp 260,2 triliun. Sedang realisasi PPh migas Rp 49,6 triliun atau 118,8% dari target.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan harga minyak dunia akan berada di level US$ 55 hingga US$ 60 per barel. Menurutnya, apabila asumsi ICP dinaikan, akan mempengaruhi defisit anggaran 2018 yang ditetapkan 2,19% dari PDB. Kenaikan defisit terjadi karena pemerintah akan membayar subsidi energi yang lebih banyak. 

"Kemungkinan defisit di 2018 bisa lebih besar, tapi masih aman. Paling mirip dengan defisit di 2017," jelas Andry.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro juga memprediksi harga minyak dunia tahun ini akan bertahan di atas US$ 60 per barel. Sedangkan ICP diperkirakan US$ 60-US$ 65 per barel. 

"DPR harus mengingatkan pemerintah untuk merevisi ICP," katanya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyadari kondisi ini. Namun, pemerintah masih menggunakan asumsi ICP sebesar US$ 48 per barel setidaknya hingga akhir Maret 2018. Hingga periode itu pemerintah menjamin harga bahan bakar minyak (BBM) serta tarif listrik masih tetap.

Ke depan, Darmin belum bisa memastikan apakah akan ada perubahan ICP atau tidak. Pemerintah juga belum memiliki kesepakatan sampai berapa kenaikan harga minyak dunia bisa ditahan untuk tidak menaikkan harga BBM. 

"Ini tahun politik, perubahan kebijakan tergantung situasi," jelas Darmin.

Kontan, Page-2, Thursday, Jan 4, 2018

Pertamina Encouraged to Manage Termination Blocks



PT Pertamina is encouraged to manage oil and gas blocks that are out of contract and not granted an extension by the government. Until 2026 starting this year, there are 34 oil and gas block contracts that will expire. The management by Pertamina is to realize the domestic energy security plan.

Pertamina gets the privilege of managing oil and gas blocks whose contract is exhausted. It is regulated in the Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) No. 15 of 2015 which was revised by Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 30 of 2016.

"I agree to encourage Pertamina to manage the expired oil and gas blocks related to the national energy security plan. That can be realized if Pertamina is prepared and the block is included in the portfolio of company management. Because, not necessarily all oil and gas blocks will be profitable for Pertamina, "said Vice Chairman of Commission VII DPR Satya Widya Yudha, Wednesday (3/1), in Jakarta.

Satya Widya Yudha

Although Pertamina has priority management, the government should also adopt a fair and open way. Whoever the tender winner is, Pertamina is offered to match the tender winner's bid. If Pertamina is unwilling to manage the block, the winning bidder must manage it professionally.

"Conversely, if Pertamina becomes the winner of the tender, he is entitled to partner with share distribution. Only the majority share must be controlled by Pertamina as the winner of the tender, "said Satya.

oil and gas blocks

For 2018, there are eight oil and gas blocks that will expire the contract. Of all the blocks, Pertamina has expressed interest in managing six blocks, namely South East Sumatera Block (South Sumatra), Central Block (East Kalimantan). North Sumatera Offshore (North Sumatera), Ogan Komering OJB (South Sumatera), Sanga-Sanga Block (East Kalimantan) and Tuban Block (East Java). The other two unpopular blocks are the Attaka Block and East Kalimantan Block in East Kalimantan.

Pertamina's Upstream Director Syamsu Alam

According to Pertamina's Upstream Director Syamsu Alam, his team has reviewed the commercial aspects of the six blocks. Based on the results of the study, the six blocks have good prospects. It has submitted a proposal of management model to the government.

Deputy Minister of EMR Archandra Tahar

According to Deputy Minister of EMR Archandra Tahar, the government has offered the eight blocks to be managed by Pertamina. However, by Pertamina, two of the eight blocks are returned to the government.

IN INDONESIA

Pertamina Didorong Kelola Blok Terminasi


PT Pertamina didorong untuk mengelola blok-blok minyak dan gas bumi yang habis masa kontraknya dan tidak diberi perpanjangan oleh pemerintah. Sampai 2026 terhitung mulai tahun ini, tercatat ada 34 kontrak blok minyak dan gas bumi yang akan berakhir. Pengelolaan oleh Pertamina ini untuk mewujudkan rencana ketahanan energi dalam negeri.

Pertamina mendapat hak istimewa mengelola blok-blok migas yang kontraknya habis. Hal itu diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 15 Tahun 2015 yang direvisi dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2016.

”Saya setuju mendorong Pertamina mengelola blok migas yang habis masa kontraknya terkait rencana ketahanan energi nasional. Itu bisa diwujudkan kalau Pertamina ada kesiapan dan blok tersebut masuk dalam bagian portofolio manajemen perusahaan. Sebab, belum tentu semua blok migas akan menguntungkan bagi Pertamina,” kata Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Widya Yudha, Rabu (3/1), di Jakarta.

Kendati Pertamina mendapat prioritas pengelolaan, pemerintah pun sebaiknya menempuh cara adil dan terbuka. Siapa pun pemenang tender itu, Pertamina ditawarkan untuk menyamai penawaran pemenang tender tersebut. Seandainya Pertamina tidak bersedia mengelola blok itu, pemenang tender harus mengelolanya secara profesional.

”Sebaliknya, jika Pertamina menjadi pemenang tender, ia berhak menggandeng mitra lewat pembagian saham. Hanya saham mayoritas harus tetap dikuasai Pertamina selaku pemenang tender,” ujar Satya.

Untuk 2018, ada delapan blok migas yang bakal habis masa kontraknya. Dari semua blok itu, Pertamina telah menyatakan minat mengelola enam blok, yaitu Blok South East Sumatera (Sumatera Selatan), Blok Tengah (Kalimantan Timur). 

     North Sumatera Offshore (Sumatera Utara), Ogan Komering OJB (Sumatera Selatan), Blok Sanga-Sanga (Kalimantan Timur) dan Blok Tuban (Jawa Timur). Dua blok lainnya yang tidak diminati adalah Blok Attaka dan Blok East Kalimantan di Kalimantan Timur.

Menurut Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, timnya sudah mengkaji aspek komersial keenam blok tersebut. Berdasarkan hasil kajian, keenam blok tersebut punya prospektif yang bagus. Pihaknya sudah menyampaikan proposal model pengelolaan kepada pemerintah.

Menurut Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar, pemerintah telah menawarkan delapan blok itu untuk dikelola Pertamina. Namun, oleh Pertamina, dua dari delapan blok dikembalikan kepada pemerintah.

Kompas, Page-20, Thursday, Jan 4, 2018

Pertamina Shoots 55 Wells in Mahakam



PT Pertamina targets to drill 55 wells in the Mahakam block this year so that oil and gas production levels in the blocks located in East Kalimantan can be maintained.

Pertamina Corporate Communication Vice President Adiatma Sardjito said that throughout 2017, the company has drilled 14 wells in the Mahakam Block.

"Then, this year, we propose to be 55 wells. So, the total can drill 69 wells. If seen 55 divided by 12 months, meaning in a month can be four or five wells, "he said.

The potential for oil or condensate production in the Mahakam Block can reach 52,000 barrels per day (BPD). The Mahakam block is estimated to have oil reserves of 105 million barrels and 4.9 trillion cubic feet of gas.

the Mahakam Block

In the process of managing the Mahakam block, Pertamina is looking for partners. However, Adiatma admitted that the company has not taken a decision in choosing a company that will become a partner in managing the offshore oil and gas blocks.

Pertamina needs partners to reduce the risks that occur in the field.

"Looking for partners in the oil and gas business is normal. So, we and our partners can mitigate the potential risks that exist such as congestion and so on. Included in the issue of investment as well, "said Adiatma.

Although not yet determine the partners, Adiatma said, Pertamina will continue to run oil and gas production in Mahakam block.

"We will continue to operate, pending the decision of who the partner is."

Meanwhile, the target of natural gas production from the Mahakam block in 2018 amounted to 916 million cubic feet per day fell to 32.65% compared to the realization as of November 2017.

The Mahakam Block gas production target refers to the work plan and budget proposed by Pertamina as the new operator of offshore oil and gas blocks in East Kalimantan. 

     Based on data from the Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas), the daily average gas production from Mahakam Block as of November 2017 reached 1.360 million standard cubic feet per day (MMscfd) and 52,000 BPH condensate.

The target of condensate production in the Mahakam block this year is only 42,000 BPD lower than the realization during 2017. This year's oil and gas production target is achieved by drilling 69 development wells, 132 re-drilling wells, 5,623 wells and advanced development plans five oil and gas fields in the Mahakam block. Previously, Pertamina targeted gas production of 1,100 MMscfd and 48,000 BPH condensate.

In terms of activities, Pertamina previously planned to drill 55 development wells, 125 re-operation wells, and 5,500 wells.

SHARE PARTICIPATION

Meanwhile, the ESDM Ministry will decide on the division of regional participating interest (PI) of 10% in the Mahakam block this month. Deputy Minister of Energy and Mineral Resources Arcandra Tahar said that the two local governments concerned in the Mahakam Block, the East Kalimantan Provincial Government and the Government of Kutai Kartanegara Regency, agreed to submit a decision on the distribution of shares of participation to the central government.

"The provincial government of East Kalimantan and the district government of Kutai Kartanegara will return to us," he said at the office of the Ministry of Energy and Mineral Resources on Wednesday (3/1).

In the future, the management of the Mahakam block by the regional government will be conducted through a regional-owned enterprise (BUMN). According to him, it has been done in Block Offshore North West Java (ONWJ) involving West Java Provincial Government and DKI Jakarta.

"It should be one such BUMD in ONWJ one BUMD. There are DKI Jakarta and West Java," he said.

The offering of a 10% stake in the Mahakam Block will be made in accordance with the Minister of Energy and Mineral Resources No.37 / 2016 on the 10% Pl Public Offering Provision on the Oil and Gas Working Area. Later, the BUMD does not need to pay the management rights in cash.

The BUMD will pay 10% PI by installments. The installment will be arranged so as not to spend all the profit earned so that BUMD.

As a result, the region will continue to receive periodic benefits from the production of oil and gas blocks to be deposited to the regional budget and expenditure (APBD).

Arcandra asserted that in the decision-making process his party will not be out of the provisions in the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation no. 37/2016.

IN INDONESIA

Pertamina Bidik 55 Sumur di Mahakam

PT Pertamina menargetkan untuk mengebor 55 sumur di Blok Mahakam sepanjang tahun ini sehingga tingkat produksi minyak dan gas bumi di blok yang berlokasi di Kalimantan Timur itu bisa terjaga.

Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan bahwa sepanjang 2017, perseroan telah mengebor 14 sumur di Blok Mahakam.

“Lalu, pada tahun ini, kami mengusulkan bisa sebanyak 55 sumur. Jadi, total bisa mengebor 69 sumur. Kalau dilihat 55 dibagi 12 bulan, berarti dalam sebulan bisa empat atau lima sumur,” ujarnya.

Potensi produksi minyak atau kondensat di Blok Mahakam bisa mencapai 52.000 barel per hari (BPH). Blok Mahakam diperkirakan masih memiliki cadangan minyak sebesar 105 juta barel dan 4,9 triliun kaki kubik gas.

Dalam proses pengelolaan Blok Mahakam itu, Pertamina pun sedang mencari mitra. Namun, Adiatma mengaku bahwa perseroan belum mengambil keputusan dalam memilih perusahaan yang akan menjadi mitra dalam mengelola blok migas lepas pantai tersebut.

Pertamina membutuhkan mitra kerja untuk mengurangi risiko yang terjadi di lapangan. 

“Mencari mitra dalam bisnis migas itu hal biasa. Jadi, kami bersama mitra bisa memitigasi potensi risiko yang ada seperti ada kemacetan dan sebagainya. Termasuk dalam mengeluarkan investasi juga,” ujar Adiatma.

Kendati belum menentukan mitra, Adiatma menyebutkan, Pertamina akan tetap menjalankan produksi migas di blok Mahakam. 

“Kami akan beroperasi terus, sambil menunggu keputusan siapa mitranya.”

Sementara itu, target produksi gas bumi dari Blok Mahakam pada 2018 sebesar 916 juta kaki kubik per hari turun hingga 32,65% dibandingkan dengan realisasi per November 2017.

Target produksi gas bumi Blok Mahakam itu mengacu pada rencana kerja dan anggaran yang diajukan oleh Pertamina sebagai operator baru blok migas lepas pantai di Kalimantan Timur tersebut. 

     Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), rerata harian produksi gas dari Blok Mahakam per November 2017 mencapai 1.360 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) dan kondensat 52.000 bph. 

Target produksi kondensat di Blok Mahakam pada tahun ini hanya 42.000 bph, lebih rendah dari realisasi selama 2017. Target produksi minyak dan gas bumi pada tahun ini dicapai melalui pengeboran 69 sumur pengembangan, pengeboran ulang 132 sumur, 5.623 perbaikan sumur serta pengajuan rencana pengembangan lanjutan atas lima lapangan migas di Blok Mahakam.

      Sebelumnya, Pertamina menargetkan produksi gas sebesar 1.100 MMscfd dan kondensat 48.000 bph.

Dari sisi kegiatan, Pertamina Sebelumnya berencana melakukan pengeboran 55 sumur pengembangan, 125 kegiatan sumur kerja ulang, dan perawatan 5.500 sumur.

SAHAM PARTISIPASI

Sementara itu, Kementerian ESDM akan memutuskan pembagian hak pengelolaan (participating interest/PI) daerah sebesar 10% di Blok Mahakam pada bulan ini. Wakil Menteri ESDM Arcandra tahar mengatakan bahwa dua pemerintah daerah yang berkepentingan di Blok Mahakam, yakni Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, sepakat menyerahkan keputusan pembagian saham partisipasi kepada pemerintah pusat.

"Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara mengembalikan kepada kita. Kedua belah pihak sepakat bahwa pemerintah pusat yang memutuskan. Secepatnya akan kita selesaikan, Januari ini,“ ujarnya di kantor Kementerian ESDM, Rabu (3/1).

Nantinya, pengelolaan Blok Mahakam oleh pemda akan dilakukan melalui satu badan usaha milik daerah (BUMN). Menurutnya, hal itu sudah dilakukan di Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang melibatkan Pemprov Jawa Barat dan DKI Jakarta.

"Harusnya nanti satu BUMD seperti di ONWJ satu BUMD. Ada DKI Jakarta dan Jawa Barat," tuturnya.

Penawaran saham partisipasi 10% Blok Mahakam akan dilakukan sesuai dengan Peraruran Menteri ESDM No.37/2016 tentang Ketentuan Penawaran Pl 10% pada Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi. Nantinya, BUMD tersebut tidak perlu membayar hak kelola tersebut secara tunai.

BUMD tersebut akan membayar 10% PI dengan cara mencicil. Cicilan tersebut akan diatur agar tidak menghabiskan seluruh keuntungan yang diperoleh sehingga BUMD.

Alhasil, daerah akan tetap menerima keuntungan secara berkala dari hasil produksi blok migas yang akan disetor ke anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Arcandra menegaskan bahwa dalam proses pengambilan keputusan pihaknya tidak akan keluar dari ketentuan dalam Peraturan menteri ESDM No. 37/2016.

Bisnis Indonesia, Page-22, Thursday, Jan 4, 2018

Wednesday, January 3, 2018

LNG Production of Rhinoceros Refinery Targeted 156 Cargo



The production of liquefied natural gas (LNG) from LNG Plant managed by PT Badak NGL is targeted to increase to 156 cargoes by next year, from 140 cargoes this year.

Head of Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Unit (SKK Migas) Amien Sunaryadi said the Badak LNG Plant has obtained gas supply to be processed into LNG from a number of oil and gas blocks, namely Mahakam block, Sanga-Sanga, East Kalimantan, Attaka, Indonesia Deepwater Development (IDD), and Jangkrik Field. Jangkrik Field gas production is projected to continue to rise.

"So, the Rhino Refinery in Bontang LNG production next year 156 cargoes, this year about 140 cargoes. Rising mainly from Eni (Field Cricket), Eni just came in, "he said. The Eni Italia-owned cricket field now generates 600 million cubic feet per day (mmscfd) of gas. It will seek to boost gas production.

"We are trying to increase a little," added Amien.

With a target of 153 cargoes, it is the first time that the LNG production of the Badak Refinery has increased since 2015. LNG production from Lontang Bontang refinery has been declining since 2015. In 2015, LNG production from the East Kalimantan refinery reaches 189 cargoes. However, this production figure fell to 172 cargoes in 2016. While this year's production is only about 140 cargoes.

Related to the operation, President Director of Badak NGL Didik Sasongko explained, his side will conduct a decommissioning of two train from total of eight train at the refinery it manage. The reduction in the number of trains in operation is a result evaluation of SKK Migas with gas producers.

We see with SKK Migas, for long term optimization, only need six train, we off two train. Because if we keep, too expensive, "he explained.

Not only about the number of train, next year the manager of LNG refinery in East Kalimantan is also officially switched to PT Badak NGL. This assignment refers to the Letter of the Minister of Finance No. S303 / MK6 / 2017 dated November 27, 2017. Operation scheme Badak LNG plant after 2017 is a new pattern that the Directorate General of State Assets through LMAN as the owner of the assets and appoint PT Badak NGL operate the refinery. Total assets managed amounted to Rp 16 trillion.

Despite the management, Amien asserts, Badak NGL does not receive payment and pay any fees. Meanwhile, gas liquefaction costs of US $ 0.22 cents per million british thermal units (MMBtu) are paid by gas producers. In addition, the operating costs and investment of the refineries are all charged to gas producers who own shares in PT Badak NGL.

IN INDONESIA

Produksi LNG Kilang Badak Ditargetkan 156 Kargo


Produksi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari Kilang LNG yang dikelola PT Badak NGL ditargetkan naik menjadi 156 kargo pada tahun depan, dari tahun ini sekitar 140 kargo.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, selama ini Kilang LNG Badak memperoleh pasokan gas untuk diolah menjadi LNG dari sejumlah blok migas, yakni Blok Mahakam, Sanga-Sanga, East Kalimantan, Attaka, Indonesia Deepwater Development (IDD), dan Lapangan Jangkrik. Produksi gas Lapangan Jangkrik diproyeksikan akan terus naik. 

“Jadi, Kilang Badak di Bontang itu produksi LNG tahun depan 156 kargo, tahun ini sekitar 140 kargo. Naiknya terutama dari Eni (Lapangan Jangkrik), Eni baru saja masuk,” kata dia. Lapangan Jangkrik yang dikelola Eni Italia kini menghasilkan gas 600 juta kaki kubik per hari (million standard cubic per day/ mmscfd) . Pihaknya akan berupaya menggenjot produksi gas ini. 

“Sedang diusahakan dinaikan sedikit,” tambah Amien.

Dengan target tahun depan ditetapkan 153 kargo, maka ini kali pertama produksi LNG Kilang Badak naik sejak 2015. Produksi LNG dari Kilang LNG Bontang tercatat terus turun sejak 2015. Pada 2015, produksi LNG dari kilang di Kalimantan Timur ini mencapai 189 kargo. Namun, angka produksi ini turun menjadi 172 kargo pada 2016. Sementara tahun ini produksinya hanya sekitar 140 kargo.

Terkait operasional, Presiden Direktur Badak NGL Didik Sasongko menjelaskan, pihaknya akan melakukan penghentian operasi (decomissioning) dua train dari total delapan train di kilang yang dikelolanya. Pengurangan jumlah train beroperasi ini merupakan hasil evaluasi SKK Migas dengan para produser gas. 

Kami lihat dengan SKK Migas, untuk optimalisasi jangka panjang, hanya perlu enam train, kami lepas dua train. Karena kalau kami pelihara, terlalu mahal,” jelasnya.

Tidak hanya soal jumlah train, tahun depan pengelola kilang LNG di Kalimantan Timur ini juga resmi beralih ke PT Badak NGL. Penugasan ini mengacu pada Surat Menteri Keuangan Nomor S303/MK6/2017 tanggal 27 November 2017. Skema pengoperasian Kilang LNG Badak pasca 2017 merupakan pola baru yakni Direktorat Jenderal Kekayaan Negara melalui LMAN sebagai pemilik aset dan menunjuk PT Badak NGL mengoperasikan kilang. Total aset yang dikelola senilai Rp 16 triliun.

Meski menjadi pengelolan, Amien menegaskan, Badak NGL tidak menerima pembayaran dan membayar biaya apapun. Adapun, biaya pencairan gas sebesar US$ 0,22 sen per juta british thermal unit (MMBtu) dibayar para produsen gas. Selain itu, biaya operasi dan investasi kilang semuanya dibebankan kepada produsen gas yang memiliki saham pada PT Badak NGL.

Investor Daily, Page-9, Wednesday, Jan 3, 2018

Masela Design Work Auction Opened



Inpex Masela Limited, Abadi Field operator, Masela Block, immediately opens a pre-defined end engineering (pre-FEED) project tender for the development of gas resources located in the Arufuru Sea, Maluku.

The subsidiary of Inpex Corporation is conducting a pre-FEED review check to complete the pre-qualification phase. Senior Specialist Media Relations Inpex Masela Limited Moch. N. Kurniawan said that it immediately started a tender for pre-FEED Abadi Field and the construction of a land liquefied natural gas (LNG) refinery. The auction process with a value of about US $ 23 million will last for 3 months.

"After prequalification is completed now is pre-FEED auction stage. More internal review, "he said.

Auction work packages include the study of floating production storage offloading (FPSO) and a land LNG plant. However, Iwan did not mention the details of the completion target of each stage. He ensures that Inpex will work to speed up the process so that the gas field project can start operating soon.

The results of this study will be used to enter the FEED phase which will be the basis for revision of the development plan of the field. At the FEED stage, workmanship Studies on the technical side of the specification, cost estimation, construction, and contract strategy.

"We are fully concentrating so that the stages for this project can be carried out," he said.

Previously, Inpex, which operated the Masela Block, received a green light from the Minister of Energy and Mineral Resources, Ignasius Jonan, who stated that the contract extension until 2048. At present, the Masela Block contract will expire in 2028.

In addition to the extension, the government will also provide additional time for Inpex operations at Masela for 7 years to compensate for changes in the LNG plant scheme to float into a refinery onshore. Thus, Inpex governance of 65% and Shell 35% can be up to 2055.

Proposal for extension of cooperation contracts and compensation of time for lost contract period as an effort to make the project run according to economies of scale after changing development schemes. The proposed extension also considers the first production target, which is about 2026 or 2 years before the contract expires in 2028.

Previously, Head of Program and Communications Division of Wisnu Prabawa Taher said that currently, Inpex Masela Limited is procuring for pre-FEED work packages. According to him, the budget to do the work has been approved by SKK Migas.

After the government decided on the development of Abadi Field, Masela Block used an onshore liquefied natural gas (LNG) on March 23, 2016, the investment plan that Inpex had built was instant mess. The plan, which has been pioneered for 10 years, returned to zero since Inpex and Shell had to reconstruct the plan after the government changed the floating refinery scheme to a landline.

With the change of scheme, Inpex and Shell have to recalculate the investment for the development of oil and gas blocks including investment rate of return (IRR). It became natural because, with the change of scheme, investment was changed. 

     Masela's IRR project is currently only about 9%. In the meantime, Inpex and Shell expect the return on investment to reach 15%.

To achieve an IRR of 15%, Inpex and Shell proposed replacement time lost for 10 years (2007-2017). By reason of the preparation of the investment plan since 2007 with the floating refinery scheme to be destroyed, Inpex requested a replacement for 10 years. 

     The oil and gas block contract signed in 1998 will expire in 2028. Meanwhile, with the changes refinery development scheme, the project is projected to produce in 2026.

IN INDONESIA

Lelang Pengerjaan Desain Masela Dibuka


Inpex Masela Limited, operator Lapangan Abadi, Blok Masela, segera membuka tender pekerjaan pra-pendefinisian proyek atau pre-front end engineering design (pre-FEED) untuk pengembangan sumber gas yang berlokasi di Laut Arufuru, Maluku tersebut.

Anak perusahaan Inpex Corporation itu sedang melakukan pemeriksaan kajian pre-FEED untuk menyelesaikan tahap pra-kualifikasi. Senior Specialist Media Relations Inpex Masela Limited Moch. N. Kurniawan mengatakan bahwa pihaknya segera memulai tender untuk pre-FEED Lapangan Abadi dan pembangunan kilang gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) darat. Proses lelang dengan nilai sekitar US$23 juta itu akan berlangsung selama 3 bulan.

“Setelah prakualifikasi selesai sekarang sedang tahap lelang pre-FEED. Lagi review internal,” katanya.

Paket pengerjaan lelang meliputi Studi fasilitas produksi terapung (floating production storage offloading/FPSO) dan kilang LNG darat. Namun, Iwan tidak menyebut detail target penyelesaian tiap tahapan tersebut. Dia memastikan, Inpex akan berupaya untuk mempercepat proses itu agar proyek lapangan gas itu bisa segera beroperasi.

Hasil kajian ini akan digunakan untuk masuk tahap FEED yang nantinya akan menjadi basis revisi rencana pengembangan Iapangan. Pada tahap FEED, pengerjaan Studi mengenai sisi teknis menyangkut spesifikasi, estimasi biaya, konstruksi, dan strategi kontrak pengerjaanya. 

“Kami berkonsentrasi penuh agar tahapan demi tahapan proyek ini dapat kami laksanakan,” katanya.

Sebelumnya, Inpex yang mengoperasikan Blok Masela mendapat lampu hijau dari Menteri ESDM Ignasius Jonan yang menyatakan bahwa perpanjangan kontrak hingga 2048. Saat ini, kontrak Blok Masela akan berakhir pada 2028.

Selain perpanjangan, pemerintah juga akan memberikan tambahan waktu operasi Inpex di Masela selama 7 tahun sebagai kompensasi perubahan skema kilang LNG terapung menjadi kilang di darat. Dengan demikian, masa kelola Inpex yang menguasai 65% dan Shell 35% bisa sampai 2055.

Usulan untuk perpanjangan kontrak kerja sama dan mendapat kompensasi waktu atas masa kontrak yang hilang sebagai salah satu upaya untuk membuat proyek berjalan sesuai dengan skala ekonomi setelah mengalami perubahan skema pengembangan. Usulan perpanjangan juga mempertimbangkan target produksi pertama, yakni sekitar 2026 atau 2 tahun sebelum kontrak berakhir pada 2028.

Sebelumnya, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher mengatakan bahwa saat ini Inpex Masela Limited sedang melakukan pengadaan untuk paket pekerjaan pre-FEED. Menurutnya, anggaran untuk melakukan pekerjaan tersebut telah disetujui oleh SKK Migas.

Setelah pemerintah memutuskan pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela menggunakan kilang LNG di darat (onshore liquefied natural gas) pada 23 Maret 2016, rencana investasi yang telah dibangun Inpex pun berantakan seketika. 

      Rencana yang sudah dirintis selama 10 tahun itu kembali ke titik nol karena Inpex dan Shell harus menyusun kembali rencana setelah pemerintah mengubah skema kilang terapung menjadi darat.

Dengan perubahan skema itu, Inpex dan Shell pun harus menghitung ulang investasi untuk pengembangan blok migas tersebut termasuk skala pengembalian investasi (investment rate of return/IRR). 

     Hal itu menjadi wajar karena dengan perubahan skema, investasi pun berubah. IRR proyek Masela saat ini hanya sekitar 9%. Sementara itu, Inpex dan Shell berharap agar tingkat pengembalian investasi mencapai 15%.

Untuk mencapai IRR 15%, Inpex dan Shell mengusulkan penggantian waktu yang hilang selama 10 tahun (2007-2017). Dengan alasan penyusunan rencana investasi sejak 2007 dengan skema kilang terapung menjadi musnah, Inpex meminta penggantian waktu selama 10 tahun. 

     Kontrak blok migas yang diteken pada 1998 itu akan habis masa kontrak pada 2028. Sementara itu, dengan perubahan skema pembangunan kilang, proyek diproyeksikan akan berproduksi pada 2026.

Bisnis Indonesia, Page-22, Wednesday, Jan 3, 2018