Since inaugurated as the 7th President of Indonesia on October 20, 2015, Joko Widodo first attended one of the big events held by oil and gas contractors in the country. Joko Widodo (Jokowi) did not attend the Annual Convention and Exhibition of Indonesian Petroleum Association (IPA Convex) in 2015, 2016 and 2017. IPA Convex 2015 was opened by Coordinating Minister for Marine Affairs Indroyono Soesilo. In 2016, the event was opened by Coordinating Minister for Economic Affairs Darmin Nasution, while in 2017 was opened by Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Ignasius Jonan.
After three times, the Head of State finally attended the Upstream Oil and Gas Sector event and opened the event at the Jakarta Convention Center on Wednesday (2/5). If quoting the press statement, Chairman of the Convex 2018 IPA Committee Novie Hemawati assess, the presence of Jokowi can reinforce the commitment of the Government of Indonesia as one of all stakeholders to improve the competitiveness of the upstream oil and gas sector of Indonesia.
Sure enough, in a 17-minute Jokowi speech, an affirmation of the government's commitment to the sustainability of the upstream oil and gas industry was delivered. In his Convex 2018 speech, Jokowi praised the oil and gas industry players as one of the most famous and elite sectors. In fact, the big name of the company and its business actors, trembling politicians.
"But for me yes, mediocre," he joked.
In the midst of global challenges, Jokowi also explained the challenges of the oil and gas industry in the future. At least by comparing the performance of 10 largest companies in the world in the last decade. In the last 10-20 years, at least five companies from the oil and gas sector occupy the top 10 most promising corporations. In contrast to now, where companies with the core of information technology business become champions.
WONDER
In addition, the President also insinuated PT Pertamina (Persero) as a government-owned company engaged in the oil Just for me to wonder, in the oil and gas industry, for example Pertamina, since the 1970s has never done exploration until now. From the information obtained, Head of State knows that Pertamina's exploration is small scale. "This is what?" Seeing the condition, the President saw that the problem of ease of investment licensing becomes an obstacle.
Jokowi has ordered the Minister of Energy and Mineral Resources Ignasius Jonan to cut as many rules that make investment in this sector seem complicated. To date there are at least 186 regulations that are difficult and long-winded in the oil and gas sector. Especially in upstream investment, there are 14 regulations that are cut.
"What we expect, can be more simplified so that investment into our country."
The government expects more investment flows to enter the oil and gas sector in an effort to cut 186 rules that are considered to complicate the flow of investment. However, President Joko Widodo asks the business actors to be open, if there is still any constraint or investor complexity in meeting the licensing requirements. Head of State admitted since last year has ordered the Minister of EMR to cut various policies that complicate incoming investment.
"If it is still considered difficult, which side? In order for exploration to increase, So people [investors] come here, "said Jokowi.
The Head of State hopes that in the annual meeting of the Indonesian Petroleum Association, business actors will issue any remaining rules
hamper and disrupt investment flows.
"Including, matters relating to gross split, what to do there. Tell the Minister of Energy and Mineral Resources, if it is difficult, convey it directly to me. "
SVP Upstream Business Development Pertamina Denie Tampubolon said the criticism from President Joko Widodo means a direction to further intensify future exploration activities.
"However, it needs to be checked as well, we are actually the oil companies that drilling the most exploration wells than the other oil and gas block operators," he said.
Head of SKK Migas Amien Sunaryadi said, to intensify the planning of new oil and gas reserves needed a strategy to boost domestic investment climate more competitive.
"Until March 2018, upstream oil and gas investment in Indonesia has reached US $ 2.4 billion or 17 percent of the total target of 2018 which is US $ 14.2 billion," he said.
However, the first presence of Jokowi in IPA often appears multif tafsir. Moreover, the energy sector can hardly escape and political elements. Because, in 2015, 2016, and 2017, the Head of State was not present, Could be, the science event at that time coincided with a more important agenda of the President. Although the first time to attend, the President immediately criticized about the complexity of the licensing of upstream oil and gas sector and low exploration activities to find new oil and gas reserves, especially Pertamina as a national oil and gas company.
IN INDONESIA
Raksasa Minyak Biasa Saja Bagi Jokowi
Sejak dilantik menjadi Presiden ke-7 Indonesia pada 20 Oktober 2015, Joko Widodo pertama kali hadir dalam salah satu event besar yang digelar para kontraktor minyak dan gas bumi di Tanah Air. Joko Widodo (Jokowi) tidak hadir pada Konvensi dan Pameran Tahunan Asosiasi Petroleum Indonesia (IPA Convex) pada 2015, 2016, dan 2017.
IPA Convex 2015 dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo. Pada 2016, acara tersebut dibuka oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, sedangkan pada 2017 dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.
Setelah absen tiga kali, Kepala Negara akhirnya hadir dalam acara Sektor hulu migas itu sekaligus membuka acara tersebut di Jakarta Convention Center, Rabu (2/5). Jika mengutip keterangan pers, Ketua Panitia IPA Convex 2018 Novie Hemawati menilai, kehadiran Jokowi dapat mempertegas komitmen Pemerintah Indonesia sebagai salah satu seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kembali daya saing sektor hulu migas Indonesia.
Benar saja, dalam sambutan Jokowi yang berdurasi sekitar 17 menit, penegasan mengenai komitmen pemerintah tentang keberlanjutan industri hulu minyak dan gas disampaikan. Dalam sambutan IPA Convex 2018, Jokowi memuji pelaku industri minyak dan gas sebagai salah satu sektor paling terkenal dan elite. Bahkan, nama besar perusahaan dan pelaku usahanya, membuat gemetar para politisi.
“Tapi untuk saya ya, biasa-biasa saja,” selorohnya.
Di tengah tantangan global, Jokowi juga menjelaskan tantangan industri migas ke depan. Setidaknya dengan membandingkan kinerja 10 perusahaan terbesar di dunia dalam dekade terakhir. Dalam kurun waktu 10-20 tahun terakhir, setidaknya lima perusahaan dari sektor migas menempati 10 besar korporasi paling menjanjikan. Berbeda dengan sekarang, di mana perusahaan dengan inti bisnis teknologi informasi menjadi juara.
GELENG-GELENG KEPALA (HERAN)
Selain itu, Presiden juga menyindir PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaaan milik pemerintah yang bergerak di bidang minyak Justru untuk saya membuat heran, di industri migas, contoh misalnya Pertamina, sejak tahun 1970-an tidak pernah melakukan eksplorasi hingga saat ini. Dari informasi yang diperoleh, Kepala Negara mengetahui eksplorasi yang dilakukan Pertamina tergolong berskala kecil. “Ini ada apa?” Melihat kondisi tersebut, Presiden melihat bahwa masalah kemudahan perizinan investasi menjadi hambatan.
Jokowi telah memerintahkan Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk memangkas sebanyak-banyaknya aturan yang membuat investasi di sektor ini terasa rumit. Hingga saat ini setidaknya ada 186 peraturan yang memang sulit dan bertele-tele di sektor migas. Khusus investasi di bidang hulu, ada 14 peraturan yang dipangkas.
“Yang kita harapkan, bisa lebih menyederhanakan sehingga investasi masuk ke negara kita.”
Pemerintah mengharapkan aliran investasi lebih deras masuk di sektor minyak dan gas seiring dengan upaya memotong 186 aturan yang dianggap mempersulit arus penanaman modal. Namun, Presiden Joko Widodo meminta para pelaku usaha terbuka, jika masih ada kendala atau pun kerumitan investor dalam memenuhi syarat perizinan. Kepala Negara mengaku sejak tahun lalu telah memerintahkan Menteri ESDM untuk memotong berbagai kebijakan yang mempersulit investasi masuk.
“Kalau masih dianggap sulit, itu sebelah mana? Supaya eksplorasi meningkat, Supaya orang [investor] masuk ke sini," kata Jokowi.
Kepala Negara berharap agar dalam pertemuan tahunan Asosiasi Petroleum Indonesia, para pelaku usaha menyampaikan aturan apa saja yang masih
menghambat dan mengganggu arus investasi.
“Termasuk juga, urusan yang berkaitan dengan gross split [skema bagi hasil kotor], apa yang harus dibenahi di situ. Sampaikan kepada Menteri ESDM, kalau sulit, sampaikan langsung kepada saya."
SVP Upstream Business Development Pertamina Denie Tampubolon mengatakan, kritikan dari Presiden Joko Widodo itu berarti sebuah arahan untuk lebih menggiatkan kegiatan eksplorasi ke depan.
“Namun, perlu dicek juga, kami itu sebetulnya menjadi perusahaan minyak yang melakukan pengeboran sumur eksplorasi yang paling banyak daripada operator-operator blok migas lainnya,” ujarnya.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, untuk menggiatkan perencanaan cadangan migas baru dibutuhkan strategi untuk mendorong iklim investasi dalam negeri lebih kompetitif.
"Sampai Maret 2018, investasi hulu migas Indonesia sudah US$ 2,4 miliar atau 17% dari total target 2018 yang senilai US$ 14,2 miliar," ujarnya.
Namun, kehadiran pertama Jokowi di IPA seringkali muncul multif tafsir. Apalagi, sektor energi hampir tidak bisa lepas dan unsur politik. Pasalnya, pada 2015, 2016, dan 2017, Kepala Negara tidak hadir, Bisa jadi, acara IPA saat itu berbarengan dengan agenda Presiden yang lebih penting. Kendati baru pertama kali hadir, Presiden langsung mengkritik soal rumitnya perizinan sektor hulu migas dan rendahnya kegiatan eksplorasi untuk mencari cadangan migas baru terutama Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas nasional.
Bisnis Indonesia, Page-30, Thursday, May 3, 2018