google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 All Posts - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

Friday, May 18, 2018

Pertamina Hunts for the Big Block



Competition for terminating oil and gas blocks from 2020 to 2026 will be increasingly hot, especially for large capacity working areas. Moreover, PT Pertamina (Persero) has submitted its intention to apply for the management of large termination blocks. One of the main focuses is the Rokan Block which is currently managed by Chevron. The Riau-based block is said to have a large production capacity of around 260,000 barrels per day with an operating capital requirement of around US $ 1.40 billion per year.

The Rokan block will be terminated in 2021 so that many interested parties apply for the management there, including existing operators such as Chevron and Pertamina's national oil and gas company. The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) has also prepared the management decision of the Rokan Block in July 2018. This is in line with the ministry's plan to finalize the termination block issue until 2026 by the end of this year.

Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources, Djoko Siswanto, said that Chevron and Pertamina have submitted an official proposal to manage the Rokan Block.

"Beyond that, there are about two other enthusiasts who have submitted the intention to submit a proposal orally," he said on Friday (11/5).

In the Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources Number 23 Year 2018 on Management of Oil and Gas Working Areas Ending Cooperation Contract is indeed open opportunities for anyone to apply for oil and gas blocks management, from existing operators and Pertamina.

The core of the Ministerial Regulation stipulates that the government will appoint termination block management operators with the best definite programs and commitments, primarily to encourage additional reserves and oil and gas production in Indonesia. Upstream Director of Pertamina Syamsu Alam stated that the company has indeed committed to applying for management on termination oil and gas blocks that have large capacity.

"Well, see if our proposal can match the proposal. operators exist [Chevron] what not, see later, "he said.

Previously, Managing Director of Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor also revealed that the Rokan Block still has a materialistic level that is quite interesting.

"In addition to the Rokan Block, several deep sea oil and gas projects in Indonesia also have an interesting materialistic value," he said.

Djoko explained that Pertamina and other prospective operators have the same filing rights. Later, if the proposed existing operator is less attractive, it will offer to Pertamina.

"Then, if you have not found an interesting offer, we can do through the auction scheme," he explained.

In addition to the Rokan Block, there are about four oil and gas blocks that will be terminated until 2026 which has an average production above 10,000 barrels per day. The four blocks could have become the target of Pertamina who claimed to target large-capacity block termination. 


       The four large-capacity terminating oil and gas blocks are the Coastal Plains & Pekanbaru terminations in 2022 managed by Pertamina and have a recent production averaging approximately 13,000 barrels per day, the termination Corridor Block in 2023 managed by Conocophilips Grissik Ltd. and has a production of about 13,700 barrels per day. 


       Then, there is a termination Rimau Block in 2023 which is managed by PT Medco E & P Indonesia and has an average production of about 11,000 barrels per day. Finally, Jabung Block terminated in 2023 which is managed by PetroChina and has a production of about 15,000 barrels per day.

PRODUCTION CONTRIBUTION

Meanwhile, Pertamina also recorded the contribution of national oil and gas products to 36% compared to the previous by 20%. The increase was driven by the assignment of the state-owned company on several oil and gas blocks from Offshore North West Java (ONWJ), Mahakam Block, eight termination blocks in 2018, and two termination blocks in 2019.

Acting President Director of PT Pertamina Nicke Widyawati said that with the increase of national production contribution ratio of 36 percent, it means that the company's oil and gas production in the future will be around 600,000 barrels of oil equivalent per day.

"The crude count was taken when we saw earlier that our production was about 300,000 barrels of oil equivalent per day," Nicke said

Looking at oil and gas production target of oil and gas SKK in 2018 amounting to 2.17 million barrels of oil equivalent per day, it means that the contribution of national oil and gas production from Pertamina by 36% could be equivalent to 781,560 barrels oil equivalent per day.

In addition, Nicke revealed that Pertamina also has potential revenues from the management of eight oil and gas blocks termination 2018 and two termination blocks in 2019 during a 20-year contract worth US $ 24 billion. The value is equivalent to US $ 1.20 billion per year will be obtained Pertamina from the management of 10 blocks.

Last weekend, Pertamina was appointed as the manager of two terminating oil and gas blocks in 2019 namely Jambi Merang and Pendopo & Raja for the next 20 years. Nicke said that Pertamina only filed for two blocks of the total four termination blocks because it saw the potential for reserves and production in the two areas.

IN INDONESIA

Pertamina Memburu Blok Besar


Persaingan memperebutkan blok migas terminasi dari 2020 sampai 2026 akan kian panas, terutama untuk wilayah kerja yang memiliki kapasitas besar. Apalagi, PT Pertamina (Persero) sudah menyampaikan niatnya mengajukan permohonan pengelolaan blok terminasi besar. Salah satu yang menjadi fokus utama adalah Blok Rokan yang saat ini dikelola oleh Chevron. Blok yang berada di Riau itu disebut-sebut memiliki kapasitas produksi yang cukup besar sekitar 260.000 barel per hari dengan kebutuhan modal operasi sekitar US$ 1,40 miliar per tahun.

Blok Rokan pun akan terminasi pada 2021 sehingga banyak pihak yang tertarik mengajukan permohonan pengelolaan di sana, termasuk operator yang sudah ada seperti Chevron dan perusahaan migas nasional Pertamina. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga sudah memberi persiapan keputusan pengelolaan Blok Rokan ditetapkan pada Juli 2018. Hal itu sesuai dengan rencana kementerian dalam menuntaskan persoalan blok terminasi sampai 2026 pada akhir tahun ini. 

Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan bahwa Chevron dan Pertamina sudah mengajukan proposal resmi untuk bisa mengelola Blok Rokan.

“Di luar itu, ada sekitar dua peminat lainnya yang sudah menyampaikan niat mengajukan proposal secara lisan,” ujarnya, Jumat (11/5).

Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Wilayah Kerja Migas yang Berakhir Kotrak Kerja Sama-nya memang membuka peluang bagi siapapun untuk mengajukan permohonan pengelolaan blok migas, dari operator yang sudah ada maupun Pertamina.

Inti dari Peraturan Menteri itu menegaskan bahwa pemerintah akan menunjuk operator pengelola blok terminasi yang memiliki program dan komitmen pasti paling bagus, terutama untuk mendorong tambahan cadangan dan produksi migas Indonesia. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengemukakan bahwa perseroan memang sudah berkomitmen untuk mengajukan permohonan pengelolaan pada blok migas terminasi yang memiliki kapasitas besar.

“Nah, kalau melihat apakah proposal kami bisa menandingi proposal. operator eksis [Chevron] apa tidak, lihat nanti saja,” ujarnya.

Sebelumnya, Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit Chuck Taylor juga mengungkapkan bahwa Blok Rokan memang masih memiliki tingkat materialistis yang cukup menarik.

“Selain Blok Rokan, beberapa proyek migas laut dalam di Indonesia juga memiliki nilai materialistis yang menarik,” ujarnya.

Djoko menjelaskan bahwa Pertamina maupun calon operator lainnya memiliki hak pengajuan yang sama. Nanti, kalau pengajuan operator yang sudah ada kurang menarik, pihaknya akan menawarkan ke Pertamina.

“Lalu, kalau belum juga menemukan penawaran yang menarik, kami bisa lakukan lewat skema lelang,” jelasnya.

Selain Blok Rokan, ada sekitar empat blok migas yang akan terminasi sampai 2026 yang memiliki rata-rata produksi di atas 10.000 barel per hari. Keempat blok itu bisa saja menjadi incaran Pertamina yang mengaku mengincar blok terminasi berkapasitas besar. 

     Keempat blok migas terminasi yang memiliki kapasitas besar itu ialah Coastal Plains & Pekan baru terminasi pada 2022 yang dikelola Pertamina dan memiliki rata-rata produksi terakhir sekitar 13.000 barel per hari, Blok Corridor terminasi pada 2023 yang dikelola oleh Conocophilips Grissik Ltd. dan memiliki produksi sekitar 13.700 barel per hari. 

    Lalu, ada Blok Rimau terminasi pada 2023 yang dikelola oleh PT Medco E&P Indonesia dan memiliki rata-rata produksi sekitar 11.000 barel per hari. Terakhir, Blok Jabung terminasi pada 2023 yang dikelola oleh PetroChina dan memiliki produksi sekitar 15.000 barel per hari.

KONTRIBUSI PRODUKSI

Sementara itu, Pertamina pun mencatatkan kontribusi produk migas secara nasional menjadi 36% dibandingkan dengan sebelumnya sebesar 20%. Kenaikan itu didorong oleh penugasan perusahaan milik pemerintah itu pada beberapa blok migas dari Offshore North West Jawa (ONWJ), Blok Mahakam, delapan blok terminasi 2018, dan dua blok terminasi 2019.

Pelaksana tugas Direktur Utama Pt Pertamina Nicke Widyawati menuturkan bahwa dengan naiknya rasio kontribusi produksi nasional sebesar 36%, berarti produksi migas perseroan ke depan akan sekitar 600.000 barel ekuivalen minyak per hari.

“Hitungan kasar itu diambil kalau melihat sebelumnya produksi kami sekitar 300.000 barel ekuivalen minyak per hari,” kata Nicke

Bila melihat target produksi migas SKK Migas pada 2018 sebesar 2,17 juta barel ekuivalen minyak per hari, berarti kontribusi produksi migas nasional dari Pertamina sebesar 36% bisa setara dengan 781.560 barel ekuivalen minyak per hari.

Selain itu, Nicke mengungkapkan bahwa Pertamina pun punya potensi pendapatan dari pengelolaan delapan blok migas terminasi 2018 dan dua blok terminasi 2019 selama kontrak 20 tahun senilai US$24 miliar. Nilai itu setara US$1,20 miliar per tahun akan didapatkan Pertamina dari pengelolaan 10 blok tersebut.

Terbaru akhir pekan lalu, Pertamina ditunjuk sebagai pengelola dua blok migas terminasi 2019 yakni Jambi Merang dan Pendopo & Raja selama 20 tahun ke depan. Nicke mengatakan bahwa Pertamina hanya mengajukan untuk dua blok dari total empat blok terminasi karena melihat potensi cadangan dan produksi pada dua wilayah tersebut.

Bisnis Indonesia, Page-30, Monday, May 14, 2018

Pertamina Delays Iran Oil and Gas Blocks Contract



PT Pertamina (Persero) was forced to postpone the signing of a contract for the management of one of the oil and gas blocks in Iran, the Mansouri Block this month. This followed the imposition of sanctions against Iran by the United States.

"If there are sanctions from the United States or any other country or UN, then we can not continue in Iran," said Pertamina Upstream Director Syamsu Alam in Jakarta.

He explained that this is one condition precedent proposed by Pertamina to the Iranian Government when making an agreement for the management of oil and gas blocks in the country. Under current conditions, Pertamina will postpone the plan to have the Mansouri Block in Iran. Because the existence of these sanctions pose a risk to the company.

"Because there is a financial risk. Pertamina uses some financing from US or from everywhere through global bond, "said Alam.

However, it does not yet know the next step about the planned import of liquefied petroleum gas (LPG) from Iran after the sanctions. Previously, Pertamina plans to sign the Mansouri Block management contract with Iran this month. In fact, the company is ready to spend investment funds up to US $ 1.5 billion in this block. This investment is to increase Mansouri Block production from 62 thousand barrels per day (bpd) to 250-300 thousand bpd within five years after Pertamina's managed block.

Not only that, in accordance with the provisions of the Iranian side, Pertamina has also established a local partner who will be engaged in working on the block and holds a 20% ownership interest. Pertamina has also started to select two candidates of international oil and gas companies that will be invited to work together.

The ownership of Mansouri Block will increase Pertamina's oil and gas production. Assuming the ownership interest of 40-50%, when the production reaches 250-300 thousand bpd, the company gets additional oil production up to 120 thousand bpd. Thus, the percentage of Pertamina's overseas production contribution over total oil production will rise significantly.

Previously, Pertamina said it would rely on oil and gas production from its overseas assets in the future, with a contribution target of 33 percent of the total production of 2025 or equivalent to 650 thousand barrels of oil equivalent per day / boepd. Acquisitions abroad are needed to minimize the difference in domestic demand and supply of oil and gas in the future.

Currently, Pertamina has dropped oil and gas in some other countries. In Algeria, Indonesia's state-owned oil and gas company controls 65% stake in MLN field from 16.9% in EMK Field. In lrak, the company owns shares in West Qurna Field 1. While in Malaysia, the company holds equity interest in Block K, Kikeh Block, SN30 Block Block SK309 and Block SK311. Most recently, Pertamina controls 72.65% shares of French oil and gas company, Maurel & Prom.


Maurel & Prom has oil and gas assets scattered in Gabon, Nigeria, Tanzania, Namibia, Colombia, Canada, Myanmar, Italy, and other countries. However, the main assets that have been produced are in Gabon, Nigeria and Tanzania.

IN INDONESIA

Pertamina Tunda Kontrak Blok Migas oli Iran


PT Pertamina (Persero) terpaksa menunda penandatanganan kontrak pengelolaan salah satu blok migas di Iran, yakni Blok Mansouri, pada bulan ini. Hal ini menyusul dijatuhkannya sanksi terhadap Iran oleh Amerika Serikat. 

“Kalau ada sanksi dari Amerika Serikat atau negara manapun atau PBB, maka kami tidak bisa lanjut di Iran ,” kata Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam di Jakarta.

Dia menjelaskan, hal ini merupakan salah satu condition precedent yang diajukan Pertamina kepada Pemerintah Iran ketika membuat kesepakatan untuk pengelolaan blok migas di negara tersebut. Dengan kondisi saat ini, maka Pertamina akan menunda rencana memiliki Blok Mansouri di Iran.

Pasalnya, adanya sanksi ini menimbulkan resiko bagi perseroan. 

“Karena ada resiko finansial. Pertamina mengunakan beberapa financing dari US atau dari mana-mana melalui global bond,” tutur Alam. 

Namun, pihaknya belum mengetahui langkah lanjutan soal rencana impor gas minyak cair (liquefied petroleum gas/LPG) dari Iran pasca adanya sanksi.
Sebelumnya, Pertamina berencana menanda tangani kontrak pengelolaan Blok Mansouri dengan Iran pada bulan ini. Bahkan, perseroan siap mengeluarkan dana investasi hingga US$ 1,5 miliar di blok ini. Investasi ini untuk meningkatkan produksi Blok Mansouri dari 62 ribu barel per hari (bph) menjadi 250-300 ribu bph dalam lima tahun setelah blok dikelola Pertamina. 

Tidak hanya itu, sesuai ketentuan dari pihak Iran, Pertamina juga telah menetapkan mitra lokal yang akan digandeng dalam menggarap blok tersebut dan memegang kepemilikan hak partisipasi 20%. Pertamina juga sudah mulai memilih dua calon perusahaan migas internasional yang akan diajak bekerja sama.

Kepemilikan Blok Mansouri akan menaikkan produksi migas Pertamina. Dengan asumsi kepemilikan hak partisipasi 40-50%, ketika produksi mencapai 250- 300 ribu bph, maka perseroan mendapat tambahan produksi minyak hingga 120 ribu bph. Sehingga, prosentase kontribusi produksi luar negeri Pertamina dibanding produksi minyak total akan naik signifikan. 

Sebelumnya, Pertamina menyatakan akan mengandalkan produksi migas dari aset-asetnya di luar negeri di masa mendatang, dengan target kontribusi mencapai 33% dari total produksi 2025 atau setara dengan 650 ribu barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/ boepd). Akuisisi di luar negeri diperlukan untuk memperkecil selisih kebutuhan dan pasokan migas domestik di masa mendatang.

Saat ini, Pertamina telah meblok migas di beberapa negara lain. Di Aljazair, perusahaan migas milik pemerintah Indonesia itu menguasai 65% saham di Lapangan MLN dari 16,9% di Lapangan EMK. Di lrak, perseroan memiliki saham di Lapangan West Qurna 1. Sementara di Malaysia, perseroan memegang kepemilikan saham di Blok K, Blok Kikeh, Blok SNR Blok SK309 dan Blok SK311. Yang terbaru, Pertamina menguasai 72,65% saham perusahaan migas Perancis, Maurel&Prom.

Maurel&Prom memiliki aset migas yang tersebar di Gabon, Nigeria, Tanzania, Namibia, Kolombia, Kanada, Myanmar, ltalia, dan negara lainnya. Namun, aset utamanya yang telah berproduksi yakni di Gabon, Nigeria, dan Tanzania.

Investor Daily, Page-9, Saturday, May 12, 2018

End of Year, Government Completes New Operator Determination



The end of the year, the Government will finalize the establishment of new operators for about 17 oil and gas blocks to be completed by 2020-2026. The government has just announced operators for four oil and gas blocks whose contract expires next year. As for the four blocks that expire next year, two blocks will be handed over to Pertamina and the rest will be continued by the new contractor.

Director General of Oil and Gas of the Ministry of Energy and Mineral Resources Djoko Siswanto said the government has determined that PT Pertamina Hulu Energi Jambi Merang will be the operator of Jambi Merang Block, Pertamina Hulu Energi Tempirai for Raja-Pendopo Block, Kalrez Petroleum (Seram ) Ltd for Bula Block, as well as CITIC CERAM Energy Limited for Non Bula Blocks.


Kalrez Petroleum (Seram ) Ltd

"Pertamina 100% (ownership of the right of participation) in Jambi Merang and Raja-Pendopo, Kalrez also, with all 10% for BUMD," he explained in press release in Jakarta.

The signing of the new production sharing contract (PSC) of the four oil and gas blocks is targeted by Djoko to be signed two weeks later. Of these four oil and gas blocks, the government received a signature bonus of US $ 20.29 million and a five year mandatory investment commitment of US $ 308.99 million. The four oil and gas blocks are extended for another 20 years.

"We ask Pertamina and other contractors to maintain, or even increase the oil and gas production of these four blocks," said Djoko.

Last year, Jambi Merang Block oil production was recorded at 3,700 barrels per day (bpd) and gas 80 million cubic feet per day / mmscfd, Raja-Pendopo 500 bph, Bula 300 bph and Seram Non Bula 1,700 bpd. Djoko Siswanto said, in accordance with Government Regulation no. 35 of 2004 Article 28, the existing contractor may apply for a contract extension not later than 10 years and no later than 2 years before the contract is completed. While the government must make a new manager's decision at least one year before the contract is terminated.

However, the government will attempt to immediately establish new operators of this terminating oil and gas block. Target for which (the contract is completed) 2020 is set in June, next being 2021 in July, 2022 in August, 2023 in September, 2024 in October, 2025 in November, and 2026 in December. So this year is over (new managing), "he said.

In determining the new operator the government will wait for the existing contractor to propose his interest. If the existing contractor is not interested, then the government will offer the block to PT Pertamina (Persero). But if Pertamina is not interested, the government will auction off the block.

Auction options are also considered to be used when too many companies are interested in working on the termination blocks, including the Rokan Block completed in 2021.

"The Rokan Block is hardest, a lot of devotees. If a lot of devotees, we are only auction which can provide benefits to the big government, "said Djoko.

Referring to data from the Ministry of Energy and Mineral Resources, there are 21 oil and gas blocks that will expire in 2019-2026, including four oil and gas blocks that expired in 2019 earlier. In 2020, Block J Block South Bl, Brantas, Salawati Bird's Head, Malacca Strait, Makassar Strait, and Onshore Salawati Basin will be completed by contract.

In 2021, the contracted block is the Bentu Segat Block, the Long Strait, and the Rokan Block which produces the largest oil in Indonesia. In 2022, following the Tarakan East Block, Coastal Plains and Pekan-baru, Bengkal and Sengkang will be completed by contract. Furthermore in 2023, Rimau Block, Jabung, and Corridor. The Corridor Block is one of the blocks with a large gas production in Indonesia which is worked on by Conoco Philips. In 2025, the Bangko Block will follow the completion of the contract.

Increase Production

With a total of 10 oil and gas blocks handed over to Pertamina, Djoko added that the state-owned oil and gas production will increase significantly.

"So Pertamina's production rose from 20% to 30-40% of national production. We expect Pertamina to maintain, even increase its production, "he said.


Nicke Widyawati

Acting President Director of Pertamina Nicke Widyawati details, per day, Pertamina contributes to 20% of national oil and gas production. With the addition of Mahakam Block and 8 oil and gas blocks submitted last month and two new blocks. then the company's production is projected to rise to 36% of the national production.

"This is a big jump because in the last two years it can be an additional that can double Pertamina's oil and gas production in the next 2-3 years," She said.
It is committed to continue to boost oil and gas production from the blocks it manages.

"We can also get a potential revenue of US $ 24 billion over the 20-year 10-block contract runs," adds Nicke.

Head of Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) Amien Sunaryadi added that Pertamina has budgeted US $ 214 million for exploration in Jambi Merang Block. It hopes Pertamina can find new oil and gas reserves in this region.

"Then according to Ministerial Regulation 35/2017, exploration funds can be used in open areas with joint study, by applying to the government," he said.

Related to the partnership in working on termination block, Nicke asserted that Pertamina always open. Working closely with other oil and gas companies is one strategy to mitigate risks in working on oil and gas blocks.

IN INDONESIA


Akhir Tahun, Pemerintah Rampungkan Penetapan Operator Baru  


Akhir tahun, Pemerintah akan merampungkan penetapan operator baru untuk sekitar 17 blok migas yang akan selesai kontraknya selama 2020-2026. Pemerintah baru saja mengumumkan operator bagi empat blok migas yang kontraknya berakhir pada tahun depan. Sementara untuk empat blok yang habis kontrak tahun depan, sebanyak dua blok diserahkan ke Pertamina dan sisanya dilanjutkan kontraktor baru. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, pemerintah menetapkan PT Pertamina Hulu Energi Jambi Merang akan kembali menjadi operator Blok Jambi Merang, PT Pertamina Hulu Energi Tempirai untuk Blok Raja-Pendopo, Kalrez Petroleum (Seram) Ltd untuk Blok Bula, serta CITIC Seram Energy Limited untuk Blok Seram Non Bula.

“Pertamina 100% (kepemilikan hak partisipasi-nya) di Jambi Merang dan Raja-Pendopo, Kalrez juga, dengan semuanya 10% bagi BUMD,” jelasnya dalam
keterangan pers di Jakarta.

Penandatangan kontrak kerja sama (production sharing contract/ PSC) baru keempat blok migas ini ditargetkan Djoko bisa ditanda tangani dua pekan berikutnya. Dari keempat blok migas ini, pemerintah memperoleh bonus tanda tangan sebesar US$ 20,29 juta dan komitmen pasti investasi lima tahun sebesar US$ 308,99 juta. Kontrak keempat blok migas ini diperpanjang selama 20 tahun ke depan.

“Kami meminta agar Pertamina dan kontraktor lainnya untuk mempertahankan, atau bahkan menaikkan produksi migas keempat blok ini,” tutur Djoko.

Pada tahun lalu, produksi minyak Blok Jambi Merang tercatat sebesar 3.700 barel per hari (bph) dan gas 80 juta kaki kubik per hari/mmscfd, Raja-Pendopo 500 bph, Bula 300 bph, dan Seram Non Bula 1.700 bph. Djoko Siswanto mengatakan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 Pasal 28, kontraktor eksisting dapat mengajukan perpanjangan kontrak paling cepat 10 tahun dan paling lambat 2 tahun sebelum kontrak selesai. Sementara pemerintah harus membuat keputusan pengelola baru paling lambat satu tahun sebelum kontrak diterminasi.

Namun pemerintah akan berupaya secepatnya menetapkan operator baru dari blok migas terminasi ini. Targetkan untuk yang (kontraknya selesai) 2020 ditetapkan pada Juni nanti, berikutnya yang 2021 di Juli, 2022 di Agustus, 2023 di September, 2024 di Oktober, 2025 di November, dan 2026 di Desember. Jadi tahun ini selesai (penetapan pengelola baru),” kata dia.

Dalam menentukan operator baru pemerintah akan menunggu kontraktor eksisting untuk mengajukan minatnya. Jika kontraktor eksisting tidak berminat, maka pemerintah akan menawarkan blok tersebut kepada PT Pertamina (Persero). Namun jika Pertamina tidak berminat juga, pemerintah akan melelang blok tersebut.

Opsi lelang juga dipertimbangkan untuk dipakai ketika terlalu banyak perusahaan yang berminat menggarap blok-blok terminasi itu, termasuk Blok Rokan yang selesai di 2021. 

“Blok Rokan paling berat, banyak peminatnya. Kalau banyak peminatnya, kami lelang saja mana yang bisa memberikan benefit kepada pemerintah yang besar,” kata Djoko.

Mengacu pada data Kementerian ESDM, terdapat 21 blok migas yang akan berakhir pada 2019-2026, termasuk empat blok migas yang habis pada 2019 tadi. Pada 2020, Blok South Jambi Block B, Brantas, Salawati Kepala Burung, Malacca Strait, Makassar Strait, serta Onshore Salawati Basin akan rampung kontraknya.

Pada 2021, blok yang terminasi kontraknya adalah Blok Bentu Segat, Selat Panjang, dan Blok Rokan yang menghasilkan minyak terbesar di Indonesia. Pada 2022, menyusul Blok Tarakan East, Coastal Plains and Pekan-baru, Bengkal serta Sengkang bakal rampung kontraknya. Selanjutnya di 2023, Blok Rimau, Jabung, dan Koridor. Blok Koridor merupakan salah satu blok dengan produksi gas cukup besar di Indonesia yang digarap Conoco Philips. Di 2025, Blok Bangko akan menyusul rampung kontraknya.

Tingkatkan Produksi

Dengan total 10 blok migas diserahkan kepada Pertamina, Djoko menambahkan, produksi migas BUMN ini akan naik signifikan. 

“Jadi produksi Pertamina naik dari 20% menjadi 30-40% terhadap produksi nasional. Kami berharap Pertamina mempertahankan, bahkan meningkatkan produksinya,” ujarnya.

Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati merinci, per hari ini, Pertamina berkontribusi terhadap 20% produksi migas nasional. Dengan tambahan Blok Mahakam dan 8 blok migas yang bulan lalu diserahkan dan dua blok baru ini. maka produksi perseroan diproyeksikan akan naik menjadi 36% dari produksi nasional.

“Ini lompatan besar karena dalam dua tahun terakhir dapat tambahan yang dapat menggandakan produksi migas Pertamina dalam 2-3 tahun ke depan,” tutur dia. 
Pihaknya berkomitmen terus menggenjot produksi migas dari blok yang dikelolanya. 

“Kami juga bisa mendapatkan potensi pendapatan senilai US$ 24 miliar selama 20 tahun kontrak 10 blok itu berjalan," tambah Nicke. 

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menambahkan, Pertamina telah menganggarkan dana US$ 214 juta untuk eksplorasi di Blok Jambi Merang. Pihaknya berharap Pertamina bisa menemukan cadangan migas baru di wilayah ini. 

“Kemudian sesuai Peraturan Menteri 35/ 2017, dana eksplorasi bisa dipakai di daerah open dengan joint study, dengan mengajukan ke pemerintah,” ujarnya.

Terkait kemitraan dalam menggarap blok terminasi, Nicke menegaskan bahwa Pertamina selalu terbuka. Bekerja sama dengan perusahaan migas lain merupakan salah satu strategi untuk memitigasi resiko dalam menggarap blok migas.

Investor Daily, Page-9, Saturday, May 12, 2018

Petronas Oil Production Year 2020 Reaches 20,000 Bpd



Petroliam Nasional Berhad (Petronas), which operates in May 2015 in the Ketapang working area (WK), remains committed to increasing oil and gas production. One of the oil production in Bukit Tua Field is increased to 20,000 barrels per day (bpd) from current production about 17,000 bpd. Senior Manager of Corporate Affairs & Administration Petronas Carigali Muria Ltd. Andiono Setiawan said oil production continues to be upgraded as progress is targeted to 20 thousand bpd. While the volume of gas produced reached 37 mmscfd or 46 MMBTU.

"The prediction of peak oil production in Bukit Tua reaches 20,000 bph, in the next two years. We will continue to spur production to the peak in 2020. While gas production is only follow-up, "said Andiono Setiawan on media gathering.

According to Andiono, gas produced from Bukit Tua field which reaches 37 mmscfd will be channeled to PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). The goal is to support electricity supply in East Java (East Java) through Petrogas Jatim Utama (PJU). PJU is a Regional Owned Enterprise (BUMD) of East Java Provincial Government (Pemprov). 

     He said the oil and gas field of Bukit Tua WK Ketapang located on the North Coast of Madura Island East Java is a testament to the commitment of Petronas, a Malaysian oil and gas company to invest in upstream oil and gas sector in Indonesia. WK Ketapang was officially signed as a PSC (Production Sharing Contract) contract with the Government of the Republic of Indonesia through the Special Unit for Upstream Oil and Gas Business Unit (SKK Migas) on June 11, 1998.

Since taking control of WK Ketapang, after taking over ConocoPhillips shares, on December 1, 2000 to July 25, 2008, Petronas operations showed very positive performance. There are at least five structures or wells have been drilled in this WK namely Bukit Tua Selatan, Jenggolo, Bukit Panjang, Payang, and Teram. To generate gas production, Petronas builds a 110km-long basin pipeline from Onshore Receiving Facilities (ORF), with a capacity of 70 million standard cubic feet per day (mmsfd), located in Maspion Industrial Area (KIM), Kecamatan Manyar , Gresik.

As a Cooperation Contract Contractor (KKS Contractor), Petronas is also complied with the Corporate Social Responsibility (CSR / CSR) rules. Petronas took the Trunojoyo Madura University (UTM) to identify the social map of the communities in the three districts where Petronas operated in Ketapang District of Gresik, Bangkalan and Sampang. TJS / CSR program conducted reached 13 districts with 29 villages. Based on the data obtained, many unskilled unemployed, drop out, minimal access to health, no access to clean water, flooding during the rainy season, and minimal fishermen support.

Under such conditions, Petronas designed a sustainable program through an entrepreneurship training program for young people called the Knight Program since 2015. This program is also accompanied by the Srikandi program in the form of women empowerment training through entrepreneurship this year. While the operational program TJS / CSR since 2014 is to provide health services through Integrated Service Post (Posyandu).

IN INDONESIA

Produksi Minyak Petronas Tahun 2020 Capai 20.000 Bph


Petroliam Nasional Berhad (Petronas) yang beroperasi Mei 2015 di wilayah kerja (WK) Ketapang hingga kini, tetap berkomitmen untuk meningkatkan produksi minyak dan gas. Salah satunya produksi minyak di Lapangan Bukit Tua ditingkatkan hingga 20.000 barel per hari (bph) dari produksi saat ini yang masih sekitar 17.000 bph. Senior Manager Corporate Affairs & Administration Petronas Carigali Muria Ltd. Andiono Setiawan mengatakan produksi minyak terus ditingkatkan sesuai progress yang sudah ditargetkan hingga 20 ribu bph. Sedangkan volume gas yang dihasilkan mencapai 37 mmscfd atau 46 MMBTU.

“Prediksi puncak produksi minyak di Bukit Tua mencapai 20.000 bph, dalam dua tahun ke depan. Kami akan terus memacu produksi hingga puncak pada 2020. Sedangkan produksi gas hanya ikutan,” kata Andiono Setiawan pada media gathering. 

Menurut Andiono, gas yang diproduksikan dari Lapangan Bukit Tua yang mencapai 37 mmscfd akan dialirkan ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tujuannya mendukung penyediaan listrik di Wilayah Jawa Timur (Jatim) melalui Petrogas Jatim Utama (PJU). PJU adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim. 

     Dia mengatakan, lapangan migas Bukit Tua WK Ketapang yang berada di Pantai Utara Pulau Madura Jatim menjadi bukti komitmen Petronas, perusahaan migas yang berasal dari Malaysia berinvestasi di sektor hulu migas di Indonesia. WK Ketapang resmi ditandatangani sebagai kontrak PSC (Production Sharing Contract) dengan Pemerintah Republik Indonesia melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), pada 11 Juni 1998.

Sejak menguasai WK Ketapang, setelah mengambil alih saham ConocoPhillips, pada 1 Desember 2000 hingga 25 Juli 2008, kegiatan operasi Petronas menunjukkan kinerja yang sangat positif. Setidaknya ada lima struktur atau sumur telah dibor di WK ini yaitu Bukit Tua Selatan, Jenggolo, Bukit Panjang, Payang, dan Teram. Untuk mengalirkan produksi gas, Petronas membangun pipa dasar Iaut sepanjang 110 km dari fasilitas penerimaan darat atau Onshore Receiving Facilities (ORF), dengan kapasitas 70 million standard cubic feet per day (mmsfd), yang terletak di Kawasan Industri Maspion (KIM), Kecamatan Manyar, Gresik.

Sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS), Petronas juga comply dengan aturan Tanggung Jawab Sosial (TJS/CSR) perusahaan. Petronas menggandeng Universitas Trunojoyo Madura (UTM) untuk mengidentifikasi peta sosial komunitas di tiga kabupaten yang menjadi tempat beroperasinya Petronas diWK Ketapang yaitu Kabupaten Gresik, Bangkalan, dan Sampang. Program TJS/CSR yang dilakukan mencapai 13 kecamatan dengan 29 desa. Berdasarkan data yang diperoleh, banyak pengangguran yang tidak memiliki keterampilan, putus sekolah, akses kesehatan yang minim, tidak ada akses air bersih, banjir saat musim hujan, dan dukungan nelayan yang minim. 

Dengan kondisi seperti itu, Petronas merancang program yang berkelanjutan melalui program pelatihan kewirausahaan bagi anak muda yang disebut Program Ksatria sejak 2015. Program ini juga diiringi dengan program Srikandi dalam bentuk pelatihan pemberdayaan perempuan melalui wirausaha pada tahun ini. Sementara program operasional TJS/CSR sejak 2014 adalah memberikan layanan kesehatan melalui Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).

Memorandum , Page-10, Saturday, May 12, 2018

Oil and Gas Production Up 40 Percent



PT Pertamina (Persero) officially get additional management of two oil and gas blocks whose term of contract termination (termination) in 2019. Two blocks of oil and gas is believed to boost oil and gas production next year. Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) Djoko Siswanto said, with the addition of Working Area (WK / WA), Pertamina's total oil and gas production nationally rose from 20 percent to 39-40 percent.

"We hope Pertamina can maintain the production," he said at the Ministry of Energy and Mineral Resources.

This figure makes Pertamina's share in national oil and gas production able to surpass Petronas. Production of Malaysia's national oil and gas company only reached 33 percent. Four blocks of oil and gas termination in 2019 are Jambi Merang Working Area, Working Area of ​​Raja / Pendopo, Non-Bitter Seram Work Area, and Bula Working Area. 

    Among the 4 Working Areas, Jambi Merang is the most potential. The level of oil production is greatest, reaching 3,706 barrels per day (bpd) at 20 17. Oil production of three other Working Areas is less than 2,000 bpd.

Kalrez Petroleum (Seram) Ltd

Pertamina only takes two termination areas in full (100 percent) through its affiliated companies, namely Jambi Merang Working Area and Working Area of ​​Raja / Pendopo. While the other 2 Work Areas, namely Non-Bula Seram and Bula, are determined to be managed by existing contractors. Each of CITIC Seram Energy Limited and Kalrez Petroleum (Seram) Ltd. 

     Therefore, Pertamina does not apply for management for the two Work Areas. The contract period for the four Work Areas is 20 years with a gross split sharing scheme.

With the addition of the four Working Areas, the oil and gas block contract with the gross split scheme becomes 20. The total signature bonus to be received by the government amounts to USD 20,298,000 or equivalent to Rp 285. The estimated total investment commitment of a five year definite work of USD 308,992,000 or Rp 4.3 trillion. 

      Nicke Widyawati, President Director of PT Pertamina Tbk Nicke Widyawati, said that the additional production of oil and gas blocks can be significant in the next 2-3 years.

Nicke Widyawati

"We need to realize, indeed Pertamina production needs to be more aggressive again," said Nicke.
Nevertheless, it only chose to manage oil and gas blocks with a large capacity. Therefore, Pertamina can not only spend upstream investment funds. It still has to invest in midstream (intermediary industry) and downstream (downstream). For Jambi Merang Working Area, in 2019 Pertamina intends to pour funds of USD 2 14 million, including for exploration to get discovery of oil and gas. According to Upstream Director of PT Pertamina (Persero) Syamsu Alam, for gas, reservoir capacity could be increased to 120 mmscfd.

"However, the problem is, the buyers do not exist yet, and there is potential for LPG as well because there are fractions" he said.

IN INDONESIA

Produksi Migas Naik Jadi 40 Persen


PT Pertamina (Persero) resmi mendapat tambahan pengelolaan dua blok migas yang masa kontraknya habis (terminasi) pada 2019. Dua blok migas tersebut diyakini akan mendongkrak produksi migas perseroan tahun depan. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, dengan tambahan Wilayah Kerja (WK/WA) tersebut, total produksi migas Pertamina secara nasional naik dari 20 persen menjadi 39-40 persen.

"Kami berharap Pertamina bisa mempertahankan produksi itu,” ujarnya di Kementerian ESDM.

Angka tersebut membuat bagian Pertamina dalam produksi migas nasional mampu mengungguli Petronas. Produksi perusahaan migas nasional milik Malaysia itu hanya mencapai 33 persen, Empat blok migas terminasi pada 2019 tersebut adalah Wilayah Kerja Jambi Merang, Wilayah Kerja Raja/Pendopo, Wilayah Kerja Seram Non-Bula, dan Wilayah Kerja Bula. 

    Di antara 4 Wilayah Kerja tersebut, Jambi Merang paling potensial. Tingkat produksi minyaknya paling besar, yakni mencapai 3.706 barel per hari (bph) pada 20 17. Produksi minyak tiga Wilayah Kerja lain kurang dari 2.000 bph.

Pertamina hanya mengambil dua Wilayah Kerja terminasi secara penuh (100 persen) melalui perusahaan afiliasinya, yaitu Wilayah Kerja Jambi Merang dan Wilayah Kerja Raja/ Pendopo. Sedangkan 2 Wilayah Kerja lain, yaitu Seram Non-Bula dan Bula, ditetapkan dikelola kontraktor kerja existing. 

    Masing-masing CITIC Seram Energy Limited dan Kalrez Petroleum (Seram) Ltd. Sebab, Pertamina memang tidak mengajukan permohonan pengelolaan untuk dua Wilayah Kerja tersebut. Jangka waktu kontrak untuk empat Wilayah Kerja itu adalah 20 tahun dengan skema bagi hasil migas (gross split).

Dengan tambahan empat Wilayah Kerja itu, kontrak blok migas dengan skema gross split menjadi 20. Total bonus tanda tangan (signature bonus) yang akan diterima pemerintah sebesar USD 20,298,000 atau setara Rp 285. Perkiraan total investasi komitmen kerja pasti lima tahun sebesar USD 308.992.000 atau Rp 4,3 Triliun. 

     Pelaksana tugas Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Tbk Nicke Widyawati mengatakan, tambahan produksi dari blok-blok migas tersebut dapat terasa signifikan dalam kurun waktu 2-3 tahun ke depan.

"Kami perlu sadari, memang produksi Pertamina perlu lebih agresif lagi,” ucap Nicke.

Meski demikian, pihaknya hanya memilih untuk mengelola blok migas dengan kapasitas yang besar. Sebab, Pertamina tidak bisa hanya menghabiskan dana investasi di hulu. Pihaknya masih harus berinvestasi di midstream (industri perantara) maupun downstream (hilir). 

     Untuk Wilayah Kerja Jambi Merang, pada 2019 Pertamina berniat menggelontorkan dana USD 2 14 juta, termasuk buat eksplorasi agar bisa mendapatkan discovery migas. Menurut Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Syamsu Alam, untuk gas, reservoir capacity bisa ditingkatkan menjadi 120 mmscfd.

"Tetapi, problemnya, pembelinya belum ada. Dan, ini ada potensi untuk LPG juga karena ada fraksi-fraksi" katanya.

Jawa Pos, Page-6, Saturday, May 12, 2018

Thursday, May 17, 2018

Contractor Existing Interest Continue Management of Oil and Gas Blocks Termination



The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) notes that the existing contractors are still interested in managing four oil and gas blocks that have finished their contracts in 2019. Determination of the four terminations block managers has been done on Friday (May 11)

Director General of Oil and Gas at the Ministry of Energy and Mineral Resources, Djoko Siswanto, said that some of the existing contractors are interested to remain involved in the management of four oil and gas blocks, namely Jambi Merang, Bula, Seram Non Bula, and Pendopo and Raja. Currently, several oil and gas companies are involved in the management of one oil and gas block.

"Before I came to Japan, Kalrez had proposed that Pertamina had proposed for Pendopo-Raja and Jambi Merang, as well as contractors of Ceram Non Bula as well," he said in Jakarta.
   


Currently, Pendopo and Raja is managed by Joint Operating Body (JOB) of Pertamina Golden Spike Energy Indonesia, where PT Golden Spike and PT Pertamina Hulu Energi Raja Tempirai hold 50% participation rights. Furthermore, Bula Block is currently managed by Kalrez Petroleum (Seram) Ltd with 100% ownership interest.


Next, the Seram Non Bula Block is operated by CITIC Seram Energy Limit with ownership interest of 51% with KUFPEC partners 30%, Gulf Petroleum 16.5% and Lion Energy 2.5%. Finally, Jambi Merang Block is operated by JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang where Pertamina holds 50% participation rights, Talisman 25%, and Pacific Oil and Gas Indonesia 25%.


According to him, the government is still discussing the determination of the managers of four blocks of oil and gas termination, including the amount of signature bonus and investment commitment tonight. After the technical discussions are completed and all parties agree, the plan of the management of this manager has been announced on Friday (May 115)

"Once completed, after the technical completion and Vice Minister of EMR Arcandra Tahar and Minister of Energy and Mineral Resources Ignatius Jonan said okay, Friday held a press conference," said Djoko. Earlier, Director of Upstream Oil and Gas Upstream Business Development of the Ministry of Energy and Mineral Resources, Ediar Usman, said that the existing contractors must apply for the continuation of oil and gas blocks management before the government makes a decision.

"Later SKK Migas call (existing contractor), able not (to meet the terms and conditions). If you can not afford it, leave it alone, "he explained.

Previously, the government issued Regulation of the Minister of Energy and Mineral Resources No. 23 of 2018 on the management of oil and gas working areas that ended his contract. In this beleid, the order of terminating oil and gas blocks management is the extension of PSC by the contractor, the management by Pertamina, then the joint management between the contractor and Pertamina.

Arcandra once revealed that Ministerial Regulation 23/2018 is intended to keep the oil and gas production from terminating oil and gas blocks not falling towards the end of the contract. This Ministerial Regulation is expected to provide investment certainty for oil and gas companies. The contract form for the new contract will still use the gross split scheme.
Referring to data from the Ministry of Energy and Mineral Resources, there are 21 oil and gas blocks that will expire in 2019-2026, including four oil and gas blocks that expired in 2019 earlier. In 2020, Block J Block South Bl, Brantas, Salawati Bird's Head, Malacca Strait, Makassar Strait, and Onshore Salawati Basin will be completed by contract. 

      In 2021, the contracted block is the Bentu Segat Block, the Long Strait, and the Rokan-Block which produces the largest oil in Indonesia. In 2022, following the Tarakan East Block, Coastal Plains and Pekanbaru, Bengkal, and Sengkang will be completed by contract.



Furthermore in 2023, Rimau Block, Jabung, and Corridor. The Corridor Block is one of the largest blocks of gas production in Indonesia by Conoco Philips. In 2025, the Bangko Block will be upon completion of its contract.

IN INDONESIA

Kontraktor Eksisting Berminat Lanjutkan Pengelolaan Blok Migas Terminasi


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat kontraktor eksisting masih berminat mengelola empat blok migas yang selesai kontraknya pada 2019. Penetapan pengelola empat blok terminasi ini sudah dilakukan Jumat (11 Mei) 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto menuturkan, sebagian kontraktor eksisting berminat tetap terlibat dalam pengelolaan empat blok migas terminasi, yakni Blok Jambi Merang, Bula, Seram Non Bula, serta Pendopo dan Raja. Saat ini, beberapa perusahaan migas terlibat dalam pengelolaan satu blok migas.

“Sebelum saya ke Jepang, Kalrez sudah mengajukan, Pertamina sudah mengajukan untuk Pendopo-Raja dan Jambi Merang, serta kontraktor Seram Non Bula juga sudah,” kata dia di Jakarta.

Saat ini, Blok Pendopo dan Raja dikelola oleh Joint Operating Body (JOB) Pertamina Golden Spike Energy Indonesia, di mana PT Golden Spike dan PT Pertamina Hulu Energi Raja Tempirai memegang hak partisipasi 50%. Selanjutnya, Blok Bula saat ini masih dikelola Kalrez Petroleum (Seram) Ltd dengan kepemilikan saham partisipasi 100%.

Berikutnya, Blok Seram Non Bula dioperatori CITIC Seram Energy Limit dengan kepemilikan hak partisipasi 51% bersama mitra KUFPEC 30%, Gulf Petroleum 16,5%, dan Lion Energy 2,5%. Terakhir, Blok Jambi Merang dioperatori oleh JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang di mana Pertamina memegang hak partisipasi 50%, Talisman 25%, dan Pacific Oil and Gas Indonesia 25%. 

Menurut dia, pemerintah masih membahas soal penetapan pengelola empat blok migas terminasi ini, termasuk besaran bonus tanda tangan dan komitmen investasi pada malam ini. Setelah pembahasan teknis selesai dan semua pihak sepakat, rencananya penetapan pengelola ini sudah diumumkan pada Jumat (115 Mei)

“Begitu selesai, setelah teknis selesai dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar serta Menteri ESDM Ignasius Jonan bilang oke, Jumat diadakan press conference,” tutur Djoko. Sebelumnya, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Ediar Usman mengungkapkan, kontraktor eksisting harus mengajukan permohonan kelanjutan pengelolaan blok migas sebelum pemerintah membuat keputusan.

“Nanti SKK Migas panggil (kontraktor eksisting), sanggup tidak (memenuhi terms and condition). Kalau tidak sanggup, biarkan saja,” jelas dia.

Sebelumnya, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No 23 Tahun 2018 tentang pengelolaan wilayah kerja migas yang berakhir kontraknya. Dalam beleid ini, urutan pengelolaan blok migas terminasi yakni perpanjangan PSC oleh kontraktor, pengelolaan oleh Pertamina, kemudian pengelolaan bersama antara kontraktor dan Pertamina. 

Arcandra pernah mengungkapkan, Peraturan Menteri 23/2018 dimaksudkan untuk menjaga agar produksi migas dari blok migas terminasi tidak turun menjelang kontrak berakhir. Peraturan Menteri ini diharapkan memberikan kepastian investasi bagi perusahaan migas. Bentuk kontrak untuk kontrak baru nantinya tetap menggunakan skema bagi hasil kotor (gross split).

Mengacu pada data Kementerian ESDM, terdapat 21 blok migas yang akan berakhir pada 2019-2026, termasuk empat blok migas yang habis pada 2019 tadi. Pada 2020, Blok South Jambi Block B, Brantas, Salawati Kepala Burung, Malacca Strait, Makassar Strait, serta Onshore Salawati Basin akan rampung kontraknya. 

     Pada 2021, blok yang terminasi kontraknya adalah Blok Bentu Segat, Selat Panjang, dan-Blok Rokan yang menghasilkan minyak terbesar di Indonesia. Pada 2022, menyusul Blok Tarakan East, Coastal Plains and Pekanbaru, Bengkal, serta Sengkang bakal rampung kontraknya.

Selanjutnya di 2023, Blok Rimau, Jabung, dan Koridor. Blok Koridor merupakan salah satu blok dengan produksi gas sangat besar di Indonesia yang dikerjakan Conoco Philips. Di 2025, Blok Bangko akan setelah selesai kontrak-nya.

Investor Daily, Page-9, Friday, May 11, 2018