google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 All Posts - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Wednesday, January 15, 2020

Need Large Investment Reaches 1 Million BPH Oil Production



The Indonesian Petroleum Association (IPA) states that it requires a very large investment to pursue the national oil production target of 1 million barrels per day (BPD) by 2030. The government's plan to provide flexibility in oil and gas contract schemes is a positive step to increase national upstream oil and gas investment.

IPA President Louise McKenzie said the oil production target of 1 million BPD would be quite severe if it only relied on existing oil and gas blocks. To pursue this target, new oil and gas projects are needed, even new oil and gas reserve findings. The reason is that additional oil production is needed that can also cover the decline in production from oil and gas blocks that are already operating.

"That will require quite a large investment," he said.

He admitted, the government had made various efforts to pursue these targets. Some projects have been decided on by the government. In addition, the government and the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) have offered several potential basins to be explored.

"Many basic steps have been taken to create an investment climate, with the right contract scheme," McKenzie said.

The existence of the government's plan provides flexibility for oil and gas companies to choose a production sharing contract (PSC) scheme, according to McKenzie as a positive step. This is because each oil and gas project has different risks and results.

"This is something we have suggested, this flexibility is a step in the right direction. But we need to understand further what this [flexibility] means, "he said.

According to McKenzie, further discussion with the government regarding the flexibility of the contract is needed. An attractive investment climate is not automatically formed, a PSC is needed to realize this which also takes time to form. This is related to building a good foundation for investors.

"IPA is waiting for an opportunity to learn more about the plans of the Minister [Minister of Energy and Mineral Resources] on this matter. But this decision on contract flexibility has the potential to be a positive foundation for the oil and gas industry, "he explained.

Previously, Minister of Energy and Mineral Resources (ESDM) Arifin Tasrif said, his party had held a dialogue with investors in the oil and gas sector. He asked PSC which scheme was more attractive to oil and gas companies than the two schemes implemented in Indonesia, namely gross split and cost recovery. From this dialogue, he continued, the government opened options where oil and gas companies could negotiate the PSC scheme to be signed.

"The flexibility option is there. I say, if a gross split, people are happy for sure. If they are high risk, they prefer PSC cost recovery, "he said.

Based on data from the Ministry of Energy and Mineral Resources, the realization of upstream oil and gas investment has continued to decline since 2014, which once reached the US $ 20.38 billion. After that, the realization of upstream oil and gas investment was cut to the US $ 15.24 billion in 2015, US $ 11.56 billion in 2016, and reached a low of US $ 10.26 billion in 2017. In 2018, the realization of oil and gas investment rose slightly to the US $ 11.99 billion. While this year's investment projections are around the US $ 12 billion. In accordance with the national oil, lifting had reached 861 thousand BPD in 2012.

However, the realization of this oil lifting continued to fall to 779 thousand BPD in 2015. Oil lifting increased slightly in 2016 to 829 thousand BPD. After that, the realization of oil lifting continues to fall to 804 thousand BPD in 2017 and 778 thousand BPD in 2018. Until the end of this year, oil production is projected to be 746.2 thousand BPD.

Production Optimization

On the other hand, McKenzie added that the national oil and gas industry faces the challenge of how to optimize and increase national oil and gas production. This has become the focus of joint cooperation contract contractors (KKKS) with SKK Migas. From a technical aspect, even KKKS has an exploration community that discusses the identification of new basins and how to encourage new exploration.

"We also discussed aspects of education, such as simplifying the rules and also related to funding and taxation. In most of these aspects, IPA is working with SKK Migas to support each other, "he said.

IPA Vice President Ronald Gunawan added that the simplification of licensing and regulations made by the previous government was a positive step. He hopes that this step will be continued by the new government.

"Hopefully it will get better," he said.

Because continued McKenzie, Indonesia's energy needs continue to increase along with economic growth. On the other hand, Indonesia's oil and gas production has decreased by about half in the last 15 years. IPA supports the government to produce more energy for Indonesia.

"IPA sees our role as a partner of the Government of Indonesia, to help find ways to make Indonesia's investment climate competitive globally and attract the investment needed," he stressed.

IPA has held the 48th Annual General Meeting which changes the Supervisory Board and Board of Directors which will be on duty in 2020. At present, the Supervisory Board is led by Kuntoro Mangkusubroto, who was a former Minister of Mines and Energy in the period 1998 to 1999 and served as Head of UKP4 (Presidential Work Unit for Development Supervision and Control) from 2009 to 2014.

Louise McKenzie 

While ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) President Director Louise McKenzie was elected as IPA President and was accompanied by 12 other oil and gas company leaders in Indonesia who are members of the IPA Board of Directors.

IN INDONESIA

Butuh Investasi Besar Capai Produksi Minyak 1 Juta BPH


Indonesian Petroleum Association (IPA) menyatakan membutuhkan investasi yang sangat besar untuk mengejar target produksi minyak nasional 1 juta barel per hari (bph) pada 2030. Adanya rencana pemerintah untuk memberikan fleksibilitas skema kontrak migas merupakan langkah positif untuk meningkatkan investasi hulu migas nasional.

Presiden IPA Louise McKenzie mengatakan, target produksi minyak 1 juta bph cukup berat diwujudkan jika hanya mengandalkan blok migas yang saat ini sudah ada. Untuk mengejar target tersebut, perlu adanya proyek migas baru, bahkan temuan cadangan migas baru. Pasalnya, diperlukan tambahan produksi minyak yang juga dapat menutup penurunan produksi dari blok migas yang sudah beroperasi.

“Itu akan membutuhkan investasi cukup besar,” kata dia.

Diakuinya, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengejar target tersebut. Beberapa proyek telah diputuskan pengerjaannya oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah menawarkan beberapa basin yang potensial untuk dieksplorasi.

“Banyak langkah-langkah mendasar yang mulai dijalankan sehingga menciptakan iklim investasi, dengan skema kontrak yang tepat,” ujar McKenzie.

Adanya rencana pemerintah memberikan fleksibilitas bagi perusahaan migas untuk memilih skema kontrak kerja sama (production sharing contract/PSC), dinilai McKenzie sebagai langkah positif. Hal ini lantaran setiap proyek migas memiliki resiko dan hasil yang berbeda-beda.

“Ini sesuatu yang telah kami sarankan, adanya fleksibilitas ini merupakan langkah menuju arah yang tepat. Tetapi kami perlu memahami lebih lanjut apa maksudnya [fleksibilitas] ini,” tuturnya.

Menurut McKenzie, butuh diskusi lebih lanjut dengan pemerintah terkait penjelasan fleksibilitas kontrak ini. Iklim investasi yang menarik tidak otomatis terbentuk, diperlukan adanya PSC untuk mewujudkan hal tersebut yang juga membutuhkan waktu dalam pembentukannya. Hal ini terkait dengan membangun pondasi yang baik bagi investor.

“IPA menunggu kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut rencana Menteri [Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral] tentang hal ini. Tetapi keputusan ini fleksibilitas kontrak memiliki potensi menjadi pondasi positif bagi industri migas,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menuturkan, pihaknya sudah melakukan dialog dengan para investor di sektor migas. Pihaknya menanyakan PSC skema mana yang lebih menarik bagi perusahaan migas dari dua skema yang diterapkan di Indonesia, yaitu gross split dan cost recovery. Dari dialog ini, lanjut dia, pemerintah membuka opsi di mana perusahaan migas bisa menegosiasikan skema PSC yang akan diteken. 

“Opsi fleksibilitas itu ada. Saya bilang, kalau gross split, orang senang yang sudah pasti. Kalau yang high risk, mereka lebih ke PSC cost recovery,” kata dia. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi investasi hulu migas terus turun sejak 2014 yang pernah mencapai US$ 20,38 miliar. Setelah itu, realisasi investasi hulu migas terpangkas menjadi US$ 15,24 miliar pada 2015, US$ 11,56 miliar pada 2016, dan mencapai titik terendah US$ 10,26 miliar pada 2017. Di 2018, realisasi investasi migas naik sedikit menjadi US$ 11,99 miliar. Sementara proyeksi investasi tahun ini sekitar US$ 12 miliar. Sesuai dengan lifting minyak nasional sempat mencapai 861 ribu bph pada 2012. 

Namun, realisasi lifting minyak ini terus turun menjadi 779 ribu bph pada 2015. Lifting minyak kembali naik sedikit pada 2016 menjadi 829 ribu bph. Setelah itu, realisasi lifting minyak terus turun menjadi 804 ribu bph pada 2017 dan 778 ribu bph pada 2018. Hingga akhir tahun ini, produksi minyak diproyeksikan sebesar 746,2 ribu bph. 
Optimasi Produksi 

Di sisi lain, McKenzie menambahkan industri migas nasional menghadapi tantangan bagaimana mengoptimasikan dan meningkatkan produksi migas nasional. Hal ini menjadi fokus bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dengan SKK migas. Dari aspek teknis, bahkan KKKS memiliki komunitas eksplorasi yang membahas identifikasi basin baru dan bagaimana mendorong eksplorasi baru.

“Kami juga membahas aspek regukasi, seperti penyedehanaan aturan dan juga terkait pendanaan dan perpajakan. Di sebagian besar aspek ini, IPA bekerja sama dengan SKK Migas untuk saling mendukung,” kata dia.

Wakil Presiden IPA Ronald Gunawan menambahkan, penyederhanaan perizinan dan peraturan yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya merupakan langkah positif. Pihaknya berharap langkah ini akan dilanjutkan oleh pemerintahan yang baru ini.

“Dengan harapkan akan semakin baik lagi,” ujarnya.

Pasalnya, lanjut McKenzie, kebutuhan energi Indonesia terus meningkat seiring pertumbuhan ekonominya. Di sisi lain, produksi migas Indonesia telah berkurang hingga sekitar setengahnya dalam 15 tahun terakhir. IPA mendukung pemerintah untuk memproduksi energi yang lebih banyak bagi Indonesia.

“IPA melihat peran kami sebagai mitra Pemerintah Indonesia, untuk membantu mencari cara untuk membuat iklim investasi Indonesia kompetitif secara global dan menarik investasi yang dibutuhkan,” tegas dia. 

IPA telah menggelar Rapat Umum Tahunan (Annual General Meeting) yang ke-48 yang mengubah Dewan Pengawas dan Dewan Direksi yang akan bertugas pada 2020. Saat ini, Dewan Pengawas dipimpin oleh Kuntoro Mangkusubroto, yang merupakan mantan Menteri Pertambangan dan Energi pada periode 1998 hingga 1999 dan pernah menjabat sebagai Kepala UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan) periode 2009 hingga 2014. 

Sedangkan Presiden Direktur ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) Louise McKenzie dipilih menjadi Presiden IPA dan didampingi 12 pemimpin perusahaan migas lainnya di Indonesia yang tergabung dalam Dewan Direksi IPA.

Investor Daily, Page-9, Thursday, Dec 5,  2019

New Investment and Reserve is the Key



Business actors assess that large investment and discovery of new reserves are the main keys to pursue the target of producing 1 million barrels of oil per day (BPD) by 2030 amid the downward trend in the production of existing blocks.

The Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) previously set a target of oil production of 1 million BPD in 2030. In order to achieve this target, SKK Migas began to introduce the potential of oil and gas blocks that can be explored by investors. Indonesia 2020 Petroleum Association (IPA) President Louise McKenzie said the government and SKK oil and gas targets to get 1 million BPD of oil production, would be difficult to come from existing oil and gas fields.

"This target requires new projects and discoveries. We know that the government is doing a lot to create opportunities there [target of 1 million bpd], "he said, at the 48th Annual IPA Annual General Meeting press conference.

Mckenzie added that amid declining oil production, additional oil production is needed which is also expected to cover the decline in production and the oil and gas block that is already operating. At present oil production is around 750,000 BPD. 

    On the other hand, to increase the passion of the oil and gas sector, IPA Vice President Ronald Gunawan said the government needs to continue to ensure certainty because this sector is a capital-intensive investment with a long-term orientation.

"If there is no certainty, it is rather difficult to achieve. So we hope that the contract rules must be maintained during the investment process. That is important because it is an attractive factor for investors to invest, "he said.

Ronald admitted during the last 3 years, there have been improvements in the quality of oil and gas licensing in the country. He hopes that the government will continue to simplify licensing and regulations so that the government's target related to oil and gas production is achieved. 

    Petroleum production over the past 10 years has shown a downward trend from 346 million barrels or 949,000 BPD in 2009 to 283 million barrels or 778,000 BPD in 2018. The decline in production was caused by primary oil production wells that are generally old. Meanwhile, the production of new wells is still relatively limited.

The opportunity for the national oil and gas industry is still large because of a total of 128 sedimentary basins in Indonesia, there are still 54 basins that have been explored and which have produced as many as 19 basins. Thus there are still 74 basins waiting to be explored and 35 basins that have been explored are expected to find oil and gas reserves through continuous exploration and investment in the basin.

Dwi Soetjipto

The Head of SKK Migas Dwi Soetjipto said that in carrying out the upstream oil and gas project, SKK Migas prioritized the national capacity building carried out by upstream oil and gas. Dwi also hopes that investment in upstream oil and gas continues to increase. Until 2027, there are 42 main projects with a total investment of US $ 43.3 billion and gross revenue projections of US $ 20 billion.

Later, the total production and 42 projects are 1.1 million boepd which includes oil production of 92,200 BPD and gas of 6.1 billion cubic feet per day (mmscfd). Four of them are national upstream oil and gas strategic projects which are priorities to increase oil and gas production to meet the increasing domestic oil and gas consumption.

"From here [to encourage investment] SKK Migas is making changes so that it is fast, progress is accelerating all arrangements. We will also identify potentials, "he said.
  
OUTSIDE AREA



Expectations of increased production also come from the successful search for new sources of oil reserves. For example, ExxonMobil and ConocoPhillip plan to explore outside their operations to find oil and gas reserves. Dwi said the two Cooperation Contract Contractors (KKKS) from the United States planned to explore open areas.



"They have obligations," he said.

According to him, the choice of KKKS to explore outside its working area, also considers the potential for additional oil and gas reserves. Dwi added that currently, the funds collected from the defined work commitment (KKP) for exploration have reached the US $ 2.5 billion. The funds are obtained from gross profit-sharing contracts.

Azi N. Alam

Regarding exploration plans in open areas, ExxonMobil agrees to the possibility. Vice President of Public and Government Affairs, ExxonMobil Indonesia Azi N. Alam said that the company remained committed to Indonesia and continued to look for other opportunities.

"Both in the Cepu Block and throughout Indonesia, as part of our long-term commitment in Indonesia."

At present, ExxonMobil is the largest oil-producing KKKS in Indonesia. As of September 2019, ExxonMobil Cepu Ltd recorded a ready-to-sell production of 216,011 BPD or exceeding the set target of 216,000 bpd.

IN INDONESIA

Investasi dan Cadangan Baru Menjadi Kunci


Pelaku usaha menilai investasi besar dan penemuan cadangan baru menjadi kunci utama untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel per Hari (bph) pada 2030 di tengah tren penurunan produksi blok eksisting.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya mencanangkan target produksi minyak sebesar 1 juta bph pada 2030. Demi mencapai target tersebut, SKK Migas mulai memperkenalkan potensi-potensi blok migas yang dapat dieksplorasi investor. Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) periode 2020 Louise McKenzie mengatakan target pemerintah dan SKK migas mendapatkan produksi minyak 1 juta bph, akan sulit datang dari lapangan migas yang sudah ada.

“Target ini membutuhkan proyek dan penemuan yang baru. Kami tahu, pemerintah banyak melakukan hal untuk menciptakan peluang kesana [target 1 juta bph],” tuturnya, dalam konferensi pers Annual General Meeting IPA ke-48.

Mckenzie menambahkan di tengah produksi minyak yang menurun, diperlukan tambahan produksi minyak yang juga diharapkan menutup penurunan produksi dan blok migas yang sudah beroperasi. Saat ini produksi minyak berkisar 750.000 bph. Di sisi lain, untuk meningkatkan gairah sektor migas, Wakil Presiden IPA Ronald Gunawan mengatakan pemerintah perlu terus menjamin kepastian, karena sektor ini merupakan investasi padat modal yang berorientasi jangka panjang.

“Kalau tidak ada kepastian agak susah tercapai. Makanya kami berharap aturan kontrak itu harus terjaga selama investasi berlangsung. Itu penting, karena menjadi faktor menarik para investor untuk berinvestasi,” katanya.

Ronald mengakui selama 3 tahun terakhir, sudah ada perbaikan kualitas perizinan migas di Tanah Air. Dia berharap, pemerintah terus menyederhanakan perizinan dan peraturan agar target pemerintah terkait produksi migas tercapai. Produksi minyak bumi selama 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan dari 346 juta barel atau 949.000 bph pada 2009 menjadi 283 juta barel atau 778.000 bph pada 2018. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh sumur-sumur produksi utama minyak bumi yang umumnya sudah tua. Sementara itu, produksi sumur baru relatif masih terbatas.

Peluang industri migas nasional masih besar karena dari total sebanyak 128 cekungan sedimen yang ada di Indonesia, masih 54 cekungan yang telah dieksplorasi dan yang berproduksi sebanyak 19 cekungan. Dengan demikian masih ada 74 cekungan yang menunggu untuk dieksplorasi serta 35 cekungan yang telah dieksplorasi diharapkan dapat ditemukan cadangan migas melalui eksplorasi dan investasi yang terus menerus di cekungan tersebut. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan dalam menjalankan proyek hulu migas, SKK Migas mengutamakan peningkatan kapasitas nasional yang dilakukan hulu migas. Dwi pun berharap investasi hulu migas terus meningkat. Tercatat hingga 2027 terdapat 42 proyek utama dengan total investasi US$43,3 miliar dan proyeksi pendapatan kotor (gross revenue) sebesar US$20 miliar. 

Nantinya, total produksi dan 42 proyek tersebut 1,1 juta boepd yang mencakup produksi minyak sebesar 92.200 bph dan gas sebesar 6,1 miliar kaki kubik per hari (mmscfd). Empat di antaranya merupakan proyek strategis nasional hulu migas yang menjadi prioritas untuk meningkatkan produksi migas demi memenuhi konsumsi migas domestik yang semakin meningkat. 

“Dari sini [untuk mendorong investasi] SKK Migas melakukan perubahan-perubahan supaya cepat, kemajuan percepatan segala pengurusan. Kami juga akan melakukan identifikasi potensi,” tuturnya.
  
LUAR AREA

Harapan peningkatan produksi juga datang dari keberhasilan pencarian sumber cadangan minyak baru. Sebut saja, ExxonMobil dan ConocoPhillip berencana melakukan eksplorasi di luar area operasinya untuk mencari cadangan migas. Dwi mengatakan kedua Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) asal Amerika Serikat itu berencana melakukan eksplorasi di area terbuka. 

“Mereka kan ada kewajiban,” tuturnya.

Menurutnya, pilihan KKKS untuk melakukan eksplorasi di luar wilayah kerjanya, juga mempertimbangkan potensi tambahan cadangan migas. Dwi menambahkan saat ini dana yang dihimpun dari komitmen kerja pasti (KKP) untuk eksplorasi sudah mencapai US$2,5 miliar. Dana tersebut didapatkan dari kontrak bagi hasil kotor atau gross split. 

Terkait rencana eksplorasi di area terbuka, ExxonMobil mengamini adanya kemungkinan tersebut. Vice President Public and Government Affairs, ExxonMobil Indonesia Azi N. Alam mengatakan pihaknya tetap berkomitmen kepada Indonesia dan terus mencari peluang lain. 

“Baik di Blok Cepu maupun di seluruh Indonesia, sebagai bagian dari komitmen jangka panjang kami di Indonesia.”

Saat ini, ExxonMobil merupakan KKKS penghasil minyak terbesar di Indonesia. Per September 2019, ExxonMobil Cepu Ltd mencatatkan produksi siap jual sebesar 216.011 bph atau melebihi target yang ditetapkan sebesar 216.000 bph.

Bisnis Indonesia, Page-24, Thursday, Dec 5,  2019

ConocoPhilips is Ready to Discuss Gas Supply to Singapore



The Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) will stop the flow of gas to Singapore starting in 2023. Gas that normally flows to Singapore will be diverted entirely to domestic, especially in Sumatra.

The supply of natural gas that has been entering Singapore from the Suban Corridor Block is being worked on by ConocoPhillips. Later, gas from Sumatra can also be supplied to Java through the Gresik-Semarang-Cirebon-Jakarta pipeline. 


    So that there is equitable distribution of domestic gas utilization throughout Indonesia. ConocoPhillips Vice President Commercial and Business Development Taufik Ahmad admitted, ConocoPhillips needed to discuss in order to ascertain the government's plan.

"Later, we want to try to clarify, first discuss the context," said Taufik.

In accordance with the applicable gas sale and purchase agreement, the contract between Conoco and Singapore will expire in 2023. Unfortunately, Taufik does not know the volume of gas currently being distributed. What is clear, ConocoPhillips is not yet looking for potential buyers in the country.

Taufik said, they will discuss in advance with the Ministry of Energy and Mineral Resources about the plan to stop the gas supply to Singapore, even though the contract period is still long. In this company's record, domestic gas purchases are classified as high reaching 80%.

"Exports are already small, not up to 20%," said Taufik.

IN INDONESIA

ConocoPhilips Siap Diskusi Pasokan Gas Ke Singapura


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menghentikan aliran gas ke Singapura mulai tahun 2023. Gas yang biasanya mengalir ke Singapura akan dialihkan seluruhnya untuk domestik, khususnya di Sumatra. 

Adapun pasokan gas bumi yang selama ini masuk ke Singapura dari Lapangan Suban Blok Corridor yang digarap ConocoPhillips. Nantinya, gas yang berasal dari Sumatra juga bisa disuplai ke Jawa melalui pipa Gresik-Semarang-Cirebon-Jakarta. Sehingga ada pemerataan pemanfaatan gas dalam negeri di seluruh Indonesia. 

Vice President Commercial and Business Development ConocoPhillips Taufik Ahmad mengaku, ConocoPhillips perlu berdiskusi demi memastikan rencana dari pemerintah tersebut. 

"Nanti mau coba klarifikasi, diskusi dulu konteksnya gimana," kata Taufik. 

Sesuai perjanjian jual beli gas yang berlaku, kontrak antara Conoco dengan Singapira akan berakhir tahun 2023 mendatang. Sayang, Taufik tidak mengetahui volume gas yang disalurkan saat ini. Yang jelas, pihak ConocoPhillips belum mencari potential buyer di dalam negeri. 

Taufik bilang, mereka akan berdiskusi terlebih dahulu dengan Kementerian ESDM atas rencana penghentian pasokan gas ke Singapura tersebut, meski waktu kontraknya masih panjang. Dalam catatan perusahaan ini, pembelian gas domestik tergolong tinggi mencapai 80%. 

"Ekspor sudah kecil, tidak sampai 20%," kata Taufik. 

Kontan, Page-14, Wednesday, Dec 4,  2019

Medco E&P Continues to Work on Increasing Oil and Gas Production



PT Medco E&P Indonesia Continues to strive to boost production. This subsidiary of PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) increases oil and gas exploration and exploitation activities in all work areas.


PT Medco E&P Indonesia's Vice President Relations & Security, Drajat Panjawi, said that currently he and SKK Migas have managed 14 oil and gas working areas. From that working area, Medco E&P was able to record total production with an average of 86,000 barrels of oil equivalent per day (boepd).

       Drajat said Medco E&P was able to maintain and even increase production in line with the integration of Ophir's operations. In May 2019, the Medco Group officially acquired Ophir Energy Plc, a UK-based energy company.

"This integration can confirm Medco E&P's position as a leading energy company in Southeast Asia," Drajat said.

Medco continues to increase oil and gas production to help sustain national energy security. Currently, Medco is working on two oil and gas production projects which will soon be completed. Both are Temelat projects with a projected production of 10 mmscfd and Buntal-5 with an estimated production of 45 mmscfd. 

     Medco targets the Temelat Field in the South Sumatra Block to produce in December 2019. For the Buntal-5 Field, Medco targets its construction to be completed in the first quarter of 2020.

IN INDONESIA

Medco E&P Terus Berupaya Menggenjct Produksi Migas


PT Medco E&P Indonesia Terus berupaya menggenjot produksi. Anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) ini meningkatkan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di semua Wilayah kerja. 

Vice President Relations & Security PT Medco E&P Indonesia, Drajat Panjawi, mengungkapkan saat ini pihaknya bersama SKK Migas telah mengelola 14 Wilayah kerja migas. Dari Wilayah kerja itu, Medco E&P mampu mencatatkan total produksi dengan rata-rata sebesar 86.000 barel setara minyak per hari (boepd). 

Drajat bilang, Medco E&P mampu mempertahankan, bahkan meningkatkan produksi seiring dengan terintegrasinya operasi Ophir. Pada Mei 2019, Grup Medco resmi mengakuisisi Ophir Energy Plc, perusahaan energi yang berbasis di Inggris. 

"Integrasi ini dapat menegaskan posisi Medco E&P sebagai perusahaan energi terkemuka di Asia Tenggara," kata Drajat.

Medco terus berupaya meningkatkan produksi migas untuk ikut menopang ketahanan energi nasional. Saat ini, Medco sedang menggarap dua proyek produksi migas yang akan segera rampung. Keduanya adalah proyek Temelat dengan proyeksi produksi 10 mmscfd dan Buntal-5 dengan estimasi produksi 45 mmscfd. 

     Medco menargetkan Lapangan Temelat di Blok South Sumatra bisa berproduksi pada Desember 2019. Untuk Lapangan Buntal-5, Medco menargetkan pembangunannya selesai pada kuartal I 2020.

Kontan, Page-14, Tuesday, Dec 3,  2019

The Natuna Sea Block A Project Gives Out the First Gas



One of the upstream oil and gas projects that can produce alias onstream next year is Bison, Iguana and Gajah-Puteri (BIG-P) in the Natuna Sea Block A. Working Area. The project, which is located in a block managed by Premier Oil, has distributed first gas on Thursday (11/28) last week.

the Natuna Sea Block A

The Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) said the project was successfully completed within two years with a total estimated investment value of US $ 325 million.

Gas reserves in the BIG-P project reached 93 billion cubic feet (bcf). Later, the gas will flow through the existing infrastructure at WK Natuna Sea Block A. Head of the SKK Migas Program and Communication Division, Wisnu P Taher, welcomed the additional gas production from the BIG-P project

"Production from the Bison field is around 15 mmscfd and from the Iguana field about 25 mmscfd. The Bison and Iguana well performance tests were successfully completed and in parallel the integrated gas flow test from the two wells at a combined flow rate of 40 mmscfd was also completed successfully," he said.

KUFPEC

Wisnu added, this was a concrete effort to continue to increase Indonesia's upstream oil and gas production. Premier Oil as the operator of WK Natuna Sea Block A has a stake of 28.67%, while the rest is owned by several parties namely KUFPEC, Pertamina, PTT and Petronas.



IN INDONESIA

Proyek Natuna Sea Block A Mengalirkan Gas Pertama


Salah satu proyek hulu migas yang bisa berproduksi alias onstream pada tahun depan adalah Bison, Iguana dan Gajah-Puteri (BIG-P) di Wilayah Kerja (WK) Natuna Sea Block A. Proyek yang berlokasi di blok yang dikelola oleh Premier Oil ini telah menyalurkan gas pertamanya pada Kamis (28/11) pekan lalu. 

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebutkan proyek tersebut berhasil rampung dalam kurun waktu dua tahun dengan total estimasi nilai investasi sebesar US$ 325 juta. 

Cadangan gas yang terdapat pada proyek BIG-P mencapai 93 bfillion cubic feet (bcf). Kelak, gas tersebut akan mengalir melalui infrastruktur existing di WK Natuna Sea Block A. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu P Taher, menyambut baik adanya tambahan produksi gas dari proyek BIG-P.

"Produksi dari lapangan Bison sekitar 15 mmscfd dan dari lapangan Iguana sekitar 25 mmscfd. Uji kinerja sumur Bison dan Iguana berhasil diselesaikan dan secara paralel uji aliran gas terintegrasi dari kedua sumur pada laju alir gabungan 40 mmscfd juga diselesaikan dengan sukses," tutur dia.

Wisnu menambahkan, hal ini merupakan upaya konkret untuk terus meningkatkan produksi hulu migas Indonesia. Premier Oil selaku operator WK Natuna Sea Block A memiliki kepemilikan saham sebanyak 28,67%, sedangkan sisanya dimiliki beberapa pihak yaitu KUFPEC, Pertamina, PTT dan Petronas.

Kontan, Page-14, Tuesday, Dec 3,  2019

Next year, Pertamina Oil and Gas Production 923 BOEPD



PT Pertamina (Persero) targets oil and gas production from the oil and gas block it manages to reach 923 thousand barrels of oil equivalent per day (boepd) next year, or up slightly from this year's target of 922 thousand boepd.

Pertamina Upstream Director Dharmawan H Samsu said that the oil and gas production target next year of 923 thousand boepd consisted of oil production of 430 thousand barrels per day (BPD) and gas of 2,857 million cubic feet per har / mmscfd. 

      According to Pertamina's data, the company's oil production is recorded to rise 3.85% from this year's target of 414 thousand BPD, while gas production is down 2.92% from this year's target of 2,943 mmscfd.

"The target is planned to be obtained from the contribution of oil and gas production from Pertamina's upstream operations in the country amounting to 765 thousand boepd and 158 thousand boepd abroad," he said.

Meanwhile, until the end of this year, the company's oil and gas production is projected at 906 thousand boepd or 98.26% of the target. Specifically, the prognosis of oil production is in accordance with the target of 414 thousand BPD and 2,850 mmscfd or 96.84% of the target.

Dharmawan admitted that this year's oil and gas production was less than optimal due to rig procurement constraints. He said he must ensure that the same problem does not recur in order to pursue the 2020 oil and gas production target.

"It is heavy [with a production target of 923 thousand boepd] because we have to make sure drilling cannot be late. Yesterday we were late because there were no rigs, especially offshore rigs, "he said.

However, he is optimistic that the company's oil and gas production next year will be better. Because, only abroad, Pertamina's oil and gas production will improve. This is because Pertamina's team in Algeria has created a system so that compressor disruption that have an impact on oil and gas production performance this year do not re-occur. 

     So that the company's oil and gas production from foreign assets next year is targeted to increase 3.26% from the prognosis by the end of this year 153 thousand boepd to 158 thousand boepd. In particular, oil production is targeted to increase slightly from 105 thousand bpd to 107 thousand BPD, and gas production will increase from 276 mmscfd to 298 mmscfd.

"Next year's domestic production consists of 323 thousand bpd of oil and 2,559 mmscfd of gas," he said.

For information, the company's oil and gas block assets in the country are managed through its subsidiaries, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), PT Pertamina EP (PEP), and PT Pertamina EP Cepu (PEPC).

Director of Pertamina Hulu Energi Meidawati added that oil production from its assets in the next year is targeted at 84 thousand BPD and 822 mmscfd of gas. To achieve this target, his party will carry out drilling for the development of 51 wells and exploration of 6 wells, as well as the workover of 50 wells.

"The challenge going forward is fluctuations in oil prices because supply is greater than demand. Then, changes to the gas or LNG market have the potential the decline in gas prices globally, "She said.

Furthermore, Pertamina EP President Director Nanang Abdul Manaf targets the production of assets under management to be stable in 2020. To be precise, Pertamina EP oil production is still targeted at 85 thousand BPD and 965 mmscfd of gas as this year. This is due to a decrease in production in some oil and gas fields, which is offset by an increase in production in other fields.

To achieve the production target, the company plans to drill 108 development wells. In addition to the development well, he also plans to drill 10 exploration wells in 2020. Not only that, but he will also start producing (on stream) a number of oil and gas projects, including the Great Bamboo Field and Akasia Bagus which gives an additional production of around 4,300 BPD.

Investment increases next year, Pertamina budgeted upstream investment of US $ 3.7 billion of the company's total investment target of US $ 7.8 billion. This investment budget is up 53.5% from this year's prognosis of US $ 2.41 billion.

the Merakes Field - Sepinggan 

According to Dharmawan, one of the increases in upstream investment is due to the development of the Merakes Field, the East Sepinggan Block will begin in 2020. In this block, for information, Pertamina through PHE has a participating interest (PI) of 15%. While the operator of this block is ENI from Italy.



IN INDONESIA

Tahun Depan, Produksi Migas Pertamina 923 BOEPD


PT Pertamina (Persero) menargetkan produksi migas dari blok migas yang dikelolanya mencapai 923 ribu barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/ boepd) pada tahun depan, atau naik sedikit dari target tahun ini sebesar 922 ribu boepd. 

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menuturkan, target produksi migas tahun depan sebesar 923 ribu boepd tersebut terdiri dari produksi minyak 430 ribu barel per hari (bph) dan gas 2.857 juta kaki kubik per har/mmscfd. Sesuai data Pertamina, produksi minyak perseroan tercatat naik 3,85% dari target tahun ini 414 ribu bph, sementara produksi gas turun 2,92% dari target tahun ini 2.943 mmscfd.

“Target tersebut rencananya akan didapatkan dari kontribusi produksi migas dari operasi hulu Pertamina di dalam negeri sebesar 765 ribu boepd dan luar negeri 158 ribu boepd,” kata dia.

Sementara itu, hingga akhir tahun ini, produksi migas perseroan diproyeksikan sebesar 906 ribu boepd atau 98,26% dari target. Rincinya, prognosa produksi minyak sesuai target 414 ribu bph dan gas 2.850 mmscfd atau 96,84% dari target. 

Diakui Dharmawan, produksi migas tahun ini kurang optimal lantaran kendala pengadaan rig. Pihaknya harus memastikan masalah yang sama tidak terulang agar bisa mengejar target produksi migas 2020. 

“Berat [target produksi 923 ribu boepd], karena kami harus pastikan drilling tidak boleh telat. Kemarin kami telat karena rig toidak ada, terutama rig offshore,” ujar dia. 

Meski demikian, pihaknya optimistis produksi migas perseroan tahun depan akan lebih baik. Pasalnya, di luar negeri saja, produksi migas Pertamina akan membaik. Hal ini mengingat tim Pertamina di Aljazair telah membuat sistem agar gangguan kompresor yang berdampak pada kinerja produksi migas tahun ini tidak kembali terjadi. 

      Sehingga produksi migas perseroan dari aset luar negeri pada tahun depan ditargetkan naik 3,26% dari prognosa akhir tahun ini 153 ribu boepd menjadi 158 ribu boepd. Rincinya, produksi minyak ditargetkan naik sedikit dari 105 ribu bph menjadi 107 ribu bph, serta produksi gas meningkat dari 276 mmscfd menjadi 298 mmscfd.

“Untuk produksi dalam negeri pada tahun depan terdiri dari minyak 323 ribu bph dan gas 2.559 mmscfd,” kata dia. 

Sebagai  informasi, aset blok migas perseroan di dalam negeri dikelola melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI), PT Pertamina EP (PEP), dan PT Pertamina EP Cepu (PEPC).

Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Meidawati menambahkan, produksi minyak dari asetnya di tahun depan ditargetkan sebesar 84 ribu bph dan gas 822 mmscfd. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan melaksanakan pengeboran pengembangan 51 sumur dan eksplorasi 6 sumur, serta kerja ulang (workover) 50 sumur.

“Tantangan kedepan adalah fluktuasi harga minyak karena supply lebih besar dari demandnya. Kemudian, perubahan pasar gas atau LNG berpotensi penurunan harga gas secara global,” kata Meidawati.

Selanjutnya, Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menargetkan produksi aset yang dikelolanya bakal stabil di 2020. Tepatnya, produksi minyak Pertamina EP tetap ditargetkan sebesar 85 ribu bph dan gas 965 mmscfd seperti pada tahun ini. Hal ini karena adanya penurunan produksi di beberapa lapangan migas, yang diimbangi kenaikan produksi di lapangan lainnya. 

Untuk mencapai target produksi tersebut, pihaknya berencana mengebor 108 sumur pengembangan. Selain sumur pengembangan, pihaknya juga berencana mengebor 10 sumur eksplorasi di 2020. Tidak hanya itu, pihaknya juga akan mulai memproduksikan (on stream) beberapa proyek migas, diantaranya Lapangan Bambu Besar dan Akasia Bagus yang memberi tambahan produksi sekitar 4.300 bph. 

Investasi meningkat pada tahun depan, Pertamina menganggarkan investasi hulu sebesar US$ 3,7 miliar dari total target investasi perseroan US$ 7,8 miliar. Anggaran investasi ini naik 53,5% dari prognosa tahun ini US$ 2,41 miliar.

Menurut Dharmawan, kenaikan investasi hulu salah satunya lantaran pengembangan Lapangan Merakes, Blok East Sepinggan akan dimulai di 2020. Di blok ini, sebagasi informasi, Pertamina melalui PHE memiliki hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 15%. Sementara operator blok ini adalah ENI dari Italia.

Investor Daily, Page-9, Tuesday, Dec 3,  2019

Luhut Urges Implementation of EOR



The government is looking for loopholes to increase national oil and gas production by encouraging advanced or enhanced oil depletion projects oil recovery (EOR). The Coordinating Minister for Maritime and Investment Luhut Binsar Pandjaitan brought together oil and gas sector stakeholders to ensure that this advanced oil drainage project took place.

Luhut Binsar Pandjaitan

Not only the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) and the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas), Luhut also summoned the 10 largest oil and gas producers in Indonesia. Luhut said oil and gas producers would identify steps to increase national oil production. According to him, when the decline in natural oil and gas production, efforts to drain 1.6 billion barrels of oil could revive the industry.

"I ask them to immediately make plans on how to use EOR, so that our production can be 1 million barrels per day [BPD in the next few years," he said, at the Office of the Maritime and Investment Coordinating Ministry.

Efforts to increase oil and gas production become a necessity to cut oil and gas lifting gap with the target in the state budget. Although EOR is a solution to increase production, it also encourages efforts to find new oil and gas reserves.

"So all of us identified which EORs could be. There are no special requests from them. But later they will follow up on this EOR, "he added.

Based on SKK Migas data, oil production was recorded at 748,000 barrels of oil per day (BPD) and natural gas at 7,200 mmscfd as of October 2019. Looking at the realization of oil and gas production performance depicted a total decline of approximately 5% compared to last year's production. Luhut also instructed PT Pertamina to seriously work on the EOR program.

The reason is that Pertamina has at least eight EOR programs that are projected to operate the fastest in 2023. Pertamina, through its subsidiary PT Pertamina EP, is carrying out eight EOR drainage projects. The project includes EOR activities in the field, namely Tanjung, Sukowati, Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau, and Jatibarang.

Acting Director-General of Oil and Gas Ministry of Energy and Mineral Resources Djoko Siswanto said the focus of the meeting with the Coordinating Minister for Maritime and Investment focused on efforts to increase oil and gas production.

"Earlier also mentioned about the exploration that was carried out continuously, although waiting 5 years or 10 years," he said. Djokomen added to increase oil and gas production, the EOR program was also accelerated. Later, to deepen the rolling EOR program, a coordination meeting will be held again on 25 January.

IN INDONESIA

Luhut Desak Penerapan EOR


Pemerintah mencari celah peningkatan produksi minyak dan gas bumi nasional dengan mendorong proyek pengurasan minyak tahap lanjut atau enhanced oil recovery (EOR). Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengumpulkan pemangku kepentingan sektor migas untuk memastikan proyek pengurasan minyak tahap lanjut ini berlangsung. 

Tidak hanya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Luhut juga memanggil 10 produsen migas terbesar yang ada di Indonesia. 

     Luhut mengatakan, para produsen migas akan mengidentifikasi langkah meningkatkan produksi siap jual (lifting) minyak nasional. Menurutnya, di saat penurunan produksi migas alami, upaya pengurasan 1,6 miliar barel minyak dapat kembali menggairahkan industri ini. 

“Saya minta pada mereka, untuk segera membuat perencanaan bagaimana menggunakan EOR, agar produksi kita bisa 1 juta barel per hari [BPH] beberapa tahun ke depan,” katanya, di Kantor Kemenko Maritim dan Investasi.

Upaya peningkatan produksi migas menjadi keniscayaan untuk memangkas gap lifting migas dengan target dalam APBN. Meski EOR menjadi solusi peningkatan produksi, pihaknya juga mendorong adanya upaya pencarian cadangan migas baru. 

“Jadi semua kami identifikasi mana saja EOR yang bisa. Tidak ada permintaan khusus dari mereka. Tapi nanti mereka akan follow up soal EOR ini,” tambahnya.

Berdasarkan data SKK Migas, produksi minyak tercatat 748.000 barel minyak per hari (bph) dan gas bumi 7.200 mmscfd per Oktober 2019. Melihat realisasi kinerja produksi migas menggambarkan penurunan secara total kurang lebih 5% dibandingkan dengan produksi tahun lalu. Luhut pun menginstruksikan kepada PT Pertamina untuk serius mengerjakan program EOR. 

Pasalnya, Pertamina setidaknya memiliki delapan program EOR yang diproyeksi beroperasi paling cepat pada 2023. Pertamina, melalui anak usahanya PT Pertamina EP, menggelar delapan proyek pengurasan EOR. Proyek tersebut meliputi kegiatan EOR di lapangan yaitu Tanjung, Sukowati, Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau, dan Jatibarang. 

Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan fokus rapat dengan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi menitik-beratkan pada upaya peningkatan produksi migas.

“Tadi disinggung juga tentang eksplorasi yang dilakukan terus, meski tunggu 5 tahun atau 10 tahun,” katanya. Djokomenambahkan untuk meningkatkan produksi migas, program EOR juga dikebut. Nantinya, untuk memperdalam program EOR yang sudah bergulir, akan kembali diadakan rapat koordinasi pada 25 Januari mendatang.

Bisnis Indonesia, Page-24, Tuesday, Dec 3,  2019