google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 All Posts - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Thursday, January 16, 2020

The Cilacap Refinery Agreement is Back Delayed



Decision making related to the continuation of the project for upgrading and upgrading the Cilacap Refinery between PT Pertamina (Persero) and Saudi Aramco is only targeted to be completed in the first quarter of 2020. Negotiations with Saudi Aramco have been going on for around three years since 2016. 

Nicke Widyawati 

    Pertamina's President Director Nicke Widyawati said cooperation with Saudi Aramco in the Cilacap Refinery Project is still ongoing. However, this time, Pertamina offers a new cooperation option where the upgrading project is managed separately from the refinery that is currently operating. The Cilacap Refinery Upgrading Project will be undertaken by a joint venture of Pertamina and Saudi Aramco.



"The target is that in the first quarter of 2020, this [cooperation decision] must be completed," he said in Jakarta.

The cooperation option in which the upgrading project and existing one is separate is also implemented by Pertamina in the Balikpapan Refinery Upgrading Project. Because it is managed by a different company, Pertamina will pay a processing fee (toll fee) if it processes the oil at a new refinery.

"We formed a subsidiary with our partner, then later this company will operate the new refinery. Then later there will be a toll fee, "explained Nicke.

The signing of a joint venture development agreement (JVDA) agreement between Pertamina and Saudi Aramco was first conducted in December 2016, two years after the appointment of Saudi Aramco as a partner in 2014. The JVDA should end in December 2018, but then be extended by six months until June 2019. Then the JVDA was extended to September, then extended a third time until October, and lastly extended until December 2019. So, by continuing to work together until the first quarter of next year, this is the fifth JVDA extended.

One thing that has become an obstacle to negotiations between Pertamina and Saudi Aramco is the valuation of the existing Cilacap Refinery assets. Even though Pertamina has conducted valuations several times. The first valuation is carried out for other purposes so that it is only used as a project estimate. Most recently, the two appointed one company to carry out this valuation.

The Cilacap refinery is targeted to start operating in 2025. After upgrading, the crude oil processing capacity of the Cilacap Refinery will increase from 348 thousand barrels per day (BPD) to 400 thousand BPD. Furthermore, there will be additional production of gasoline (gasoline) 80 thousand BPD, diesel 60 thousand BPD, and aviation fuel of 40 thousand BPD. 

    Fuel production increased significantly because the ability of refineries to process crude oil into finished products (NCI) rose from 74% to 92-98%. At present, Pertamina is ready to provide land acquisition for the Cilacap Refinery Project.

In addition, the company is also holding an auction to find a contractor working on early work or site development. The signing of the early work contract is targeted to be carried out in December.

New Partner

At the same time, Pertamina also continues to work on other refinery projects, including the Balikpapan and Dumai Refinery Upgrading Projects. According to Nicke, the oil and gas company from the United Arab Emirates will join the company is working on the two refinery projects.

Mubadala Petroleum

"Mubadala Petroleum and Adnoc [Abu Dhabi National Oil Company] are planned to have a signature. Later President Joko Widodo will go to Abu Dhabi in mid-January 2020, both for the Balikpapan and Dumai refineries. The target is, "he said.

Adnoc [Abu Dhabi National Oil Company]

For the Balikpapan Refinery, Pertamina is doing it alone. However, the company is looking for partners who are interested in funding this project (equity partner). Originally, this chosen partner will be set in December. Pertamina is also looking for partners for the Dumai Refinery Upgrading Project which is targeted to be completed in December 2019.

Not only that, but Pertamina is also considering looking for other options for partners. Previously, Pertamina had actually collaborated with Oman's oil and gas company, Overseas Oil and Gas (OOG) LLc. However, Nicke continued working on projects such as land acquisition and location determination.

Overseas Oil and Gas (OOG)

"The selection of partners can be ongoing," Nicke said.

The Balikpapan Refinery Upgrading Project has entered the construction stage. The Phase I Balikpapan refinery is targeted to be operational in June 2023. While Phase II is targeted to be completed in 2025-2026 and will be able to process high sulfur crude oil with a capacity to increase from 260 thousand BPD to 360 thousand BPD.

While the Dumai Refinery Upgrading Project will increase capacity from 140 thousand BPD to 300 thousand BPD while increasing the processing capability of crude oil with high sulfur content. The project is estimated to have an investment value of US $ 5-8 billion with an operating target in 2027. Finally, the Bontang Refinery Project is planned to have a capacity of 300 thousand BPD and operate in 2026.

IN INDONESIA

Kesepakatan Kilang Cilacap Kembali Tertunda


Pengambilan keputusan terkait kelanjutan proyek perbaikan dan peningkatan kapasitas (upgrading) Kilang Cilacap antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco baru ditargetkan rampung pada triwulan pertama 2020. Negosiasi dengan Saudi Aramco ini sudah berlangsung selama sekitar tiga tahun sejak 2016. 

     Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menuturkan, kerja sama dengan Saudi Aramco dalam Proyek Kilang Cilacap masih berlangsung. Hanya saja, kali ini, Pertamina menawarkan opsi kerja sama baru di mana proyek upgrading dikelola terpisah dengan kilang yang sudah beroperasi saat ini. Proyek Upgrading Kilang Cilacap akan dikerjakan oleh perusahaan patungan Pertamina dan Saudi Aramco.

“Targetnya di triwulan pertama tahun 2020, ini [keputusan kerja sama] sudah harus selesai,” kata dia di Jakarta.

Opsi kerja sama di mana proyek upgrading dan yang sudah ada terpisah ini juga diterapkan Pertamina di Proyek Upgrading Kilang Balikpapan. Lantaran dikelola oleh perusahaan yang berbeda, nantinya Pertamina akan membayar biaya pengolahan (toll fee) jika mengolahkan minyaknya di kilang baru.

“Kami membentuk anak perusahaan dengan partner kami, kemudian nanti perusahaan ini yang mengoperasikan kilang baru. Maka nanti ada toll fee,” jelas Nicke.

Penandatanganan perjanjian pembentukan perusahaan patungan (join venture development agreement/JVDA) antara Pertamina dan Saudi Aramco pertama kali dilakukan pada Desember 2016, dua tahun setelah penetapan Saudi Aramco sebagai mitra pada 2014. 

     JVDA ini harusnya berakhir pada Desember tahun 2018, namun kemudian diperpanjang enam bulan hingga Juni 2019. Kemudian dilakukan perpanjangan JVDA sampai September, selanjutnya diperpanjang ketiga kalinya sampai Oktober, dan terakhir diperpanjang sampai Desember 2019. Sehingga, dengan dilanjutkan kerja sama sampai triwulan pertama tahun depan, ini kali kelima JVDA diperpanjang.

Satu hal yang menjadi kendala negosiasi antara Pertamina dan Saudi Aramco yakni valuasi aset Kilang Cilacap yang sudah ada. Padahal sudah beberapa kali Pertamina melakukan valuasi. Valuasi yang pertama dilakukan untuk keperluan lain, sehingga hanya digunakan sebagai perkiraan proyek saja. Yang terbaru, kedua menunjuk satu perusahaan untuk melakukan valuasi ini. 

Kilang Cilacap ditargetkan mulai beroperasi pada 2025. Pasca upgrading, kapasitas pengolahan minyak mentah Kilang Cilacap akan naik dari 348 ribu barel per hari (bph) menjadi 400 ribu bph. Selanjutnya, akan ada tambahan produksi bensin (gasoline) 80 ribu bph, solar 60 ribu bph, dan avtur 40 ribu bph. 

     Produksi bahan bakar naik signifikan lantaran kemampuan kilang mengolah minyak mentah menjadi produk jadi (NCI) naik dari 74% menjadi 92-98%. Saat ini, Pertamina siap menyediakan pengadaan lahan untuk Proyek Kilang Cilacap.

Selain itu, perseroan juga sedang menggelar lelang untuk mencari kontraktor yang menggarap early work atau penyiapan lokasi (site development). Penandatanganan kontrak pekerjaan early work ini ditargetkan dilakukan pada Desember nanti.

Mitra Baru

Bersamaan dengan ini, Pertamina juga meneruskan pengerjaan proyek kilang lainnya, diantaranya Proyek Upgrading Kilang Balikpapan dan Dumai. Menurut Nicke, perusahaan migas asal Uni Emirat Arab bakal bergabung dengan perseroan dalam mengerjakan dua proyek kilang tersebut.

“Mubadala Petroleum dan Adnoc [Abu Dhabi National Oil Company] rencananya akan ada tanda tangan. Nanti Presiden Joko Widodo akan ke Abu Dhabi di pertengahan Januari 2020, baik itu untuk kilang Balikpapan maupun kilang Dumai. Targetnya itu,” ujar dia.

Untuk Kilang Balikpapan, memang dikerjakan sendiri oleh Pertamina. Tetapi, perseroan memang sedang mencari mitra yang berminat ikut mendanai proyek ini (equity partner). Sedianya, mitra terpilih ini bakal ditetapkan pada Desember. Pertamina juga sedang mencari mitra untuk Proyek Upgrading Kilang Dumai yang ditargetkan rampung pada bulan Desember 2019. 

Tidak hanya itu, Pertamina juga sedang mempertimbangkan mencari opsi lain untuk mitra. Sebelumnya, Pertamina sebenarnya telah bekerja sama dengan perusahaan migas asal Oman, yakni Overseas Oil and Gas (OOG) LLc. Namun, Nicke melanjutkan pengerjaan proyek seperti pembebasan lahan dan penetapan lokasi tetap berlangsung.

“Pemilihan partner bisa sambil berlangsung,” ujar Nicke. 

Proyek Upgrading Kilang Balikpapan sudah masuk tahap konstruksi. Kilang Balikpapan Tahap I ini ditargetkan bisa mulai beroperasi pada Juni 2023. Sementara Tahap II ditargetkan selesai di 2025-2026 dan mampu mengolah minyak mentah kadar sulfur tinggi dengan kapasitas naik dari 260 ribu bph menjadi 360 ribu bph. 

Sementara Proyek Upgrading Kilang Dumai akan meningkatkan kapasitas dari 140 ribu bph menjadi 300 ribu bph, sekaligus meningkatkan kemampuan pengolahan hingga minyak mentah dengan kadar sulfur tinggi. Proyek ini diperkirakan memiliki nilai investasi US$ 5-8 miliar dengan target operasi pada 2027. Terakhir, Proyek Kilang Bontang direncanakan memiliki kapasitas 300 ribu bph dan beroperasi pada 2026.

Investor Daily, Page-9, Friday, Dec 13, 2019

Pertamina EP won many Local and Proper Awards



PT Pertamina EP, a subsidiary of PT Pertamina (Persero), proves its commitment to continue to provide positive things to the environment. This is proven by the achievement of several 2019 Local Hero Awards and 2019 Proper Hero Awards held by PT Pertamina (Persero). 


     The award initiated by Pertamina for all operating units and subsidiaries within the Pertamina Group is intended for community empowerment program actors who are considered to have a strong commitment to the program carried out by both the fostered partners and company workers.

Eight awards obtained by Pertamina EP were directly handed over by Pertamina's Directors at the peak of Pertamina's 62nd-anniversary celebration at Pertamina Headquarters, Tuesday (10/12).

Nicke Widyawati

Pertamina President Director Nicke Widyawati said this award was a proof of Pertamina's concern in fostering micro, small and medium entrepreneurs. As a state-owned company, Pertamina is not only aimed at creating profits but also playing an active role in its improvement of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs).

"These local heroes are directly involved in promoting microeconomic growth. Our presence as business entities throughout Indonesia must be felt by the community around the operational area, "said Nicke.

Achmad Alfian Husein, Acting Director of Pertamina EP's Daily Tasks expressed his gratitude for the appreciation given.

"Hopefully this award can continue to spur our enthusiasm to work and make the best contribution to the country," he said.

This year's Local Hero awards are divided into four categories, namely the self-sufficient category, the healthy category, the green category, and the smart category. In the self-sustaining category, Pertamina EP won the first rank award given to Armisda, Pertamina EP Asset 4 Poleng Field's fostered partner and ranked third for Suhartini, Pertamina EP Asset 2 Fostered Partner Pendopo Field.

Armisda is the initiator of the Mbok Doudo food processing group consisting of former Indonesian Workers (TKI), environmental cadre activists in Aloe vera village, as well as environmental activists in Doudo Village, Panceng sub-district, Gresik Regency, East Java while Suhartini has innovations in the form of herbal drinks a blend of ginger and areca nut.

Furthermore, in the healthy category, Pertamina EP received the first rank award given to Yazid M Nur, fostered Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field and ranked third for Rini Widayati, fostered Pertamina EP Asset 2 Limau Field.

Yazid is the initiator of the Community Based Healthcare System in Samboja District, Kutai Kartanegara Regency, East Kalimantan Province. As prevention of stunting in children and others involving the community to become health cadres up to more than 700 people. Yazid also actively formed health promotion forums with various innovations.

Still, regarding stunting, Rini also innovated using moringa leaves which were previously lacking in public attention to products that could help reduce the number of malnutrition in her environment. In the green category, Pertamina EP was also ranked first for Sardji Sarwan, Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field's fostered partner and Syamsul Asinar, Pertamina EP Asset 2 fostered partner Prabumulih Field.

Sardji succeeded in surpassing other local heroes with waste cooking oil processing program into biodiesel and community mobilizers in waste processing in village six, as well as program replication outside Tarakan City. This waste-related program also led Syamsul Asinar to become the second place in the same category. In addition to Local Hero, Pertamina also gave awards

PROPER Hero to Pertamina's people who are dedicated to supporting the company's business and providing benefits to the environment around the work area. Pertamina EP also won in the 2019 Proper Hero Awards event. The first winner of Proper Hero was won by Dedi Zikrian S from Pertamina EP Asset 1, the second winner was Nana Sutrisna from JOB Pertamina - Medco E&P Tomori Sulawesi and the third winner was Arsy Rakhmanissazly from Pertamina EP Asset 1 Rantau Field.

IN INDONESIA

Pertamina EP Raih Banyak Penghargaan Local dan Proper


PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero), membuktikan komitmen untuk terus memberikan hal positif terhadap lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan diraihnya beberapa penghargaan Local Hero Awards 2019 dan Proper Hero Awards 2019 yang diselenggarakan PT Pertamina (Persero). Penghargaan yang diinisiasi Pertamina untuk seluruh unit operasi dan anak perusahaan di lingkungan Grup Pertamina tersebut ditujukan bagi pelaku program pemberdayaan masyarakat yang dinilai memiliki komitmen kuat terhadap program yang diemban baik oleh mitra binaan maupun pekerja perusahaan.

Delapan penghargaan yang didapatkan oleh Pertamina EP secara langsung diserahkan oleh Direksi Pertamina pada puncak perayaan HUT ke-62 Pertamina di Kantor Pusat Pertamina, Selasa (10/12). 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, penghargaan ini menjadi salah satu bukti kepedulian Pertamina dalam membina pengusaha mikro, kecil dan menengah. Sebagai BUMN, Pertamina tidak hanya sebatas bertujuan untuk menciptakan keuntungan semata namun berperan aktif terhadap peningkatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

“Para local hero inilah yang terlibat langsung dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi mikro. Kehadiran kami sebagai badan usaha di seluruh Indonesia harus dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar wilayah operasi,” ujar Nicke.

Achmad Alfian Husein, Pelaksana Tugas Harian Direktur Utama Pertamina EP mengungkapkan rasa syukurnya pada apresiasi yang diberikan.

“Semoga dengan penghargaan ini dapat terus memacu semangat kami untuk berkarya dan memberikan sumbangsih terbaik untuk negeri,” ujar dia.

Penghargaan program Local Hero tahun ini terbagi dalam empat kategori, yaitu kategori berdikari, kategori sehat, kategori hijau, dan kategori cerdas. Pada kategori berdikari, Pertamina EP meraih penghargaan peringkat pertama yang diberikan kepada Armisda, mitra binaan Pertamina EP Asset 4 Poleng Field dan peringkat ketiga untuk Suhartini, mitra binaan Pertamina EP Asset 2 Pendopo Field. 

Pertamina EP Asset 4 Poleng Field

Armisda merupakan inisiator kelompok olahan pangan Mbok Doudo yang terdiri dari ibu-ibu eks Tenaga Kerja Indonesia (TKI), penggerak kader lingkungan kampung aloevera, serta penggerak kader lingkungan Desa Doudo, kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, sedangkan Suhartini memiliki inovasi berupa minuman herbal perpaduan antara jahe dan pinang. 

Selanjutnya kategori sehat, Pertamina EP mendapatkan penghargaan peringkat pertama diberikan kepada Yazid M Nur, binaan Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field dan peringkat tiga untuk Rini Widayati, binaan Pertamina EP Asset 2 Limau Field.

Yazid merupakan inisiator community Based Healthcare System di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Seperti penanggulangan stunting pada anak dan lainnya yang melibatkan masyarakat untuk menjadi kader kesehatan hingga berjumlah lebih dari 700 orang. Yazid juga aktif membentuk forum-forum promosi kesehatan dengan berbagai inovasi. 

Pertamina EP Asset 5 Tarakan Office

Masih seputar stunting, Rini juga berinovasi menggunakan daun kelor yang sebelumnya kurang dilirik masyarakat menjadi produk yang dapat membantu menurunkan angka gizi kurang di lingkungannya. Pada kategori hijau, Pertamina EP juga memperoleh peringkat pertama yang ditujukan kepada Sardji Sarwan, mitra binaan Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field dan Syamsul Asinar, mitra binaan Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field. 

Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field

Sardji berhasil mengungguli local hero lainnya dengan program pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel dan penggerak masyarakat dalam pengolahan sampah di kampung enam, serta replikasi program hingga di luar Kota Tarakan. Program terkait sampah ini juga yang mengantarkan Syamsul Asinar menjadi juara dua dalam kategori yang sama. Selain Local Hero, Pertamina juga memberikan penghargaan

Pertamina EP Asset 1 Jambi Field

PROPER Hero kepada insan Pertamina yang dengan penuh dedikasi dengan mendukung bisnis perusahaan dan memberikan manfaat kepada lingkungan sekitar wilayah kerja. Pertamina EP juga berjaya di event Proper Hero Awards 2019. Juara pertama Proper Hero dimenangkan oleh Dedi Zikrian S dari Pertamina EP Asset 1, juara kedua Nana Sutrisna dari JOB Pertamina - Medco E&P Tomori Sulawesi dan Juara ketiga diraih oleh Arsy Rakhmanissazly dari Pertamina EP Asset 1 Rantau Field.

Investor Daily, Page-9, Friday, Dec 13, 2019

Pertamina Prepares the US $ 150 Million



PT Pertamina (Persero) has prepared a budget of US $ 150 million to acquire oil and gas blocks ready for production in 2020. In a recent working meeting between Pertamina and House of Representatives Commission VII, Pertamina President Director Nicke Widyawati explained the upstream oil and gas investment plan in 2020.

Nicke Widyawati

Pertamina 2020's total investment budget of US $ 7.8 billion, which is divided for the upstream oil and gas sector is the US $ 3.7 billion. Specifically for organic investment or oil and gas production increase, Pertamina has prepared the US $ 3.57 billion, while inorganic investment or upstream business development is worth the US $ 150 million. Pertamina Upstream Director Dharmawan Samsu said the upstream oil and gas inorganic investment was directed to increase oil and gas block assets.

"That's right, [inorganic investment budget] for acquisitions," he said.

Although not mentioning in detail, Dharmawan said the focus of asset acquisition is directed at the oil and gas block that approaches production or the oil and gas block production. Pertamina last took over oil and gas assets in another country in 2017. So far, the company has acquired 64.46% shares of the French oil and gas company, Maurel & Prom.

Maurel & Prom

With this acquisition, Pertamina has oil and gas assets spread across Gabon, Nigeria, Tanzania, Namibia, Canada, Myanmar, Italy, Colombia, and others. It's just that its main assets that have been producing are in Gabon, Nigeria, and Tanzania. Pertamina also has assets in Algeria. The company has shares in the Menzel Lejmet North (MLN), El Merk (EMK), and Ourhoud (OHD) blocks.

West Qurna 1 in Iraq By ExxonMobil

Next in Iraq, the company holds shares in West Qurna 1. Field. Meanwhile, in Malaysia, the company holds shares in Block K, Block Kikeh, SNP Block, SK309 Block, and SK311 Block. 

     Regarding contributions from foreign assets, Pertamina is targeting production to increase 3.26% to 158,000 boepd in 2020 from the prognosis by the end of this year 153,000 boepd. The contribution of oil production is targeted to increase 105,000 barrels per day (BPD) to 107,000 BPD, and natural gas production has increased from 276 million mmscfd to 298 mmscfd.

Executive Director of the Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, said that Pertamina needed to determine the policy of oil and gas asset acquisition, especially wanting to bring oil or money to the country.

"If the product is brought in, it will reduce the dependence on crude imports, if the money is brought it might not have the effect of reducing it," he said.

IN INDONESIA

Pertamina Siapkan US$ 150 Juta


PT Pertamina (Persero) menyiapkan anggaran senilai US$150 juta untuk mengakuisisi blok minyak dan gas siap produksi pada 2020. Dalam rapat kerja antara Pertamina dan Komisi VII DPR belum lama ini, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan rencana investasi hulu migas pada 2020.

Total anggaran investasi Pertamina 2020 sebesar US$7,8 miliar, yang terbagi untuk sektor hulu migas sebesar US$3,7 miliar. Khusus investasi organik atau peningkatan produksi migas, Pertamina menyiapkan US$3,57 miliar, sementara investasi anorganik atau pengembangan bisnis hulu senilai US$150 juta. Direktur Hulu Pertamina Dhannawan Samsu mengatakan investasi anorganik hulu migas diarahkan untuk menambah aset blok migas. 

“Betul, [anggaran investasi anorganik] untuk akuisisi,” katanya.

Kendati tidak menyebut secara rinci, Dharmawan mengatakan fokus akuisisi aset diarahkan pada blok migas yang mendekati produksi ataupun blok migas produksi. Pertamina terakhir kali mengambil alih aset migas di negara lain pada 2017. Sejauh ini, perseroan mengakuisisi 64,46% saham perusahaan migas Prancis, yakni Maurel&Prom. 

Dengan akuisisi ini, Pertamina memiliki aset migas yang tersebar di Gabon, Nigeria, Tanzania, Namibia, Kanada, Myanmar, Italia, Kolombia dan lainnya. Hanya saja, aset utamanya yang telah berproduksi yakni di Gabon, Nigeria, dan Tanzania. Pertamina juga punya aset di Aljazair. Perseroan memiliki saham di Blok Menzel Lejmet North (MLN), El Merk (EMK), dan Ourhoud (OHD).

Berikutnya di Irak, perseroan memegang saham di Lapangan West Qurna 1. Sementara itu, di Malaysia, perseroan memegang kepemilikan saham di Blok K, Blok Kikeh, Blok SNP, Blok SK309 dan Blok SK311. 

     Terkait kontribusi dari aset luar negeri, Pertamina menargetkan produksi naik 3,26% menjadi 158.000 boepd pada 2020 dari prognosa akhir tahun ini 153.000 boepd. Kontribusi produksi minyak .ditargetkan naik 105.000 barel per hari (bph) menjadi 107.000 bph, serta produksi gas bumi meningkat dari 276 juta mmscfd menjadi 298 mmscfd. 

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan Pertamina perlu menentukan kebijakan akuisisi aset migas, terutama ingin membawa minyak atau uang ke Tanah Air. 

“Kalau yang dibawa produk, akan mengurangi ketergantungan impor crude, kalau dibawa uangnya kemungkinan tidak berpengaruh untuk mengurangi hal itu,” tuturnya.

Bisnis Indonesia, Page-24, Wednesday, Dec 12, 2019

UEA Can Enter Bontang Refinery



Jokowi regretted the progress of building a slow refinery.


PT Pertamina (Persero) has the opportunity to have a new business partner in the refinery construction project. This time the Bontang New Grass Root Refinery (NGRR) project is open to having new business partners. At present Pertamina has signed a framework agreement or framework agreement with Overseas Oil and Gas LLC (OOG) from Oman.

Overseas Oil and Gas LLC (OOG) from Oman

The Coordinating Minister for Maritime Affairs and Investment Luhut Binsar Pandjaitan said that the replacement of business partners is very possible because the government is currently pushing the acceleration of Pertamina refinery infrastructure development. One candidate who can replace OOG, he said, is a company from the United Arab Emirates (UAE).

"Oman we want to find it possible with Abu Dhabi (UAE). It is very possible to change partners," Luhut said at the Maritime and Investment Ministry's office in Jakarta.

Luhut Binsar Pandjaitan

Luhut revealed, in the next few days, there will be a continuation of agreements with the UAE Government on several energy projects in Indonesia. There are two companies that might be able to replace OOG, namely Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) and Mubadala.

Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc)

"It could be from Adnoc, it could also be from Mubadala," he said.

Mubadala Petroleum

According to Luhut, the option to change partners was because there was no significant progress in the construction of the Bontang Refinery.

"The point is, if they are not credible, how many years has it been canceled, they will be able to enter from Abu Dhabi later," Luhut said.

OOG has signed a memorandum of understanding with two local companies as its partners, namely PT Meta Epsi which is an engineering, procurement and construction company and PT Sanuharta Mitra which is a company in the field of property and hotel development. Both are planned to work on supporting facilities outside the battery limit (EPC OSBL).

Meanwhile, for partners from the technology side, OOG is looking for partners from European companies that have a portfolio of cooperation. The construction of a refinery in Bontang, East Kalimantan, is expected to contribute to the addition of an oil processing capacity of 300 thousand barrels per day which will produce major products in the form of gasoline and diesel fuels.

President Joko Widodo (Jokowi)

Separately, President Joko Widodo (Jokowi) claimed to have ordered Pertamina's Chief Commissioner Basuki Tjahaja Purnama and Pertamina's President Director Nicke Widyawati to immediately complete the oil refinery construction project. The president regretted the slow progress of building refineries, even though the need for refineries is urgent for processing domestic fuel.

Basuki Tjahaja Purnama and Nicke Widyawati

Jokowi views that the main solution to the Current Account Deficit (CAD) and the trade balance deficit is to reduce fuel imports. Jokowi said Indonesia must be able to process its own fuel. This means that inevitably Indonesia must have sufficient refinery facilities to meet domestic needs.

"The development of oil refineries, we have to! It has been 34 years that we have not been able to build refineries, it is too much. I have told them to be on guard and follow the progress," Jokowi said.

Basuki Tjahaya Purnama AKA Ahok

Jokowi also specifically asked Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) and Nicke to oversee the realization of the use of B30. In addition, the President also asked Pertamina to make full effort to increase oil and gas lifting. The progress of developing oil refineries in a number of projects is hampered.

Nicke Widyawati

In addition to the Bontang refinery, construction of the refinery in Cilacap, Central Java was also hampered because Pertamina did not immediately agree with its prospective partner, Saudi Aramco. Meanwhile, the development of refineries in Balikpapan, East Kalimantan, is said to show positive progress and is targeted to be completed in 2023.

Saudi Aramco

IN INDONESIA

UEA Bisa Masuk Kilang Bontang


Jokowi menyayangkan progres pembangunanat. kilang lamb

PT Pertamina (Persero) berpeluang memiliki mitra usaha baru dalam proyek pembangunan kilangnya. Kali ini proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Bontang terbuka untuk memiliki mitra usaha baru. Saat ini Pertamina telah menandatangani kerangka kerja sama atau framework agreement dengan Overseas Oil and Gas LLC (OOG) asal Oman. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, penggantian mitra usaha sangat mungkin dilakukan karena pemerintah saat ini sedang mendorong percepatan pembangunan infrastruktur kilang Pertamina. Salah satu kandidat yang bisa menggantikan OOG, kata dia, adalah perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA). 

"Oman kita mau carikan mungkin dengan Abu Dhabi (UEA). Sangat bisa berganti mitra," ujar Luhut di kantor Kemenko Maritim dan Investasi di Jakarta.

Luhut mengungkapkan, dalam beberapa hari ke depan akan ada kelanjutan perjanjian dengan Pemerintah UEA tentang beberapa proyek energi di Indonesia. Ada dua perusahaan yang mungkin bisa menggantikan OOG, yakni Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) dan Mubadala. 

"Bisa dari Adnoc, bisa juga dari Mubadala," ujarnya.

Menurut Luhut, opsi untuk mengganti mitra karena tidak ada progres berarti dalam pembangunan Kilang Bontang. 

"Intinyanya kalau mereka tidak kredibel, kan sudah berapa tahun ini batal, nanti bisa masuk dari Abu Dhabi ," kata Luhut.

OOG telah menandatangani nota kesepahaman dengan dua perusahaan lokal sebagai mitra kerjanya, yaitu PT Meta Epsi yang merupakan perusahaan teknik, pengadaan, dan konstruksi serta PT Sanuharta Mitra yang merupakan perusahaan dalam bidang pengembangan properti dan hotel. Keduanya direncanakan menggarap fasilitas penunjang outside battery limit (EPC OSBL). 

Sementara itu, untuk mitra dari sisi teknologi, OOG mencari mitra dari perusahaan Eropa yang memiliki portofolio kerja sama. Pembangunan kilang di Bontang, Kalimantan Timur, diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa penambahan kapasitas pengolahan minyak sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan produk utama berupa Bahan Bakar Minyak (BBM) gasolin dan diesel.

Di tempat terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sudah memerintahkan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati untuk segera merampungkan proyek pembangunan kilang minyak. Presiden menyayangkan progres pembangunan kilang yang lambat, padahal kebutuhan terhadap kilang mendesak untuk pengolahan BBM dalam negeri. 

Jokowi memandang solusi utama pada defisit transaksi berjalan (CAD) dan defisit neraca perdagangan adalah menekan impor BBM. Indonesia kata Jokowi harus mampu mengolah BBM sendiri. Artinya, mau tak mau Indonesia harus memiliki fasilitas kilang pengolahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Pembangunan kilang minyak, harus! Sudah 34 tahun tidak bisa membangun kilang, keterlaluan. Saya suruh kawal betul dan ikuti terus progresnya," ujar Jokowi.

Jokowi juga secara khusus meminta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan Nicke untuk mengawal realisasi penggunaan B30. Selain itu, Presiden juga meminta Pertamina berupaya penuh meningkatkan lifting migas. Progres pengembangan kilang minyak di sejumlah proyek memang terkendala. 

Selain Kilang Bontang, pembangunan kilang di Cilacap, Jawa Tengah juga terhambat karena Pertamina tidak segara sepakat dengan calon mitranya, Saudi Aramco. Sementara itu, pengembangan kilang di Balikpapan, Kalimantan Timur, disebut menunjukkan progres positif dan ditargetkan rampung pada 2023 mendatang.

Republika, Page-13, Wednesday, 11 Dec 2019

Supertanker Supports Energy Security



The operation of supertankers for loading and unloading oil and gas is important for energy security. The distribution of large volumes of oil and gas through the sea, after being exploited and produced on land, is more efficient and efficient using supertankers. 

      In 2019, up to the first semester, national oil production will be 752,000 barrels per day (BPD) or 97 percent of the national target. Of the 725,000 BPD, ExxonMobil's 220,000 BPD was produced from the Banyu Urip Field, which will soon add 10,000 BPD from the Kedung Keris Field in Bojonegoro, East Java.

the Banyu Urip Field ExxonMobil

Oil from Bojonegoro has flowed through a 72 kilometer (km) pipeline to a facility in Palang, Tuban, East Java. Subsequently, it will be channeled again 23 km through an underwater pipeline to the mooring tower, the location of the Gagak Rimang Floating Storage and Storage (FSO) loading ship. If the 2.1 million barrels of oil supertanker is disrupted, the field cannot continue production.

FSO Gagak Rimang

"In the production-ready for sale or lifting oil from the field depends on the readiness of ships such as FSO Gagak Rimang," said SKK Business Support Specialist Migas Jabanusa (Java Bali Nusa Tenggara) Ami Hermawati in Kompas Talk at Kompas Editor in Surabaya, East Java.

The Banyuurip Field

The discussion with the theme "The Role of Floating Storage and Offloading / Crowding Rimang FSO as Supporting Banyu Urip Field Operations for National Energy Security" presented speakers from ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), SKK Migas (Special Work Unit for Implementing Upstream Oil and Gas Business Activities), and University academics Airlangga, and Surabaya State Shipping Polytechnic (PPNS).

ExxonMobil Offshore Installation Manager Singgih Sugiharto added that the first oil transfer from FSO Gagak Rimang to the buyer's supertankers took place in April 2015. The ship with a deadweight of 302,000 DWT or included in the VLCC (very large crude carrier) category had done 512 liftings.

     That is a month of 11-12 times the loading and unloading of oil from Crow Rimang which has 17 tanks to other ships. Gagak Rimang only serves the transfer of oil to 50,000-300,000 DWT supertankers. The distribution of oil from the field to the mooring tower and FSO Gagak Rimang requires at least 18 hours. Oil from Crow Bimang is taken by large ships that ship to domestic refineries, namely Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, and Balongan.

Energy Resistance

Unair Vice Dean of the Faculty of Economics and Business Unair Rudi Purwono said the reliability of production in the Cepu Block and the FSO Gagak Rimang operation determines the resilience of the national energy system. If disturbed, 220,000 BPD of oil will be late to the public. The issue of energy availability is very sensitive.

"On the other hand, oil consumption is still 1.5 million barrels so that Indonesia is forced to import. Don't let the import balance increase because consumption rises, "said Rudi.

If imports expand, energy security is threatened. PPNS Director Eko Julianto said the existence of FSO Gagak Rimang shows that the sea is still the future of energy production and distribution. Marine technology education institutions should welcome it by preparing skilled and competent graduates so they can fulfill the qualifications to work on the supertanker ships. At oil lifting locations, maneuvering of fishing vessels could jeopardize the transfer of inter-ship oil from FSO Gagak Rimang to other supertankers.

"With a length of 330 meters, the ship requires a broad sterile radius for maneuver. Likewise, the buyer ships, "said Singgih.

At least 500 meters from the radius of FSO Gagak Rimang must be sterile from fishing activities. Therefore the temperature of the oil pipe is warm and light bright in the Crow Rimang installation in the middle of the sea, the location was a place for fish to gather. The condition also made the fishermen join in searching for fish near the installation in the sea.

IN INDONESIA

Supertanker Menunjang Ketahanan Energi


Pengoperasian supertanker untuk bongkar muat minyak dan gas penting bagi ketahanan energi. Distribusi migas bervolume besar melalui laut, setelah dieksploitasi dan diproduksi di darat, lebih efisien dan hemat menggunakan supertanker. Tahun 2019, hingga lewat semester I, produksi minyak nasional 752.000 barel per hari (bph) atau 97 persen target nasional. 

     Dari 725.000 bph itu, sebesar 220.000 bph dihasilkan ExxonMobil dari Lapangan Banyu Urip, yang segera akan bertambah 10.000 bph dari Lapangan Kedung Keris di Bojonegoro, Jawa Timur.

Minyak dari Bojonegoro itu dialirkan melalui pipa sepanjang 72 kilometer (km) ke fasilitas di Palang, Tuban-Jawa Timur. Selanjutnya, dialirkan lagi 23 km lewat pipa bawah laut ke mooring tower, lokasi tertambatnya kapal alir muat Floating Storage and Offloading/FSO) Gagak Rimang. Jika supertanker berkapasitas 2,1 juta barel minyak itu terganggu, lapangan tak bisa melanjutkan produksi.

”Keandalam produksi siap jual atau lifting minyak dari lapangan bergantung kesiapan kapal seperti FSO Gagak Rimang,” kata Spesialis Dukungan Bisnis SKK
Migas Jabanusa (Jawa Bali Nusa Tenggara) Ami Hermawati dalam Bincang Kompas di Redaksi Kompas Biro Surabaya, Jawa Timur.

Diskusi bertema ”Peran Floating Storage and Offloading/FSO Gagak Rimang sebagai Penunjang Operasi Lapangan Banyu Urip untuk Ketahanan Energi Nasional” itu menghadirkan narasumber dari ExxonMobil Cepu Limited, SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi), serta akademisi Universitas Airlangga, dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).

Manajer Instalasi Lepas Pantai ExxonMobil Singgih Sugiharto menambahkan pemindahan minyak perdana dari FSO Gagak Rimang ke supertanker pembeli terjadi April 2015. Kapal berbobot mati 302.000 DWT atau masuk kategori VLCC (very large crude carrier) ini sudah melakukan 512 lifting. Artinya, sebulan terjadi 11-12 kali bongkar muat minyak dari Gagak Rimang yang memiliki 17 tangki ke kapal-kapal lain. 

    Gagak Rimang hanya melayani pemindahan minyak ke supertanker 50.000-300.000 DWT. Penyaluran minyak dari lapangan ke mooring tower dan FSO Gagak Rimang setidaknya perlu 18 jam. Minyak dari Gagak Bimang diambil kapal-kapal besar yang mengirim ke kilang-kilang domestik, yakni Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, dan Balongan.

Ketahanan Energi 

Wakil Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unair Rudi Purwono mengatakan, keandalan produksi di Blok Cepu dan operasional FSO Gagak Rimang menentukan ketangguhan sistem energi nasional. Jika terganggu, 220.000 bph minyak akan terlambat sampai ke masyarakat. Isu ketersediaan energi sangat sensitif. 

”Di sisi lain, konsumsi minyak masih 1,5 juta barel sehingga Indonesia terpaksa mengimpor. Jangan sampai neraca impornya membesar karena konsumsi naik,” kata Rudi. 

Jika impor membesar, ketahanan energi terancam. Direktur PPNS Eko Julianto mengatakan, keberadaan FSO Gagak Rimang memperlihatkan bahwa laut masih masa depan produksi dan distribusi energi. Lembaga pendidikan teknologi kelautan patut menyambutnya dengan menyiapkan lulusan yang ahli dan kompeten sehingga bisa memenuhi kualifikasi berkarya di kapal-kapal supertanker itu. Di lokasi lifting minyak, manuver kapal-kapal nelayan bisa membahayakan pemindahan minyak antar-kapal dari FSO Gagak Rimang ke supertanker lain. 

”Dengan panjang 330 meter, kapal memerlukan radius steril luas untuk manuver. Begitu juga kapal-kapal pembeli,” kata Singgih. 

Setidaknya, 500 meter dari radius FSO Gagak Rimang harus steril dari aktivitas penangkapan ikan. Oleh karena suhu pipa minyak yang hangat dan cahaya terang di instalasi Gagak Rimang di tengah laut, lokasi itu menjadi tempat ikan berkumpul. Kondisi itu juga membuat para nelayan turut mencari ikan di dekat instalasi di laut tersebut.

Kompas, Page-15, Wednesday, 11 Dec 2019

Advantages of Inhibiting Transition of Rokan Block



Until now, negotiations between PT Pertamina and PT Chevron Pacific Indonesia in the transition period over the management of the Rokan Block have yet to be resolved. This condition can disrupt the production at Block Rokan.

the Rokan Block

The Head of the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities, Dwi Soetjipto, said that discussions continue every week.

Dwi Soetjipto

"The calculation of profit problems for the next two years and their liabilities (become obstacles)," he said.

Different assumptions from the two parties have not yet reached an agreement. Pertamina intends to enter the Rokan Block early to carry out drilling activities to avoid a decline in production.

Dwi claims, the technical negotiations have been completed, such as the planned number of drilling by Pertamina. Even Pertamina has prepared a scheme if it can enter earlier in 2020. In August 2021, Pertamina officially managed the Rokan Block.

SKK Migas hopes that all parties will encourage business to business agreements and both parties can be reached. 

Luhut Binsar Panjaitan

     Previously, the Coordinating Minister for Maritime Affairs and Investment, Luhut Binsar Panjaitan, revealed that it was possible for Pertamina Chevronenter earlier in the process of transferring the management of the Rokan Block. Minister Luhut asked Pertamina, Chevron, and SKK Migas to immediately complete the negotiation process.

Chevron

IN INDONESIA

Faktor Keuntungan Hambat Transisi Blok Rokan


Hingga saat ini, negosiasi antara PT Pertamina dan PT Chevron Pacific Indonesia pada masa transisi alih kelola Blok Rokan belum menemui penyelesaian. Kondisi ini bisa mengganggu lalu produksi di Blok Rokan. 

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Dwi Soetjipto, mengatakan pembahasan terus dilakukan setiap pekan. 

"Hitung-hitungan masalah keuntungan untuk dua tahun ke depan dan liabilitasnya (menjadi kendala)," tutur dia.

Asumsi yang berbeda dari kedua pihak menyebabkan kesepakatan berlum tercapai. Pertamina berkeinginan untuk masuk Blok Rokan lebih awal demi melaksanakan kegiatan pengeboran untuk menghindari terjadinya penurunan produksi. 

Dwi mengklaim, negosiasi yang bersifat teknis telah rampung, seperti rencana jumlah pengeboran oleh Pertamina. Bahkan Pertamina telah menyiapkan skema jika bisa masuk lebih awal di tahun 2020. Pada Agustus 2021, Pertamina secara resmi mengelola Blok Rokan. 

SKK Migas mengharapkan dorongan semua pihak agar kesepakatan business to business dan kedua pihak dapat tercapai. Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengungkapkan adanya kemungkinan bagi Pertamina untuk masuk lebih awal dalam proses alih kelola Blok Rokan. Menteri Luhut meminta Pertamina, Chevron, dan SKK Migas segera merampungkan proses negosiasi.

Kontan, Page-14, Tuesday, 10 Dec 2019