google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 All Posts - MEDIA MONITORING OIL AND GAS -->

MARKET

Monday, January 20, 2020

Rokan Block Production Down to 161 Thousand BPH



Next year's Rokan Block oil production is targeted at only 161 thousand barrels per day (BPD), down 15.26% from this year's production target of 190 thousand BPD. The process of transfer of management to PT Pertamina (Persero) must be completed immediately so that the oil and gas block production can be higher.

Dwi Soetjipto

Head of the Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) Dwi Soetjipto said the Rokan Block oil production target will drop next year because of the production sharing contract / PSC block has run out in 2021. So the Rokan Block contractor, namely PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), reduces its operating activities.

the Rokan Block

"The Rokan oil production target of 161 thousand BPD is down because there is no activity. So we now encourage the transition to take place as quickly as possible, "he said during a visit to Bojonegoro.
He explained, the Rokan Block oil production target of 161 thousand BPD only counted Chevron's planned activities. Because, in the work plan and budget (work plan and budget / WP & B) Block Rokan, has not included the planned activities to be carried out by Pertamina in the transition period in 2020.

"It is hoped that Pertamina can enter to conduct drilling, it is hoped that it can improve what is included in WP&B," Dwi said.

Regarding the transfer of management of the Rokan Block, he said that Pertamina and Chevron were still having discussions. One of the problems that are driving up these negotiations is the question of economics. Both have their respective counts related to liabilities and benefits that exist in the next two years until the end of 2021. Dwi added, the negotiations between the two oil and gas companies were almost final.

"Pertamina plans to report this week, for the legal and valuation aspects," he said.

In the transition period, he hopes that Pertamina can increase investment in the Rokan Block. Thus, there is additional production potential from drilling activities carried out by the state-owned oil and gas company. But this still depends on the results of discussions between the two companies. 

     Dwi had revealed, Pertamina already has a plan related to what activities will be carried out in the Rokan Block next year. Not only that, the state-owned oil and gas company has also prepared funds. It also hopes that Pertamina can implement the advanced oil recovery (EOR) method that has been researched by Chevron.


Previously, Pertamina Upstream Director Dharmawan H Samsu had revealed, his side was ready to fund the drilling of wells in the Rokan Block next year. However, the realization of this activity depends on the agreement with Chevron. Regarding the number of wells to be drilled, he wants as much as possible, but this is influenced by the availability of the wellhead and valve they have.

During the heyday of Rokan Block in 1973, oil production was almost 1 million BPD. However, oil and gas block production continues to decline over time. In 2011, the Rokan Block still produced around 356.98 thousand BPD of oil or contributed 39.56% of the total national oil production at that time 902.35 BPD. However, referring to SKK Migas data, at the end of September 2019, the block oil lifting was only 192,193 BPD or 25.8% of the total national oil lifting of 744,700 BPD.

    The government has appointed Pertamina as the operator of the Rokan Block after its existing contract expires in 2021 in July last year. However, the Rokan Block PSC contract for the period after 2021 was only signed by Pertamina in May 2020. The transition process for the management of the new Rokan Block is rolling after the new contract is signed.

IN INDONESIA

Produksi Blok Rokan Turun Menjadi 161 Ribu BPH


Produksi minyak Blok Rokan pada tahun depan ditargetkan hanya 161 ribu barel per hari (bph), turun 15,26% dari target produksi tahun ini sebesar 190 ribu bph. Proses alih kelola ke PT Pertamina (Persero) harus segera rampung agar produksi blok migas ini bisa lebih tinggi. 

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, target produksi minyak Blok Rokan turun di tahun depan lantaran production sharing contract/PSC blok tersebut habis di 2021. Sehingga kontraktor Blok Rokan, yakni PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), mengurangi aktifitas operasinya.

“Target produksi minyak Rokan 161 ribu bph, turun, karena tidak ada aktifitas. Maka kami sekarang mendorong transisi berlangsung secepat-cepatnya,” kata dia dalam kunjungan ke Bojonegoro.

Dia menjelaskan, target produksi minyak Blok Rokan 161 ribu bph hanya menghitung rencana kegiatan Chevron. Pasalnya, dalam rencana kerja dan anggaran (work plan and budget/WP&B) Blok Rokan, belum memasukkan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh Pertamina di masa transisi pada tahun 2020.

“Diharapkan Pertamina bisa masuk untuk melakukan drilling, diharapkan bisa memperbaiki apa yang masuk dalam WP&B,” ujar Dwi.
Terkait alih kelola Blok Rokan, disebutnya bahwa Pertamina dan Chevron masih melakukan diskusi. Salah satu masalah yang mengganjak negosiasi ini yakni soal keekonomian. Keduanya memiliki hitungan masing-masing terkait liabilitas dan manfaat yang ada dalam dua tahun ke depan hingga akhir 2021. Dwi menambahkan, negosiasi kedua perusahaan migas itu hampir final.

“Pertamina berencana melaporkan pada minggu ini, untuk aspek legal dan aspek valuasi,” tuturnya.

Pada masa transisi, pihaknya berharap Pertamina bisa menambah investasi di Blok Rokan. Sehingga, ada tambahan potensi produksi dari aktifitas pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan migas pelat merah itu. Namun hal ini masih tergantung hasil diskusi kedua perusahaan. 

      Dwi sempat mengungkapkan, Pertamina telah memiliki perencanaan terkait kegiatan apa saja yang akan dijalankan di Blok Rokan pada tahun depan. Tak hanya itu, perusahaan migas pelat merah itu juga telah menyiapkan dananya. Pihaknya juga berharap Pertamina dapat mengimplementasikan metode pengurasan minyak tahap lanjut (enhanced oil recovery/EOR) yang telah diriset Chevron.

     Sebelumnya, Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu sempat mengungkapkan, pihaknya siap mendanai pengeboran sumur di Blok Rokan pada tahun depan. Namun, realisasi kegiatan ini tergantung pada kesepakatan dengan Chevron. Terkait jumlah sumur yang akan dibor, pihaknya ingin sebanyak-banyaknya, namun hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan well head dan valve yang dimiliki. 

Blok Rokan pada masa kejayaannya di 1973, produksi minyaknya hampir mencapai 1 juta bph. Namun, produksi blok migas ini terus turun seiring waktu. Di 2011, Blok Rokan masih menghasilkan minyak sekitar 356,98 ribu bph atau berkontribusi 39,56% dari total produksi minyak nasional saat itu 902,35 bph. Namun mengacu data SKK Migas, di akhir September 2019 lalu, lifting minyak blok ini hanya 192.193 bph atau 25,8% dari total lifting minyak nasional 744.700 bph. 

Pemerintah telah menetapkan Pertamina sebagai operator Blok Rokan pasca kontrak eksistingnya berakhir pada 2021 nanti pada Juli tahun lalu. Namun, kontrak PSC Blok Rokan untuk periode setelah 2021, baru ditandatangani oleh Pertamina pada Mei tahun 2020 ini. Proses transisi pengelolaan Blok Rokan baru bergulir pasca kontrak baru ditandatangani.

Investor Daily, Page-9, Saturday, Dec 21, 2019

Pertamina EP Achieved a Profit of US $ 604 Million



Until November 2019, a subsidiary of PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP, posted revenues of US $ 2,714 million. Of the total income, PEP received a profit of US $ 604 Million.

"Financial performance is certainly influenced by several factors including oil prices and exchange rates," said Pertamina EP President Director Nanang Abdul Manaf.


In the same period, total PEP oil production reached 82,396 BOPD. The realization is 101% of the 2019 Oil Production Target contained in the Work Plan and Corporate Budget (RKAP). While PEP gas production is at 957 MMSCFD or 99% of the Gas Production Target in 2019 RKAP.

"The achievement of oil and gas production targets is supported by a series of work program execution that is integrated and in accordance with the time frame," he said.

Up to November 2019 the number of drilling has reached 91 wells, of which 12 are still in the process of completion. While the number of workover wells completed as of November 2019 reached 184 wells. There are still 9 more wells that will be completed in the near future.

Nanang explained that well exploration also continues and has reached 10 wells, as many as three of them are in the process of completion until the end of December 2019. Not only that, mapping in the search for oil and gas technology with two dimensions (2D) and three dimensions (3D) is also carried out by PEP support exploration activities. Until November 2019, PEP has conducted a 2D seismic survey of 48 km and a 3D seismic survey of 469 km2.

This achievement certainly cannot be separated from the synergy and hard work of all PEP people. With a total working time of 91,487,347 working hours survived, PEP continues to uphold the HSSE (Health, Safety, Security, and Environmental) aspects so as to successfully maintain zero fatality until November 2019. In addition to improving performance in terms of production, PEP also continues to strive to develop programs for community development.

Consistency and enthusiasm to grow and develop with the community continue to be proven by developing various Corporate Social Responsibility (CSR) programs intended for the community around the area of ​​work operations.

Commitment accompanied by hard work certainly produces results. Throughout 2019, PEP won various awards as a form of appreciation for the PEP CSR program. Some of them are the Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA), the Indonesia Green Awards (IGA), the Nusantara CSR Award, the Ministry of Health CSR Award, Local Hero & PROPER Hero Pertamina 2019.

"In accordance with the vision and mission of our CSR to grow and develop with the community, we will continue to synergize and support sustainable community development," he said.

IN INDONESIA

Pertamina EP Meraih Laba Sebesar US$ 604 Juta

Hingga November 2019, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP, membukukan pendapatan sebesar US$ 2.714 juta. Dari jumlah pendapatan tersebut, PEP mendapatkan keuntungan sebesar US$ 604 Juta.

"Kinerja keuangan tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga minyak dan nilai kurs," kata Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf.

Pada periode yang sama, total produksi minyak PEP mencapai 82.396 BOPD. Realisasi tersebut merupakan 101% dari Target Produksi Minyak tahun 2019 yang ada dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Sementara produksi gas PEP berada di angka 957 MMSCFD atau 99% dari Target Produksi Gas dalam RKAP 2019.

"Pencapaian target produksi baik minyak maupun gas didukung oleh rangkaian eksekusi program kerja yang terintegrasi serta sesuai dengan tatanan waktu,” ujarnya.

Jumlah pengeboran hingga November 2019 mencapai 91 sumur di mana 12 sumur di antaranya masih dalam proses penyelesaian. Sementara jumlah sumur work over yang telah selesai per November 2019 mencapai 184 sumur. Masih ada 9 sumur lagi yang akan rampung dalam waktu dekat. 

Nanang menjelaskan bahwa eksplorasi sumur juga terus dilakukan dan telah mencapai 10 sumur, sebanyak tiga di antaranya dalam proses penyelesaian hingga akhir Desember 2019. Tidak hanya itu, pemetaan dalam pencarian migas berteknologi dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D) juga dilakukan PEP untuk mendukung kegiatan eksplorasi. Hingga November 2019, PEP telah melakukan survei seismik 2D sebesar 48 km dan survei seismik 3D sebesar 469 km2.

Pencapaian ini tentu tidak terlepas dari sinergitas dan kerja keras seluruh insan PEP. Dengan total waktu kerja sebesar 91.487.347 jam kerja selamat, PEP senantiasa menjunjung tinggi aspek HSSE (Health, Safety, Security, and Environmental) sehingga berhasil mempertahankan zero fatality hingga November 2019. Selain meningkatkan performa dari segi produksi, PEP juga terus berusaha mengembangkan program pemberdayaan masyarakat. 

Konsistensi dan semangat untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat terus dibuktikan dengan mengembangkan berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) yang diperuntukkan bagi masyarakat di sekitar wilayah operasi kerja. 

Komitmen yang diiringi dengan kerja keras tentu membuahkan hasil. Sepanjang tahun 2019, PEP meraih berbagai penghargaan sebagai bentuk apresiasi terhadap program CSR PEP. Beberapa di antaranya adalah Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA), Indonesia Green Awards (IGA), Nusantara CSR Award, Kementerian Kesehatan CSR Award, Local Hero & PROPER Hero Pertamina 2019.

"Sesuai dengan visi misi CSR kami agar tumbuh dan berkembang bersama masyarakat, kami akan terus bersinergi dan mendukung pembangunan masyarakat yang berkelanjutan," katanya.

Investor Daily, Page-9, Friday, Dec 20, 2019

PLN Becomes Potential Potential Buyer of LNG Masala Project



The Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) stated that PT PLN (Persero) is committed to buying liquefied natural gas / LNG from the Abadi LNG Project, Masela Block, around 2-3 million tons per year.

Dwi Soetjipto

Head of SKK Migas Dwi Soetjipto said, his party and Inpex Masela Ltd had obtained LNG purchase commitments from several companies, one of which was PLN. However, the purchase of LNG is still waiting for PLN to ensure its gas needs in the future.

"We have gotten an illustration from PLN, maybe 2-3 million tons per year. It's just that PLN is still waiting for the revision of the RUPTL (General Plan for Electric Power Supply) and later approval of the RUPTL in the future, "Dwi said after the socialization of the Abadi LNG Project to the National Upstream Oil and Gas Support Industry.

According to Dwi, other companies have also expressed their interest in absorbing LNG from the Abadi Project. One of these companies is the Japanese LNG company, Tokyo Gas. So, until now, around 40-50% of the total estimated LNG production of this project of 9.5 million tons per year has a commitment to purchase.

It was stated that Inpex had actually traveled to various countries offering LNG produced by the Abadi Project. It's just that, at this time the world market is indeed an excess of gas supply, so domestic LNG marketing is very challenging. The existence of this purchase commitment will only be binding after the prospective buyer sends a letter of intent (LoI).

"From the marketing side that has been awaited, is it the LoI from companies that indeed they will take a certain amount. This soon some friends have moved. The most obvious is PT PLN, "Dwi said.

Even though he already had a commitment, he admitted there had been no discussion about gas prices. Because the price of gas will follow the prices in the international market. In addition to LNG, the Abadi Project will also flow its gas through pipelines to an area of ​​around 150 million cubic feet per day / mmscfd. According to him, potential buyers for this gas supply also already exist.

"Gas pipelines that are interested in building petrochemicals there already exist," he said.

Dwi explained gas production from the Abadi Project was prioritized to meet domestic needs. This means that if there are no more domestic companies buying, the gas supply will be offered to international buyers. Domestically, besides PLN, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk is also said to be interested in buying gas from the Abadi Project.

the Masela Block

"If we look at the gas balance, the possibility of decline from the existing [oil and gas block], later until 2027 added with piped gas, we have calculated approximately 60% for domestic and 40% exports," he said.

He stressed, this commitment to purchase gas is important for the continued development of the Abadi LNG Project. The reason, financial institutions will only be willing to provide funding if Inpex already has a commitment to buy from the end customer. 

    While marketing its gas, Inpex is now also completing an environmental impact analysis (EIA) and compiling a detailed front end engineering design (FEED) for this project. This commitment to purchase gas and FEED is needed to finalize the final investment / FID decision. After the FID is reached, the Abadi Project will enter the construction phase.



SKK Migas targets Proyak Abadi to start production in 2027. The project is projected to produce 9.5 million tons of gas per year in LNG and 150 mmscfd for pipeline gas. Inpex Corporation through its affiliate, Inpex Masela Ltd, has signed an amendment to the Masela Block production sharing contract (PSC).



The oil and gas block contract was extended by 27 years so that the contract expired in 2055 from 2028. The National SKK Migas National Industry also invited national industries engaged in upstream oil and gas support services to work on the Abadi LNG Refinery Project, the Masela Block. This is to maximize the level of domestic component (TKDN) in the project, as well as the development of national capacity for vendors and workers.

Dwi Soetjipto said the Abadi LNG Project is ready to begin in 2020. Therefore, it and the government continue to encourage capacity building and the ability of Indonesian vendors and workers according to the standards required by the Abadi LNG project.

"This project is a golden opportunity for Indonesia to build its national capacity and capabilities in the deep sea. Because in the future the potential of oil and gas reserves will shift to the deep sea, "Dwi said.

In this socialization, details of the national capacity building program were conveyed to the upstream oil and gas industry and banking supporting associations. Some of them are the identification and assessment of company and manufacturer capabilities, gap analysis between the capability and capacity of the manufacturer and the specifications and volume of the Abadi LNG project, coordination with potential manufacturers in increasing production capacity and quality in order to meet the Abadi LNG project standards, and assistance in accessing banking capital.

"This project is expected to be able to encourage multiplier effects at the national and regional levels, starting from the construction phase of the Abadi LNG project in the next 2-3 years. This is real multiple effects that will soon be realized, "Dwi said.

Dwi explained, strengthening the capability of regional companies and local communities was one of the programs that had been prepared by INPEX together with SKK Migas. So that the benefits of the Abadi LNG project really have an economic impact and prosperity in the surrounding area, such as in the Tanimbar Islands Regency and Maluku Province.

The efforts undertaken include facilitating cooperation between national contractors and regional vendors, assistance to regional governments in preparing local workers and vendors in accordance with the Abadi LNG project qualifications. According to him, the implementation of these programs will involve a variety of relevant stakeholders, such as vendors from the upstream oil and gas supporting industry, BUMN, banking and other financing institutions, regional governments, and prospective workers.

"I am optimistic that in the next 2-3 years the national capacity of vendors and Indonesian workers will be able to meet the needs of the Abadi LNG project and the TKDN target in the Abadi LNG project can be achieved," Dwi said.

Based on SKK Migas calculations which have also been agreed upon in the development plan (POD), the utilization of TKDN of the Abadi LNG project will reach 26.62%.

"With a project development value of around US $ 19.8 billion, there will be a potential of US $ 5.27 billion, equivalent to around Rp 73 trillion in domestic goods / services expenditure. This is a very large number, and is a tangible manifestation of the upstream oil and gas contribution in developing the Indonesian economy, "said Dwi.

This TKDN can be in the form of various goods and services that are available domestically and able to meet the needs of the Abadi LNG project construction and production phase. With the TKDN provided by Indonesian companies at the national and regional levels, employment for the Indonesian people will also emerge.

Meanwhile, President Director of Indonesia INPEX Masela Ltd Akihiro Watanabe said, INPEX supported the TKDN utilization program, the use of vendors, and the absorption of Indonesian workers for the development of the Abadi LNG Project.

"The Abadi LNG project is very important both for us and for Indonesia, so we support this joint synergy step fully," he said.

IN INDONESIA

PLN Menjadi Calon Pembeli Potensial LNG Proyek Masala


Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan PT PLN (Persero) berkomitmen membeli gas alam cair/LNG dari Proyek LNG Abadi, Blok Masela sekitar 2-3 juta ton per tahun. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, pihaknya dan Inpex Masela Ltd telah memperoleh komitmen pembelian LNG dari beberapa perusahaan, salah satunya PLN. Namun pembelian LNG ini masih menunggu PLN memastikan kebutuhan gasnya di masa mendatang.

“Kami sudah dapat gambaran dari PLN, mungkin 2-3 juta ton per tahun. Hanya saja, PLN masih menunggu revisi RUPTL (Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik) dan nanti persetujuan RUPTL ke depan,” kata Dwi usai Sosialisasi Proyek LNG Abadi Kepada Industri Nasional Penunjang Hulu Migas.

Menurut Dwi, perusahaan lain juga telah menyatakan minatnya untuk menyerap LNG dari Proyek Abadi. Salah satu perusahaan ini yakni perusahaan LNG asal Jepang, Tokyo Gas. Sehingga, hingga kini, sekitar 40-50% dari total estimasi produksi LNG proyek ini sebesar 9,5 juta ton per tahun sudah memiliki komitmen pembelian. 

Disebutkan bahwa Inpex sebenarnya telah berkeliling ke berbagai negara menawarkan LNG yang dihasilkan Proyek Abadi. Hanya saja, saat ini pasar dunia memang sedang kelebihan pasokan gas, sehingga pemasaran LNG domestik ini sangat menantang. Adanya komitmen pembelian ini pun baru akan mengikat setelah perusahaan calon pembeli mengirimkan letter of intent (LoI).

“Dari pihak marketing yang ditunggu itu kan LoI dari perusahaan-perusahaan bahwa memang dia akan mengambil pada jumlah tertentu. Ini segera beberapa kawan sudah bergerak. Yang paling jelas PT PLN,” kata Dwi. 

Meski sudah memiliki komitmen pun, diakuinya belum ada pembicaraan soal harga gas. Pasalnya, harga gas nantinya akan mengikuti harga yang ada di pasar internasional. Selain LNG, Proyek Abadi juga akan mengalirkan gasnya melalui pipa untuk wilayah sekitar sebesar 150 juta kaki kubik per hari/mmscfd. Menurutnya, calon pembeli untuk pasokan gas ini juga sudah ada.

“Gas pipa yang berminat untuk yang membangun petrokimia di sana juga sudah ada,” ujarnya.

Dwi menjelaskan, produksi gas dari Proyek Abadi diutamakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Artinya, jika perusahaan dalam negeri tidak ada lagi yang memebeli, maka pasokan gas akan ditawarkan ke pembeli internasional. Di dalam negeri, selain PLN, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk disebut juga berminat membeli gas dari Proyek Abadi.

“Kalau kita lihat dari gas balance, kemungkinan decline dari existing [blok migas], nanti sampai 2027 ditambah gas pipa, kami sudah menghitung kira-kira 60% untuk dalam negeri dan ekspor 40%,” kata dia.

Ditegaskannya, komitmen pembelian gas ini penting untuk kelanjutan pengembangan Proyek LNG Abadi. Pasalnya, lembaga keuangan hanya akan mau memberikan pendanaan jika Inpex telah memiliki komitmen pembelian dari konsumen akhir. Sembari memasarkan gasnya, Inpex kini juga seang merampungkan analisis dampak lingkungan (Amdal) dan menyusun desain rinci (front end engineering design/FEED) proyek ini. Komitmen pembelian gas dan FEED ini dibutuhkan untuk penyelesaian keputusan akhir investasi /FID. Setelah FID tercapai, Proyek Abadi akan masuk tahap konstruksi.

SKK Migas menargetkan Proyak Abadi akan mulai berproduksi pada 2027. Proyek ini diproyeksikan menghasilkan gas sebesar 9,5 juta ton per tahun dalam bentuk LNG dan 150 mmscfd untuk gas pipa. Inpex Corporation melalui afiliasinya, Inpex Masela Ltd, telah menandatangani amendemen kontrak kerja sama (production sharing contract/ PSC) Blok Masela. 

Kontrak blok migas ini diperpanjang 27 tahun sehingga kontraknya berakhir pada 2055 dari awalnya 2028 Industri Nasional SKK Migas juga mengajak industri nasional yang bergerak di bidang jasa penunjang hulu migas untuk ikut menggarap Proyek Kilang LNG Abadi, Blok Masela. Hal ini guna memaksimalkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam proyek tersebut, serta pengembangan kapasitas nasional untuk vendor dan tenaga kerja.

Dwi Soetjipto menuturkan, Proyek LNG Abadi siap dimulai pada tahun 2020. Karenanya, pihaknya dan pemerintah terus mendorong peningkatan kapasitas serta kemampuan vendor dan tenaga kerja Indonesia sesuai standar yang diperlukan proyek LNG Abadi.

“Proyek ini adalah kesempatan emas bagi Indonesa untuk membangun kapasitas nasional dan kemampuannya di laut dalam. Karena di masa mendatang potensi cadangan migas akan bergeser ke laut dalam,” kata Dwi.

Dalam sosialisasi ini, detil dari program peningkatan kapasitas nasional disampaikan kepada asosiasi industri penunjang hulu migas dan perbankan. Beberapa diantaranya yakni identifikasi dan penilaian kemampuan perusahaan dan pabrikan, analisa gap antara kemampuan dan kapasitas pabrikan dengan spesifikasi dan volume proyek LNG Abadi, koordinasi bersama pabrikan potensial dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi agar bisa memenuhi standar proyek LNG Abadi, serta bantuan akses modal perbankan.

“Proyek ini diharapkan dapat mendorong multiplier effect di tingkat nasional maupun daerah, mulai dari fase konstruksi proyek LNG Abadi sekitar 2-3 tahun lagi. Ini merupakan efek berganda nyata yang akan segera terwujud,” ujar Dwi.

Dijelaskan Dwi, penguatan kemampuan perusahaan daerah dan masyarakat lokal menjadi salah satu program yang sudah disiapkan oleh INPEX bersama SKK Migas. Sehingga manfaat proyek LNG Abadi ini benar-benar memberikan dampak ekonomi dan kesejahteraan di wilayah sekitar, seperti di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Provinsi Maluku. 

Upaya yang dilakukan antara lain dengan memfasilitasi kerja sama antara kontraktor nasional dan vendor daerah, bantuan kepada pemda dalam menyiapkan tenaga kerja dan vendor setempat sesuai kualifikasi proyek LNG Abadi. Menurutnya, pelaksanaan program-program ini akan melibatkan berbagai para pemangku kepentingan terkait, seperti para vendor dari industri penunjang hulu migas, BUMN, lembaga perbankan dan pembiayaan lainnya, pemerintah daerah, dan calon tenaga kerja.

“Saya optimis 2-3 tahun lagi kapasitas nasional dari vendor maupun tenaga kerja Indonesia akan mampu memenuhi standar kebutuhan proyek LNG Abadi serta target TKDN di proyek LNG Abadi dapat tercapai,” tutur Dwi.

Berdasarkan perhitungan SKK Migas yang juga telah disepakati dalam rencana pengembangan (Plan of Development/POD), pemanfaatan TKDN proyek LNG Abadi akan mencapai 26,62 %. 

“Dengan nilai pembangunan proyek sekitar US$ 19,8 miliar, maka akan ada potensi US$ 5,27 miliar atau setara dengan sekitar Rp 73 triliun belanja barang/jasa di dalam negeri. Ini adalah jumlah yang sangat besar, dan salah satu wujud nyata kontribusi hulu migas dalam membangun perekonomian Indonesia,” tegas Dwi.

TKDN ini dapat berupa kebutuhan berbagai barang dan jasa yang telah tersedia di dalam negeri dan mampu memenuhi kebutuhan fase konstruksi dan produksi proyek LNG Abadi. Dengan TKDN itu disediakan oleh perusahaan Indonesia di tingkat nasional dan daerah, maka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia juga akan muncul. 

Sementara itu, Presiden Direktur Indonesia INPEX Masela Ltd Akihiro Watanabe mengatakan, INPEX mendukung program pemanfaatan TKDN, penggunaan vendor, dan penyerapan tenaga kerja Indonesia untuk pengembangan Proyek LNG Abadi.

“Proyek LNG Abadi ini sangat penting baik bagi kami maupun bagi Indonesia, sehingga langkah sinergi bersama ini kami dukung sepenuhnya,” ungkapnya.

Investor Daily, Page-9, Friday, Dec 20, 2019

SKK Migas Maping the Block Abadi LNG Buyers


The Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) stated that it has received an idea of ​​a buyer of 40% of the production capacity of the Masela Blok Abadi LNG project as much as 9.5 million tons per year (mtpa).

Migas Dwi Soetjipto

The Head of SKK Migas Dwi Soetjipto said that he had obtained a description of the gas needs of PT PLN (Persero) of around 2-3 million mtpa. However, to ensure these needs, PLN is still waiting for approval of the Electricity Supply Business Plan (RUPTL). In addition to prospective buyers from within the country, SKK Migas also captured the interest of foreign gas buyers, namely Tokyo Gas and Japan Corporation.

"Now maybe around 40% -50% have committed and conveyed their interest to take it," he said after the Socialization of the Abadi LNG Project to the National Upstream Oil and Gas Support Industry.



In addition to potential buyers who have been recorded, SKK Migas is also still waiting for a letter of interest to purchase gas from the Masela Block. Dwi added that the excess supply of world gas made searching for buyers even more challenging. The SKK Migas team together with lnpex Corporation are currently holding a roadshow in the search for potential buyers of the Masela refinery gas.

"Indeed, the problem is that lately, the world's excess gas supply is very much. This is a challenge. We haven't talked about prices yet, but we talk about volume because prices will depend on the market, "he added.

the Masela Block

The government has set the Masela Block production capacity of 9.5 metric tons per year (mtpa) of LNG and 150 million standard cubic feet (mmscfd) of gas pipelines. Cumulative production of condensate during 2027-2025 is estimated at 255.28 million MMSTB. 

      Dwi added prioritizing finding buyers of gas from within the country after the needs were met after it was sold for export needs. He estimates that by calculating the gas balance, SKK Migas has calculated that 60% will be purchased for domestic needs.


"With national production also going down because of the existing decline, it is certain that PLN is a buyer, while PGN, which also supplies industry, gas is for domestic use. The rest go abroad, "he said.

And in terms of the progress of project development, Dwi admits that the government and Inpex Corporation are taking care of all the requirements for developing the Masela Block in parallel. For example, SKK Migas helps Inpex Corporation take care of various land permits and environmental impact analysis, to help marketing. Not only that, SKK and Inpex will open tenders to select contractors who work on the system design process to be built (EPC) at the LNG plant.

Currently, lnpex Corporation is working on Front End Engineering Design (FEED) which is expected to be completed in the next two to three years. He explained in parallel the government would help Inpex to get additional fundraising.

"Because there are four groups that move parallel and for licensing, thank God, we get good support from various ministries and local governments," he said.

In terms of capacity building, with a construction project value of around US $ 19.8 billion, it is estimated that there is a potential of US $ 5.27 billion in domestic goods or services expenditure.

IN INDONESIA

SKK Migas Petakan Penyerap LNG Abadi

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan sudah mendapat gambaran pembeli 40% kapasitas produksi proyek LNG Abadi Blok Masela sebanyak 9,5 juta ton per tahun (mtpa). 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan telah mendapatkan gambaran kebutuhan gas dari PT PLN (Persero) sekitar 2-3 juta mtpa. Hanya saja, untuk kepastian kebutuhan tersebut, PLN masih menunggu persetujuan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Selain calon pembeli dari dalam negeri, SKK Migas juga menangkap minat pembeli gas dari luar negeri, yakni Tokyo Gas dan Japan Corporation.

“Sekarang mungkin sekitar 40%-50 % sudah ada yang berkomitmen dan menyampaikan minat untuk mengambil,” tuturnya usai acara Sosialisasi Proyek LNG Abadi kepada lndustri Nasional Penunjang Hulu Migas.

Selain calon pembeli yang sudah terekam, SKK Migas juga masih menunggu surat pernyataan minat untuk membeli gas dari Blok Masela tersebut. Dwi menambahkan pasokan gas dunia yang berlebih membuat pencarian pembeli menjadi semakin menantang. Adapun tim SKK Migas bersama lnpex Corporation saat ini sedang roadshow dalam pencarian pembeli potensial gas Kilang Masela. 

“Memang yang menjadi masalah bahwa belakangan ini suplai gas dunia berlebih sangat banyak. Ini yang menjadi tantangan. Kami belum berbicara harga, tapi bicara masalah volume karena harga nanti tergantung market,” tambahnya.

Pemerintah menetapkan kapasitas produksi Blok Masela 9,5 metrik ton per tahun (mtpa) LNG dan 150 juta standar kaki kubik (mmscfd) gas pipa. Kumulatif produksi kondensat selama 2027-2025 ditaksir 255,28 juta MMSTB. Dwi menambahkan mengutamakan mencari pembeli gas dari dalam negeri setelah kebutuhan terpenuhi setelah itu dijual untuk kebutuhan ekspor. Dia memperkirakan dengan memperhitungkan neraca gas, SKK Migas telah menghitung 60% akan terbeli untuk kebutuhan dalam negeri.

“Dengan produksi nasional nanti juga akan turun karena decline yang existing, memang sudah pasti pembeli PLN, sementara PGN yang juga supply ke industri, gas itu untuk dalam negeri. Sisanya ke luar negeri,” katanya.

Dan sisi kemajuan pengembangan proyek, Dwi mengaku pemerintah dan Inpex sedang membereskan semua persyaratan pengembangan Blok Masela
secara paralel. Misalnya, SKK Migas membantu Inpex mengurus bermacam perizinan lahan dan analisis dampak lingkungan, hingga membantu pemasaran. Tidak hanya itu, SKK dan Inpex akan membuka tender untuk memilih kontraktor yang mengerjakan proses perancangan sistem yang akan dibangun (EPC) di kilang LNG.

Saat ini, lnpex sedang mengerjakan Front End Engineering Design (FEED) yang diharapkan rampung dalam dua sampai tiga tahun mendatang. Ia menjelaskan secara paralel pemerintah akan membantu Inpex untuk mendapatkan tambahan penggalangan dana.

“Karena ada empat grup yang bergerak paralel dan untuk perizinan, alhamdulillah, kita mendapat support yang bagus dari berbagai kementerian dan pemerintah daerah,” ujarnya. 

Dari sisi peningkatan kapasitas, dengan nilai proyek pembangunan sekitar US$19,8 miliar diperkirakan ada potensi senilai US$5,27 miliar belanja barang atau jasa di dalam negeri. 

Bisnis Indonesia. Page-20, Friday, Dec 20, 2019

Friday, January 17, 2020

ExxonMobil Wants to Increase Production



ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) is applying for an environmental impact analysis (Amdal) permit to produce oil to a maximum capacity of 235,000 barrels per day (BPD) in the Cepu Block. Their maximum production permit is currently 220,000 BPD.


EMCL has conducted a technical study with the Ministry of Environment and Forestry (KLHK). Furthermore, the company which is headquartered in Texas, United States (US), will hold a joint study with the community.

Louise McKenzie

"This process has many stages, but we hope that EIA will come out within a month or two," said Louise McKenzie, President of ExxonMobil Cepu Limited in Bojonegoro, East Java.


For information, the Cepu Block has two production sources namely the Banyu Urip Field and the Kedung Keris Field. EMCL acts as an operator. The company is partnering with Pertamina EP Cepu (PEPC) and the Cepu Block Participating Interest Cooperation Agency.

The Kedung Keris Field

The Kedung Keris Field appeared later in 2011 and is located east of the Banyu Urip Field. The project consists of a well site for the operation of a well and a 15 km underground pipeline connected to the Banyu Urip Central Processing Facility. Estimated oil reserves from the Kedung Keris Field reach 20 million barrels of oil.

Since November this year, EMCL began producing oil at the Kedung Keris Field. Production volumes in the early stages are around 5,000 BPD. They believe they can increase production volume to 10,000 BPD at peak production.


The Special Task Force for Upstream Oil and Gas Business Activities (SKK Migas) notes. The Cepu Block is now the backbone of the national oil production source with a contribution of around 25%. Even his position has shifted the Rokan Block managed by PT Chevron Pacific Indonesia.

At present, the Rokan Block produces around 190,000 BPD of oil. While the production of the Cepu Block has reached more than 216,000 BPD. Even though in 2018, the Rokan Block will still be the largest national contributor.

Dwi Soetjipto

"2019 has been overtaken by Exxon Cepu and at the same time Rokan continues to decline," said Dwi Soetjipto, Head of SKK Migas.

And it is proven that additional production from the Kedung Keris Field has further strengthened the position of the Cepu Block. SKK Migas predicts that by 2020 the block will still hold the main control of national oil production. The reason is that the production of the Rokan Block will still go down in line with the transition of management transfer approaching the end of the contract.

Banyu Urip Field

But until before the Amdal permit to increase maximum production is obtained, the total Cepu Block production from the two fields must not exceed 220,000 BPD. Banyu Urip Field oil production must consider additional production from the Kedung Keris Field.

IN INDONESIA

ExxonMobil Ingin Meningkatkan Produksi


ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sedang mengajukan izin analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) agar bisa memproduksi minyak hingga kapasitas maksimal sebesar 235.000 barel per hari (bph) di Blok Cepu. Izin maksimal produksi mereka saat ini mencapai 220.000 bph.

EMCL telah rnelakukan kajian teknis dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Selanjutnya, perusahaan yang berkantor pusat di Texas, Amerika Serikat (AS), itu bakal menggelar kajian bersama dengan masyarakat. 

"Proses ini ada banyak tahapan, tetapi harapan kami amdal akan keluar dalam satu atau dua bulan ini," kata Louise McKenzie, Presiden ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro, Jawa Timur.

Sebagai Informasi, Blok Cepu memiliki dua sumber produksi yakni Lapangan Banyu Urip dan Lapangan Kedung Keris. EMCL bertindak sebagai operator. Perusahaan tersebut bermitra dengan Pertamina EP Cepu (PEPC) dan Badan Kerjasama Participating Interest Blok Cepu. 

Lapangan Kedung Keris muncul belakangan pada 2011 dan terletak di sebelah timur Lapangan Banyu Urip. Proyek itu terdiri dari tapak sumur untuk operasi satu sumur serta pipa bawah tanah sepanjang 15 km yang tersambung dengan Fasilitas Pengolahan Pusat Banyu Urip. Perkiraan cadangan minyak dari Lapangan Kedung Keris mencapai 20 juta barel minyak.

Sejak November tahun ini, EMCL mulai memproduksi minyak di Lapangan Kedung Keris. Volume produksi pada tahap awal sekitar 5.000 barel BPH. Mereka yakin bisa menambah volume produksi hingga 10.000 bph pada saat puncak produksi. 

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat. Blok Cepu kini menjadi tulang punggung sumber produksi minyak nasional dengan kontribusi sekitar 25%. Bahkan posisinya telah menggeser Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia. 

Saat ini, Blok Rokan memproduksi sekitar 190.000 bph minyak. Sementara produksi Blok Cepu sudah lebih dari 216.000 bph. Padahal tahun 2018, Blok Rokan masih menjadi kontributor terbesar nasional. 

"Tahun 2019 sudah disalip oleh Exxon Cepu dan di saat yang sama Rokan terus decline,” tutur Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas.

Dan terbukti tambahan produksi dari Lapangan Kedung Keris semakin memperkuat posisi Blok Cepu. SKK Migas memprediksi, tahun 2020 blok tersebut tetap memegang kendali utama produksi minyak nasional. Pasalnya, produksi Blok Rokan masih akan turun seiring dengan masa transisi alih kelola menjelang
akhir kontrak. 

Namun sampai sebelum izin amdal untuk meningkatkan produksi maksimal diperoleh, total produksi Blok Cepu dari dua lapangan tidak boleh melebihi 220.000 bph. Produksi minyak Lapangan Banyu Urip harus mempertimbangkan tambahan produksi dari Lapangan Kedung Keris.

Kontan, Page-14, Thursday, Dec 19, 2020

Tiung Biru Allocation US $ 591 Million in 2020



PT Pertamina EP-Cepu (PEPC) continues to develop the Jambaran-Tiung Biru unitization gas field project. Next year, a subsidiary of PT Pertamina (Persero) will allocate investment funds of US $ 591 million. PEPC 2020 investment value rose 78.55% compared to this year's allocation which reached the US $ 331 million. The realization of the absorption of the budget until November 2019 of US $ 297 million.

the Jambaran-Tiung Biru project

The project target for the Jambaran-Tiung Biru project next year is to complete well drilling and build a gas processing facility (GPF). The investment budget also includes drilling and land acquisition. According to PEPC internal records, the development of the Jambaran-Tiung Biru construction so far is still according to plan. 

    Until November 2019, the employment phase is up to 47.3%. The project has two clusters, namely the Jambaran East Gas Field and the Jambaran Central Gas Field. On October 9, 2019, PEPC began working on a well or spud in the Jambaran East Gas Field consisting of four wells.

PEPC has completed drilling at the Jambaran East Gas Field up to the 12-1 / 4-inch hole route at JAM-3 and JAM-5 wells. The next target is drilling in JAM-8 and then the following work in the JAM-4 Well. 

    The drilling completion target is around June 2020. If the work at the Jambaran East Gas Field is completed, PEPC will move to the Jambaran Central Gas Field with the workmanship target at JAM-6 and JAM-7 wells. 

     They hope to start drilling around July next year. Until now, PEPC still holds the project completion target or on stream Jambaran-Tiung Biru in the second quarter of 2021.

Jamsaton Nababan

"Hopefully everything can be finished and can save even more time because later there can be saving costs, more efficient and more gas who entered, "explained Jamsaton Nababan, President Director of PT Pertamina EP-Cepu during a media meeting in Bojonegoro, East Java.

If Jambaran-Tiung Biru operates, PEPC calculates that there will be an additional gas production of 192 million cubic feet per day (mmscfd) and 2.5 trillion cubic feet (TCF) reserves. The company managed to flow the gas through the Gresik-Semarang transmission pipeline.

Just so you know, the development of the Jambaran-Tiung Biru project requires a total cost of US $ 1.5 billion. PEPC has secured funding commitments of up to the US $ 1.8 billion from a syndicate of 12 local and foreign banks. 

     While working on the Jambaran-Tiung Biru project, in 2020 PEPC is aiming for profits of US $ 852 million or higher than this year's target of US $ 845 million. The strategy is to increase production next year and pursue operational cost-efficiency. Until November 2019, PEPC pocketed a net profit of US $ 790 million. They claim to be the biggest contributor among other Pertamina subsidiary companies.

"Our financial performance this year is according to plan and even the APBN oil production target has been achieved," said Jamsaton.

IN INDONESIA

Alokasi Tiung Biru US$ 591 Juta di 2020


PT Pertamina EP-Cepu (PEPC) terus melanjutkan pembangunan proyek lapangan gas unitisasi Jambaran-Tiung Biru. Tahun depan, anak usaha PT Pertamina (Persero) itu mengalokasikan dana investasi sebesar US$ 591 juta. Nilai investasi PEPC 2020 naik 78,55% dibandingkan alokasi pada tahun ini yang mencapai US$ 331 juta. Adapun realisasi penyerapan anggaran hingga November 2019 sebesar US$ 297 juta.

Target pengerjaan proyek Jambaran-Tiung Biru tahun depan adalah merampungkan pengeboran sumur dan membangun fasilitas pemrosesan gas alias gas processing facility (GPF). Anggaran investasi juga mencakup pengeboran dan akuisisi lahan. Menurut catatan internal PEPC, perkembangan pengerjaan Jambaran-Tiung Biru sejauh ini masih sesuai rencana.

     Hingga November 2019, tahap pekerjaan sampai 47,3%. Proyek itu memiliki dua kluster, yakni Lapangan Gas Jambaran East dan Lapangan Gas Jambaran Central. Pada 9 Oktober 2019, PEPC mulai mengerjakan tajak sumur atau spud in Lapangan Gas Jambaran East yang terdiri dari empat sumur.

PEPC sudah menyelesaikan pengeboran di Lapangan Gas Jambaran East sampai trayek lubang 12-1/4 inci di sumur JAM-3 dan JAM-5. Target berikutnya yakni pengeboran di JAM-8 lalu menyusul pekerjaan di Sumur JAM-4. Target penyelesaian pengeboran sekitar Juni 2020. 

     Kalau pekerjaan di Lapangan Gas Jambaran East rampung, PEPC bam bergeser ke Lapangan Gas Jambaran Central dengan target pengerjaan di Sumur JAM-6 dan Sumur JAM-7. Mereka berharap bisa memulai pengeboran sekitar Juli tahun depan. Hingga kini, PEPC masih memegang target penyelesaian proyek atau on stream Jambaran-Tiung Biru pada kuartal II 2021. 

"Mudah-mudahan bisa selesai semua dan bisa lebih banyak lagi menghemat waktu karena nanti bisa ada saving cost, lebih efisien dan lebih banyak gas
yang masuk," beber Jamsaton Nababan, Direktur Utama PT Pertamina EP-Cepu saat temu media di Bojonegoro, Jawa Timur.

Kalau Jambaran-Tiung Biru beroperasi, PEPC menghitung akan ada tambahan produksi gas sebesar 192 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan Cadangan 2,5 triliun kaki kubik (TCF). Pemsahaan tersebut bercana mengalirkan gasnya melalui Pipa transmisi Gresik-Semarang.

Asal tahu, pengembangan proyek Jambaran-Tiung Biru membutuhkan total biaya sebesar US$ 1,5 miliar. PEPC telah memperoleh komitmen pendanaan hingga US$ 1,8 miliar dari sindikasi 12 bank lokal dan asing. Sambil mengerjakan proyek Jambaran-Tiung Biru, tahun 2020 PEPC membidik keuntungan sebesar US$ 852 juta atau lebih tinggi ketimbang target tahun ini yakni US$ 845 juta. 

     Strateginya dengan meningkatkan produksi pada tahun depan dan mengejar efisiensi biaya operasional. Hingga November 2019, PEPC mengantongi laba bersih sebesar US$ 790 juta. Mereka mengklaim sebagai kontributor terbesar di antara anak usaha Pertamina yang lain. 

"Kinerja keuangan kami tahun ini sesuai rencana dan bahkan target produksi minyak APBN sudah dicapai," ujar Jamsaton.

Kontan, Page-14, Thursday, Dec 19, 2020