PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk is developing a commitment to sell liquefied natural gas / LNG on the international market to 34 cargoes per year. Not only selling LNG, but PGN will also work on gas infrastructure projects in other countries.
PGN's Managing Director Gigih Prakoso revealed, with his ability in the field of LNG and gas infrastructure, his side began to develop the international LNG sales business. This is to optimize domestic and international LNG portfolios owned by Pertamina Group and PGN. Based on PGN data, there is at least a market potential of up to 34 cargoes per year that the company will work on.
"Namely Myanmar 9 cargoes per year for 5-7 years starting in 2021, the Philippines 18 cargoes per year for 2023-2043, China 6-7 cargoes per year, and Japan 1-2 cargoes and Europe 1-1 cargoes in 2020," said he was in a meeting with Commission VII of the House of Representatives.
Sinopec
So far, PGN has had a gas sale and purchase agreement (PJBG) with Sinopec, an oil and gas company from China, at the end of last year. Under this agreement, PGN will start shipping LNG to China starting this year around 6 cargoes.
While with other countries, PGN's Director of Business Strategy and Development Syahrial Muktar added, no binding agreement had been signed. So far, it has only received an initial commitment to supply LNG needs and build infrastructure in certain countries.
"For trading, we have made some initial commitments with several countries. We just talked about volume, about the price of adjusting existing developments, "he explained.
According to him, PGN focused on working on the LNG market in the Asian region, particularly Southeast Asia and South Asia. This is because LNG needs in this region are smaller in scale, both in terms of the volume and capacity of the required gas infrastructure. With the Arun LNG Terminal, he is optimistic that it can meet the needs of this small scale LNG.
"We made our location in Arun for the LNG Hub. Later we will bring [large LNG supplies] there, we transfer them to smaller vessels, then we will carry them for supply, "Syahrial said.
Specifically, in the Philippines, PGN will provide LNG supplies as well as build its infrastructure. Therefore, he projects that the LNG sales contract to the Philippines will be quite long. Originally, sales to the Philippines could begin in 2024 along with the completion of infrastructure development.
"There are stages. This year we have started the FID (final investment decision). We are currently working on the Joint Development Agreement, we cannot share the details, "he said.
Facilities to be worked on include LNG receiving, storing and regasification terminals. While the market potential in Myanmar, Europe, and Japan, PGN said he would only sell LNG. Syahrial added it was eyeing opportunities in Europe to optimize gas production from its oil and gas fields in the United States, namely the Fasken Field.
"For this year, the plan is up to 6 cargoes, some to China and Europe," he said.
However, he admitted that there would be a delay in the shipment of LNG to China following the Corona Virus.
Need support
Gigih added, his party expected the support of the government and the House of Representatives to support the monetization of the domestic gas field and optimize the LNG portfolio. He hopes PGN is supported to play a role in the LNG seller representative to market domestic gas. Then, the company also hopes to be trusted as a bidder for the auction of LNG spots for export destinations run by domestic oil and gas producers.
"Then, we hope to be supported by being able to run the domestic LNG business and international initiation as a global LNG player," he said.
Syahrial added the development of the LNG sales business will not collide with plans to open LNG imports. According to him, LNG imports can be done when prices in the spot market drop significantly so that they can be used to improve the domestic price structure.
"So it is not a long-term import, more to the spot, utilizing cheap external market conditions. But it is still the government that determines it, "he explained.
Cheniere Energy Inc.
Based on Investor Daily's notes, Pertamina had previously signed three LNG import contracts. Pertamina has signed a gas sale and purchases agreement (PJBG) with a subsidiary of Cheniere Energy Inc., Corpus Christi Liquefaction Liability Company, to supply 0.76 million tons of LNG per year starting in 2019 for 20 years.
Pertamina has also contracted with Cheniere Energy with the same volume but started in 2018 with a duration of 20 years. Then, Pertamina has contracted with Woodside with a volume of around 0.6 million tons per year which could be increased to 1.1 million tons per year. Supply of 0.6 million tons per year began to be delivered in 2022-2034 and could be increased to 1.1 million tons per year in 2024-2038.
Finally, the company has ahead of agreement (HoA) with ExxonMobil to supply 1 million tons per year for 20 years starting in 2025. Pertamina has also signed a PJBG with Mozambique LNG 1 Company Pte Ltd for 1 million tons per year.
IN INDONESIA
PGN Incar Pasar LNG Internasional Hingga 34 Kargo/Tahun
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk tengah mengembangkan komitmen penjualan gas alam cair/LNG di pasar internasional hingga 34 kargo per tahun. Tidak hanya menjual LNG, PGN juga akan mengerjakan proyek infrastruktur gas di negara lain.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengungkapkan, dengan kemampunan di bidang LNG dan infrastruktur gas, pihaknya mulai mengembangkan bisnis penjualan LNG internasional. Hal ini untuk mengoptimalisasi portofolio LNG dalam negeri maupun internasional yang dimiliki Pertamina Group dan PGN. Berdasarkan data PGN, setidaknya terdapat potensi pasar hingga 34 kargo per tahun yang akan digarap perusahaan.
“Yakni Myanmar 9 kargo per tahun selama 5-7 tahun mulai 2021, Filipina 18 kargo per tahun untuk 2023-2043, Tiongkok 6-7 kargo per tahun, serta Jepang 1-2 kargo dan Eropa 1-1 kargo di 2020,” kata dia dalam rapat dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat.
Sejauh ini, PGN telah memiliki perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan Sinopec, perusahaan migas asal Tiongkok, pada akhir tahun lalu. Berdasarkan kesepakatan ini, PGN akan mulai mengirimkan LNG ke Tiongkok mulai tahun ini sekitar 6 kargo. Sementara dengan negara lain, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Muktar menambahkan, belum ada perjanjian mengikat yang ditandatangani. Sejauh ini, pihaknya baru memperoleh komitmen awal untuk memasok kebutuhan LNG dan membangun infrastruktur di negara-negara tertentu.
“Untuk trading-nya, kami sudah ada beberapa komitmen awal dengan beberapa negara. Kami baru bicara volume, soal harga menyesuaikan perkembangan yang ada,” jelasnya.
Menurutnya, PGN fokus menggarap pasar LNG di region Asia, utamanya Asia Tenggara dan Asia Selatan. Hal ini lantaran kebutuhan LNG di wilayah ini lebih banyak dalam skala kecil, baik volume maupun kapasitas infrastruktur gas yang dibutuhkan. Dengan adanya Terminal LNG Arun, pihaknya optimis bisa memenuhi kebutuhan LNG skala kecil ini.
“Kami jadikan lokasi kami di Arun untuk LNG Hub. Nanti kami bawa [pasokan LNG] besar ke sana, kami pindahkan ke kapal lebih kecil baru kami bawa untuk suplai,” kata Syahrial.
Khusus di Filipina, PGN akan menyediakan pasokan LNG sekaligus membangun inrastrukturnya. Karenanya, pihaknya memproyeksikan kontrak penjualan LNG ke Filipina ini bakal cukup lama. Sedianya, penjualan ke Filipina bisa dimulai pada 2024 bersamaan selesainya pembangunan infrastruktur.
“Ini ada tahapan. Tahun ini sudah mulai FID-nya (final investment decision) kami sedang mengerjakan Joint Development Agreement-nya, belum bisa share detailnya,” ungkapnya.
Fasilitas yang akan dikerjakan meliputi terminal penerimaan, penyimpanan, dan regasifikasi LNG. Sementara potensi pasar di Myanmar, Eropa dan Jepang, PGN disebutnya hanya akan menjual LNG saja. Syahrial menambahkan, pihaknya mengincar peluang di Eropa guna mengoptimalkan produksi gas dari lapangan migasnya di Amerika Serikat, yakni Lapangan Fasken.
“Untuk tahun ini, rencananya sampai dengan 6 kargo, ada yang ke Tiongkok dan Eropa,” tutur dia.
Namun, diakuinya kemungkinan akan ada penundaan pengiriman LNG ke Tiongkok menyusul menyebarkan Virus Korona.
Butuh Dukungan
Gigih menambahkan, pihaknya mengharapkan adanya dukungan pemerintah dan DPR untuk mendukung monetisasi lapangan gas domesik dan melakukan optimalisasi portofolio LNG. Pihaknya berharap PGN didukung untuk berperan dalam LNG seller representantive untuk memasarkan gas domestik. Kemudian, perusahaan juga berharap dipercaya sebagai bidder untuk lelang spot LNG tujuan ekspor yang dijalankan oleh produsen migas dalam negeri.
“Kemudian, kami berharap didukung bisa menjalankan bisnis LNG domestik dan inisiasi internasional sebagai global LNG player,” tutur dia.
Syahrial menambahkan, pengembangan bisnis penjualan LNG tidak akan bertabrakan dengan rencana membuka impor LNG. Menurutnya, impor LNG dapat dilakukan ketika harga di pasar spot turun signifikan, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki struktur harga di dalam negeri.
“Jadi bukan impor jangka panjang, lebih ke spot, memanfaatkan kondisi pasar luar yang murah. Tetapi itu tetap pemerintah yang tentukan,” jelas dia.
Berdasarkan catatan Investor Daily, Pertamina sebelumnya telah meneken tiga kontrak impor LNG. Pertamina telah menandatangani perjanjian jual beli gas (PJBG) dengan anak usaha Cheniere Energy Inc yakni Corpus Christi Liquefaction Liability Company untuk memasok 0,76 juta ton per tahun LNG mulai 2019 selama 20 tahun.
Pertamina juga sudah berkontrak dengan Cheniere Energy dengan volume yang sama namun dimulai pada 2018 dengan durasi 20 tahun. Kemudian, Pertamina telah berkontrak dengan Woodside dengan volume sekitar 0,6 juta ton per tahun yang bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun. Pasokan 0,6 juta ton per tahun mulai dikirim 2022-2034 dan bisa ditingkatkan menjadi 1,1 juta ton per tahun pada 2024-2038.
Terakhir, perseroan memiliki kesepakatan (head of agreement/HoA) dengan ExxonMobil untuk pasokan sebanyak 1 juta ton per tahun selama 20 tahun mulai 2025. Pertamina juga telah meneken PJBG dengan Mozambique LNG 1 Company Pte Ltd sebesar 1 juta ton per tahun.
Investor Daily, Page-9, Wednesday, Feb 12, 2020